Jumat, 26 April 2019

Lakon Korupsi: Ratu Atut

Ratu Atut (Dok. Tempo)
Ratu Atut Chosiyah. Dia betul-betul Ratu. Saat disidang, pendukungnya datang dari Banten dengan tiga bus besar.

Saat hendak masuk ke dalam toilet Pengadilan, satu-dua pembantu perempuannya masuk duluan: ada yang membersihkan closet, melap westafel, dan mengamankan kondisi.

Gubernur perempuan pertama di Indonesia itu divonis 5 tahun penjara dalam kasus sengketa Pilkada Lebak dan pengadaan alat kesehatan di RSUD Banten.

Lakon Korupsi: Dada Rosada

Dada Rosada (Dok. Tempo)
Walikota Bandung, Dada Rosada, meresmikan Lapas Sukamiskin pada 2012 sebagai penjara khusus koruptor. Beberapa nama menjadi penghuni pertamanya. Satu yang terkenal adalah Gayus Tambunan.

Lapas peninggalan Belanda itu dulunya pernah dihuni Presiden Soekarno. Disitulah Soekarno merangkai Indonesia Menggugat.

Siapa sangka, Dada Rosada ternyata telah meresmikan rumah masa depannya kala itu. Dia kemudian menjadi penghuni Lapas itu setelah divonis terlibat dalam kasus suap Hakim.

Che

Ernesto "Che" Guevara
Pada 1951, dia bersama temannya berkeliling Amerika Selatan sejauh 8.000 kilometer untuk melihat dunia di tempat lain.

Apa yang ditemukannya sungguh menyentuh hatinya: para penderita kusta yang baik hati, pekerja tambang yang diperlakukan tidak manusiawi, komunis yang disiksa, dll.

Dia pun berpikir: kapitalisme ala Amerika tidak berdampak baik. Dan itu harus dilawan. Satu-satunya cara menangkis Amerika yang sangat kuat dengan CIA-nya adalah gerakan bersenjata.

Dia pun membuat keputusan yang mengubah hidupnya seketika: meninggalkan sekolah kedokterannya di Universitas Buenos Aires dan beralih menjadi pemberontak, seorang revolusioner.

Ya, dialah Ernesto Che Guevara.

Kamis, 11 April 2019

Socrates

Socrates (dok. BBC)
Dia bukan pesepakbola sembarangan. Otaknya encer. Dia lulus sebagai dokter berizin praktik; punya gelar PhD pula dalam ilmu filsafat.

Kemampuan akademik diperolehnya bukan tanpa sebab. Ayahnya adalah birokrat keuangan Brazil yang punya banyak koleksi buku. Dia melahap buku-buku itu. Dia juga serius bersekolah.

Kudeta militer Brazil membawa perubahan dalam hidupnya. Ayahnya 'tak lagi mapan secara ekonomi. Dia pun harus berjuang: menyambung hidup dan turut dalam barisan penentang rezim militer.

Kemampuan akademik dan ketidaksukaannya terhadap rezim militer ditumpahkannya ke lapangan bola. Dia menjelma menjadi gelandang serang hebat dan produktif gol.

Walhasil, dia berhasil membawa klubnya Corinthians merajai Liga Brazil. Saat perayaan juara, semua anggota klub memakai baju bertuliskan democracia sebagai bentuk penolakan terhadap rezim militer.

Di Timnas Brazil, dia menjadi bagian dari generasi emas Brazil pada Piala Dunia 1982 yang menampilkan permainan yang apik dan elegan. Pun mereka gagal di tangan Italia, dunia tetap mengakui permainan mereka.

Semasa pensiun, dia mengelola klinik kesehatan untuk atlit olahraga, menjadi pandit sepakbola di tv, dan kolumnis ekonomi-politik di media massa.

Ya, dialah Socrates Braziliero (1954 - 2011).

Selasa, 09 April 2019

Radja

Riana & Radja
Dia lahir kembar lelaki-perempuan di Anwertpen, Belgia. Ayahnya Marius adalah orang Indonesia; ibunya Lizi orang Belgia.

Sayangnya, ayahnya pergi meninggalkan mereka bertiga begitu saja untuk kembali ke Indonesia.

Ibunya pun membesarkan dia dan saudarinya Riana seorang diri dengan kerja keras dan penuh perjuangan.

Demi mengurangi beban biaya, ibunya berusaha mencari sekolah yang semurah mungkin. Dan kala itu, sekolah yang murah adalah akademi sepakbola.

Dia dan Riana pun masuk sekolah bola. Siapa sangka, keduanya tumbuh menjadi pesepakbola tangguh dan bahkan membela Timnas Belgia, putra dan putri.

Pada 2010, ibunya wafat. Dia sedih dan menuangkan kesedihannya itu lewat tatto. Dia menulis tanggal kelahiran dan kematian ibunya di badan.

Pada suatu momen, dia mengunjungi Indonesia. Ayahnya Marius berusaha menemuinya, tapi dia tidak mau. 


Pun ayahnya berhasil menemuinya, dia tetap diam 'tak bicara. Bahkan setelah ayahnya menjelaskan penyesalan dan alasan dulu meninggalkannya, dia tetap tak luluh. Dia sepertinya sama sekali tak menaruh rasa lagi pada ayahnya.

Ya, dialah Radja Nainggolan, pemain klub Inter Milan dan Belgia.

Hail Lewandowski!

Lewandowski Young
Dia beruntung. Lahir pada 1988 tatkala Jerman dan dunia telah melupakan kejahatan Adolf Hitler. Padahal dia adalah cucu dari Paula Hitler, adik bungsu Adolf Hitler.

Dengan kondisi itu, dia pun bisa hidup normal tanpa gejolak sama sekali di Warsawa, Polandia. Dia juga bisa bersekolah dan mengejar cita-citanya menjadi pesepakbola.

Ya, dia adalah Robert Lewandowski, pemain nomor 9 terbaik Eropa saat ini.

Mongol

Mongol Stress (dok. PGI)

Dari Manado, dia ke Jakarta hendak pergi sekolah pendeta. Sayangnya, sponsornya kabur.
Tak punya dana lagi buat balik ke Manado, dia akhirnya hidup luntang-lantung di jalanan. Tidur di emperan restoran; tak punya keluarga.

Untuk menyambung hidup, dia kerja di Rumah Makan Padang sebagai pelayan dengan gaji Rp 420 ribu per bulan. Dia juga sempat menjadi tenaga honor di LP Cipinang.

Dalam perjalanannya, dia menjalani banyak profesi sederhana sebelum akhirnya Tuhan menakdirkannya menjadi pelawak terkenal.

Ya, dialah Rony Immanuel alias Mongol.

Bambang Tolak Antasari Azhar

Bambang Harymurti (dok. Tempo)
Waktu Antasari Azhar dicalonkan menjadi pejabat KPK, panitia seleksi minta kepada Majalah Tempo untuk memeriksa sejarah karirnya. Kabar beredar: Antasari punya banyak harta dari hasil deal-deal perkara selama karirnya di Kejaksaan.

Tempo mengiyakan dan memulai investigasi. Antasari punya rumah, apartemen, dll. Menariknya, saat hendak dimintai konfirmasi oleh dua wartawan Tempo di dua waktu yang berbeda, dua-duanya hendak disuap. Pake uang dollar lagi.

Bambang Harymurti, Pemred Tempo sekaligus salah satu pembentuk UU Tipikor dan Pendiri KPK, bilang ke Panitia Seleksi, "Antasari harus di-cut." Dua wartawan Tempo bahkan memberikan kesaksian.

Tapi apa lacur, Panitia Seleksi meloloskan Antasari Azhar. Bambang Harymurti pun berteriak kepada Panitia Seleksi, "Kalian Brengsek!

KTP Ernest

Ernest (dok. Gadis)
Ernest Prakasa bahagia. Di baris pekerjaan di KTP-nya tertulis Seniman. Bukan lagi wiraswasta, profesi kebanyakan orang keturunan Cina di Indonesia. "Wiraswasta itu umum," katanya, bangga.

Meskipun sudah banyak keturunan Cina yang menjadi Seniman, tapi yang menjadi pelawak masih bisa dihitung jari. Selain Ernest, nama lain yang terkenal adalah Ateng dan Teguh, pendiri Srimulat.