Kamis, 19 Maret 2020

Takut

Takut terhadap sesuatu yang membahayakan jiwa itu sangat manusiawi. Makanya, jauhi sesuatu itu! Jangan dekati! Itulah bentuk usaha manusia menjalankan salah satu nalurinya: mempertahankan jiwa. Dan bukankah agama pun menyeru kepada kita untuk menjaga jiwa?

Kecuali, kita punya senjata (benda atau pengetahuan) untuk menghadapi sesuatu itu. Dan kita yakin bisa mempertahankan jiwa dengan senjata itu. Maka usaha pun dilakukan.

Contoh: ketika buaya berkalung ban berkeliaran di Sungai Palu, seorang pejabat Palu menantang warga untuk melepaskan bannya. Semua warga menolak karena takut jiwanya terancam dan melayang.

Tidak lama, dua bule Australia menerima tantangan itu. Mereka datang dan menjalankan misinya. Akhirnya, dua bule Australia itu berhasil. Warga malah ramai-ramai melihat aksi mereka. Sebagian membantu.

Kenapa dua bule Australia itu berani dan berhasil? Karena keduanya punya senjata tentang buaya. Kenapa warga ramai-ramai membantu? Karena mereka merasa yakin, senjata dua bule Australia itu mampu menjaga jiwa mereka.

Kalau ternyata senjata itu tidak mampu  menjaga jiwa, itulah takdir Allah. Yang penting manusia sudah berusaha dengan senjatanya, tidak pasrah seadanya. Tidak pula gagah-gagahan: sok berani tapi tidak punya senjata.

*****

Virus corona pun demikian. Para ahli bilang: virus itu berbahaya dan mewabah. Vaksinnya belum ditemukan secara pasti dan efektif. Maka apa tindakan manusia? Jauhi dan jangan dekati virus itu!

Dulu, waktu malaria mulai merajalela di Papua, orang-orang dilarang ke sana. Tapi setelah vaksin malaria ditemukan, orang bebas-bebas saja ke sana, tapi dengan anjuran: suntik vaksin dulu baru berangkat.

Pun vaksinnya sudah ada, yang wafat karena malaria ternyata masih banyak. Itulah takdir Allah. Yang terpenting, manusia sudah mengusahakan senjatanya. Tidak pasrah seadanya. Tidak pula gagah-gagahan: sok berani tapi tidak punya senjata.

*****

Apakah takut manusiawi bertentangan dengan takut kepada Allah?

Sama sekali tidak.

Ketika manusia takut jiwanya terancam akibat kecelakaan kendaraan, upaya yang dilakukannya adalah memakai helm, memakai safety belt, dan lainnya. Jelas salah kalau kemudian ada yang bertanya: kenapa harus pakai helm? Kenapa harus pakai safety belt? Kalian lebih takut sama kecelakaan kah daripada sama Allah?

Ketika manusia takut jiwanya terancam akibat virus corona, upaya yang dilakukannya adalah menjaga jarak dengan manusia lain, menjaga aktifitas, dan lainnya. Jelas salah kalau kemudian ada yang bertanya: kenapa harus jaga jarak? Kenapa harus jaga aktifitas? Kalian lebih takut sama virus corona kah daripada sama Allah?

Takut yang bertentangan dengan takut kepada Allah adalah takut yang mengandung unsur kesyirikan. Contohnya, takut melangkah di atas sebuah batu karena keyakinan: siapa yang melangkah di atas batu akan celaka. Takut duduk di bawah pohon karena keyakinan: siapa yang duduk di bawah pohon rejekinya kurang lancar. Dan ragam keyakinan syirik lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar