Minggu, 30 Desember 2012

Kehidupan John Lennon (1960 - 1970): Musik dan Keluarga

"Saya ini seorang seniman. Berikan saya tuba dan saya akan memanfaatkannya." (John Lennon)

Pada 1960, John Lennon memulai karir musik profesionalnya. Bersama Paul MacCartney dan George Harrison, dia mengguncang dunia musik melalui grup The Beatles. Ketiganya menjadi kombinasi yang sempurna. Tampan dan memesona. Belakangan, bergabungnya Ringgo Star menggantikan Pete Best semakin menyempurnakan semua.

The Beatles: George, John, Ringgo, dan Paul
The Beatles awalnya lahir sebagai band beraliran rock n' roll. Namun seiring perjalanan, musik band ini banyak bereksperimen. Kejeniusan personalnya, terkhusus John dan Paul, dalam meramu lagu dan ragam alat musik melahirkan banyak gaya musik yang unik: blues, country, balada, dan lainnnya. Musik The beatles pun dijuluki beraliran eksperimental dan diklaim oleh banyak musisi sebagai sumber dari segala jenis musik di dunia.

Kafe-kafe di Hamburg, Jerman, menjadi saksi awal eksistensi The Beatles. Dari situ, mereka mendapatkan banyak penggemar. Hingga pada 1962, The Beatles memperoleh kontrak dengan perusahaan rekaman EMI. Hal yang membuat mereka pulang kampung kembali ke Inggris dan mulai berkreasi di studio EMI's Abbey Road, London, Inggris.

Dalam perjalanannya, sejak 1962, lahirlah album-album The Beatles yang tersebar di Inggris, Amerika Serikat, dan seluruh dunia: Please Please Me, With The Beatles, Beatles For Sale, A Hard's Day Night, Rubber Soul, Help, Revolver, Sgt. Peppers Lonely Hearts Club Band, Magical Mystery Tour, White Album, Yellow Submarine, Abbey Road, dan Let It Be.

Lagu-lagu ciptaan John mendominasi album-album itu, selain juga lagu-lagu Paul. Lagu-lagu John sangat kuat dari sisi lirik karena beberapa menceritakan kehidupan masa lalunya. Menariknya, nada musik yang digunakan John pada lagunya terdengar nyeleneh, lompat-lompat 'tak berirama. John juga menggunakan ragam alat musik: harmonika, tuba, sitar, dan lainnya. Beberapa lagu John yang terdengar unik dan tidak ada duanya di dunia adalah Tomorow Never Knows, Fool on The Hill, Mother Nature Son, Julia, A Day in The Life, Strawberry Fields Forever, Penny Lane, Don't Let Me Down, dan lainnya. 

Cynthia, Julian, dan John
Pada 1962, John berkeluarga untuk pertama kali. Dari beberapa wanita yang disetubuhinya, dia memilih Cynthia Powell, teman kuliahnya di Liverpool College of Art, sebagai istrinya. Bukan tanpa alasan, Cynthia telah mengandung anak hasil hubungan intim mereka berdua. Anak itu akhirnya lahir dan diberi nama Julian Lennon.

Hubungan John dan Cynthia retak beberapa tahun kemudian. John ketahuan selingkuh dengan wanita Jepang bernama Yoko. Karena John lebih memilih Yoko, dia dengan Cynthia pun akhirnya bercerai pada 1968. Perceraian John dan Cynthia mendapat simpati dari Paul, terlebih terhadap anak mereka Julian yang masih kecil. Paul pun menciptakan lagu berjudul Hey Julian yang digubah menjadi Hey Jude untuk menghibur Cynthia dan Julian. Lagu itu merupakan satu dari banyak lagu The Beatles yang abadi.

John dan Yoko
Sementara itu, hubungan John dan Yoko terus berlangsung. Hubungan itu dititahkan John dalam sebuah lagu berjudul The Ballad of John and Yoko. Hubungan yang menurut perkiraan banyak pengamat musik menjadi salah satu penyebab bubarnya The Beatles pada 1970. "Saya membuat band ini dan saya membubarkannya. Ini sesederhana itu," kata John setelah The Beatles bubar.

Referensi dan foto: diambil dari pelbagai sumber.

Sabtu, 29 Desember 2012

Kehidupan John Lennon (Episode 1946 - 1960): Kehilangan dan Perpisahan

Mimi dan John Lennon
Pada 1946, setelah kedua orangtuanya berpisah, John Lennon kecil tinggal bersama paman dan bibinya: George Smith dan Mary Elizabeth Smith atau akrab disapa Mimi. Mereka bertiga tinggal di sebuah rumah sederhana di Mendips, 251 Menlove Avenue, Woolton, Liverpool. Walau pun tinggal bersama paman-bibinya, John 'tak kekurangan sesuatu apapun sebagai seorang anak. Kasih sayang, biaya hidup, biaya sekolah, semuanya terpenuhi.

Dovedale Primary School adalah sekolah pertama John. Di sekolah itu, John meluapkan kegembiraannya sebagai anak kecil: bermain, menggambar, dan berlari-lari di kebun stroberi (strawbery field). John juga menonjol di antara murid lain karena mampu menunjukkan bakat seninya: menggambar kartun.

Dalam perjalanannya, semakin hari semakin tahun, karakter John mulai kelihatan. Dia tumbuh menjadi remaja yang bengal. John nampaknya mewarisi perilaku bebas ibu kandungnya, Julia Stanley. Pada saat sekolah di Quarry Bank High School, misalnya, jam pelajaran dihabiskannya untuk menggambar kartun, termasuk gambar kartun gurunya yang menjelaskan di depan. Dalam pergaulan dengan temannya, John juga 'tak segan-segan menggunakan kata-kata kasar untuk menghina temannya. Yang paling parah, di hadapan murid wanita, John tanpa ragu mempertontonkan kemaluannya.

John Lennon (tengah atas) di Dovedale Primary School
John Lennon (tengah atas) di Quarry Bank High School
Perihal penampilan, sama seperti murid pria lain, John sangat menjaganya. Salah satunya: dia sangat tidak suka memakai kacamata meskipun matanya rabun. "Buddy holy," kata John menilai penampilannya ketika berkacamata. Mimi pun harus mengingatkan John setiap hari agar 'tak lupa membawa dan memakai kacamatanya.

Di rumah, John begitu dekat dengan pamannya, George. Bagi John, George lebih dari seorang paman dan telah menjadi ayah yang baik baginya. Terlebih George sangat mengerti perilaku bebas John. Tidak seperti Mimi yang senantiasa mendisiplinkannya dan mengharapkannya sukses dalam akademik. Kecintaan John kepada George semakin besar ketika George menghadiahkannya sebuah harmonika. Harmonika itu menjadi alat musik pertama yang dikuasai John.

George dan John
Roda hidup kadang berputar ke bawah. Itu pula yang dialami John saat dia kehilangan George. Paman yang sangat disayanginya itu meninggal dunia secara tiba-tiba karena serangan jantung. John bersedih atas hal itu dan memeluk Mimi dari belakang. Mimi kemudian berkata, "Jangan tampak bodoh. Kalau mau menangis di dalam kamar. Sekarang hanya kita berdua dan kita harus melanjutkan hidup."

Selepas kepergian George, Mimi semakin mendisiplinkan John dan tetap menginginkannya sukses dalam akademik. Salah satu caranya: Mimi menerima seorang mahasiswa biokimia bernama Michael Fishwick untuk tinggal di rumahnya. Namun John tidak terpengaruh. Dia tetap dengan perilaku bebasnya. John malah semakin malas ke sekolah. Puncaknya, John dan sahabatnya, Peter Shotton, dikeluarkan dari sekolah karena memperlihatkan majalah dewasa kepada wanita tua dalam bus.

John tidak membiarkan surat pemecatan dari sekolahnya diterima oleh Mimi. Dia menahan petugas pos di depan rumahnya, mengambil suratnya, lalu membakarnya. Selanjutnya, John mengunjungi ibunya Julia Stanley dan tinggal bersamanya setelah terlebih dahulu menjelaskan semua yang dialaminya di sekolah. Oleh Julia, John diajari main banjo sampai mahir dan sedikit piano. Julia juga memperkenalkan kepada John musik rock n' roll. Selain itu, John juga mengakrabkan diri dengan dua adiknya, Julia dan Jackie, serta ayah tirinya, Bobby.

Lama kemudian, Mimi mengetahui bahwa John dikeluarkan dari sekolah. Mimi pun segera tahu keberadaan John dan mendatanginya. Saat mendapati John bersama Julia, Mimi memarahi Julia dan berkata, "Tidak Julia. Mungkin ini hidupmu...kekacauan. Tapi ini bukan dia (John)." Julia marah dan mengusir Mimi.

Bobby, ayah tiri John, menasehati Julia untuk mengembalikan John kepada Mimi. Alasannya: Mimilah yang merawat John dari kecil. Terlebih Mimi sekarang hidup sendiri setelah ditinggal suaminya. Keberadaan John tentu akan menghiburnya. Hal itu kemudian disadari sendiri oleh John dan mengantarnya kembali kepada Mimi.

Bertemu Mimi kembali, John mengutarakan niatnya yang terpendam: membuat grup musik rock n' roll, "...seperti Elvis," kata John. Mimi mendukung niat John itu dan membelikannya sebuah gitar klasik seharga 7 poundsterling. John kemudian mengajak teman-temanya di Quarry Bank High School untuk bergabung dengan bandnya: Eric pada gitar, Len pada bass, Peter pada drum, dan Rodders pada banjo. Nama bandnya berubah-ubah, dari Skiffle Group, Blackjack, dan terakhir The Quarrymen, diambil dari nama sekolah mereka.

John dan The Quarrymen
The Quarrymen tampil perdana dalam sebuah pertunjukan di taman kota Liverpool. Lagu andalan mereka berjudul Maggie Mae. Dalam penampilan itu, John memakai gitar barunya dan berperan sebagai vokalis. Lucunya, John memainkan gitarnya dengan kunci banjo.

Paul MacCartney, pemuda 15 tahun, hadir dalam pertunjukan itu dan kagum dengan penampilan The Quarrymen. Setelahnya, Paul pun memperkenalkan dirinya kepada John dan teman-temannya. Paul juga mempertunjukkan kemampuannya bermain gitar dengan musik rock n' roll. Akhirnya, karena John kagum dengan kemampuan Paul. Paul pun bergabung menjadi personal The Quarrymen.

John mengajak Paul ke rumahnya dan meminta Paul mengajarinya main gitar. Dari situ, John menjadi mahir bermain gitar. Selain mengajari John bermain gitar, Paul juga mengajak John untuk menciptakan lagu. "Jika kita ingin bermain musik, kita harus menulis karya sendiri, dan kita tidak perlu khawatir dengan perusahaan rekaman," kata Paul.

Kebersamaan John dan Paul memulai persahabatan mereka. Meskipun keduanya bertolak belakang dari sisi perilaku. John jelas tercipta sebagai musisi rock n' roll dengan gaya rock n' roll, sementara Paul 'tak tampak sebagai musisi rock n' roll dengan gayanya yang kalem. "Rock n' roll itu hanya musik. Sederhana," alasan Paul. Paul kalem, John liar, itulah fakta keduanya. John bahkan punya kebiasaan hippies: menarik penggemarnya ke tempat sepi lalu menyetubuhinya. Tapi keduanya mampu bersatu dan bersahabat.

Selanjutnya, John dan Paul saling bekerja sama dalam band. Untuk memperkuat band, Paul mengajak sahabatnya, George Harrison, setelah terlebih dahulu memperkenalkannya kepada John. John tertarik dengan permainan gitar George dan George pun bergabung sebagai personal The Quarrymen.

Di belakang John, Mimi dan Julia menjalin hubungan baik. Keduanya sepakat berbaikan demi mendukung karir John. Hal tersebut membuat John sangat bahagia. Untuk memperkuat kemampuan musiknya, John kuliah di Liverpool Art College. Oleh Mimi, John juga dihadiahi sebuah biola.

Di tengah gairah John untuk bermusik, roda hidupnya kembali berputar ke bawah. Dia lagi-lagi kehilangan. Ibunya Julia meninggal dunia setelah tertabrak mobil seorang polisi mabuk. Hal yang kemudian membuat John memendam amarah yang teramat dalam, terlebih polisi yang menabrak ibunya terlepas dari segala tuntutan.

The Beatles First
Selanjutnya, John fokus pada musik. Bersama dua personal terakhir yang bertahan: Paul dan George, John mengubah nama bandnya menjadi The Silver Beatles kemudian menjadi The Beatles saja. Mereka masuk dapur rekaman dan mendapat kesempatan untuk tampil di sebuah klub di Hamburg, Jerman.

John mengutarakan kesempatan itu kepada Mimi. Sejenak, Mimi merasa John berbohong. Namun akhirnya dia menyadari bahwa dia akan berpisah dengan anak yang dicintainya itu dan telah bersamanya selama 20 tahun. John kemudian memberikan berkas adminitrasi keberangkatannya ke Hamburg kepada Mimi untuk ditandatangani. "Saya tandatangan sebagai apa? Orangtua atau Wali?" Tanya Mimi kepada John. John menjawab, "Dua-duanya." Jawaban itu membuat Mimi terharu dan memeluk John.

Pada 1960, keduanya pun berpisah setelah bersama sejak John kecil. Kepada Mimi, John berjanji akan meneleponnya setiap minggu selama di Hamburg. John memenuhi janjinya itu.

Referensi: A Biography of John Winston Ono Lennon oleh Jane Teester, film A Nowhere Boy. Foto: diambil dari pelbagai sumber.

Minggu, 23 Desember 2012

Kehidupan John Lennon (Episode 1940 - 1946): Lahir Dari Keluarga 'Tak Harmonis

John Lennon kecil
John Winston Ono Lennon atau terkenal dengan nama John Lennon. Lahir di Liverpool, Inggris, 9 Oktober 1940. Ayahnya, Alfred Lennon, adalah seorang pelaut yang sering bepergian. Saat John lahir pun, dia tidak menghadirinya. Ibunya, Julia Stanley, adalah pelayan di sebuah kafe kecil bernama Penny Lane, seorang yang berperilaku bebas, suka mabuk, penikmat musik rock 'n roll, dan penggila Elvis Presley.

Perilaku bebas Julia kambuh saat dia bertemu John Dykins di kafe tempatnya bekerja. Dia menjalin hubungan dengan pria itu saat suaminya Alfred berlayar. Bahkan, dia membawa anaknya John untuk tinggal bersama Dykins di sebuah apartemen kecil. Dari hubungan terlarang ibunya itu, John memperoleh saudara perempuan bernama Victoria.

Perilaku bebas Julia sangat tidak disukai kakaknya, Mary Elizabeth atau biasa disapa Mimi. Mimi kemudian mengambil John untuk tinggal bersamanya. Terlebih Mimi juga sangat mencintai John. "Saat pertama memandangi John (ketika lahir), saya tahu dia akan menjadi sosok yang istimewa," kata Mimi. 

Pada 1946, Alfred kembali dari berlayar. Dia bertemu Julia untuk membangun kembali pernikahannya. Namun, Julia mengusirnya. Alfred kemudian mengunjungi Mimi untuk bertemu dan mengajak John jalan-jalan. John saat itu telah berumur 5 tahun dan bersekolah di Dovedale Primary School. Ternyata, Alfred membawa John ke Blackpool dan hendak hijrah berdua ke New Zealand.

John Lennon bersama ibu kandungnya, Julia Stanley
Mimi bingung mengetahui rencana Alfred. Dari teman pelaut, Mimi mengetahui alamat Alfred di Blackpool. Mimi pun mengajak Julia untuk bertemu Alfred. Saat Julia bertemu Alfred, terjadi perdebatan. Alfred kemudian menyuruh John yang baru berumur 5 tahun untuk memilih, ingin tinggal bersama ayahnya atau ibunya. John menjawab, “daddy,” ayahnya.

Alfred Lennon
Julia lalu pergi. Namun ketika dia melangkah keluar dari pintu, John mengejarnya dari belakang sambil menangis. Mimi yang melihat kejadian itu bertindak cepat: dia mengambil John dan membawanya lari, pergi.  

John kecil pun tinggal bersama Mimi dan suaminya, George Smith. Julia berpisah dari Dykins. Selanjutnya, Julia hidup bersama pria lain, Bobby, dan dikaruniai dua anak perempuan: Julia dan Jackie. Sementara Alfred, dia hidup di New Zealand, tanpa John, tanpa Julia.

Mother, you had me, but I never had you
I wanted you, you didn’t want me
So I, I just got to tell you
Goodbye, goodbye


Father, you left me, but I never left you
I needed you, you didn’t need me
So I, I just got to tell you
Goodbye, goodbye


...
Mama don’t go
Daddy come home

(Mother ditulis oleh John Lennon)

Referensi: A Biography of John Winston Ono Lennon oleh Jean Teeters, film Nowhere Boy, sing365.com. Foto: Dovedale School, Life.com, Absoluteelsewhere.com.

Kamis, 13 Desember 2012

Kalla Group: Enam Dekade, Tiga Generasi

Tiga generasi keluarga Kalla (foto: koleksi pribadi keluarga Kalla)
'Tak terasa, Kalla Group sudah berusia 60 tahun (1952 - 2012). Sepanjang usia itu, Kalla Group telah mengalami evolusi. Dari sebuah ruko kecil di jalan R. E. Martadinata Makassar (sekarang jalan Nusantara) berevolusi menjadi showroom-showroom mobil, pabrik-pabrik konstruksi, dan gedung 15 lantai Wisma Kalla. Dari satu perusahaan kecil bernama N. V. Hadji Kalla Trading Company yang menghidupi satu keluarga berevolusi menjadi belasan perusahaan yang menghidupi ribuan karyawan dan keluarganya masing-masing. Menakjubkan!

Evolusi. Kata yang mungkin tidak dimengerti oleh H. Kalla, pendiri Kalla Group, yang hanya tamatan kelas III SD. Namun yang pasti, H. Kalla sangat mengerti bahwa profesi pengusaha tidak membutuhkan strata pendidikan yang tinggi, tapi cuma butuh gairah yang kemudian melahirkan semangat dan kenekatan. Dengan pemahaman itu, H. Kalla duduk menjadi seorang Direktur Utama yang memimpin orang-orang dengan strata pendidikan yang lebih tinggi darinya.

Lantas, adakah jarak antara H. Kalla dengan karyawannya? Sama sekali tidak. Dengan bekal agama yang cukup dari kampungnya, Bone, H. Kalla paham betul bagaimana memperlakukan karyawan dengan baik. H. Kalla sangat paham makna keadilan. Maka ketika usaha berjalan mulus, berbagi kesejahteraan menjadi hal yang utama. Dan ketika perusahaan mengalami krisis dari 1958 sampai 1966, H. Kalla menggunakan tabungan keluarga untuk membayar gaji karyawannya. Itulah pemimpin. Nilai mulia seorang pemimpin tidak terletak dari tinggi-rendah sekolahnya, pintar-bodoh keilmuannya, tapi dari tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin. Sederhana.

Hanya 14 tahun (1952 - 1966) H. Kalla memegang nahkoda Kalla Group. Waktu yang singkat bagi generasi pertama untuk ukuran sebuah perusahaan. Moeryati Soedibyo saja, generasi pertama PT Mustika Ratu pada 1971, baru mewariskan perusahaannya pada generasi kedua pada 2011 lalu. Jacoeb Oetama, pendiri Kompas pada 1965, bahkan belum mewariskan perusahaannya sama sekali. Tapi begitulah pemimpin sejati, tidak hanya paham bagaimana memimpin perusahaan dengan baik, tapi juga mewariskan kepemimpinannya dengan baik pula.

Dan pada 1967, H. Kalla mewariskan perusahaannya kepada anaknya Muhammad Jusuf Kalla. Momen yang tepat dan keputusan yang benar. Di tangan Jusuf, Kalla Group bangkit dari krisis dan melebarkan sayapnya ke ragam sektor bisnis. Dari jual-beli hasil bumi (beras, cokelat, dll.) dan sarung melebar ke jual-beli mobil, aspal, beton, properti, listrik, dan trafo. Dari jasa angkutan antardaerah yang sederhana bernama Cahaya Bone melebar ke jasa konstruksi, jasa angkutan laut, jasa pendidikan, jasa rental mobil, dan jasa pembiayaan. Selama 33 tahun (1967 - 2000), Jusuf memimpin dan membesarkan Kalla Group lalu mewariskannya kepada adiknya, Fatimah Kalla.

Kini, generasi ketiga muncul mengambil peran dalam dua sosok: Imelda Jusuf Kalla (Direktur Keuangan) dan Solichin Jusuf Kalla (Direktur Pengembangan). Keduanya ingin menepis pameo: generasi pertama mendirikan, generasi kedua mengembangkan, dan generasi ketiga menghancurkan. Keduanya, secara tahap demi tahap, mencoba memimpin Kalla Group menggarap bisnis besar yang selama ini belum dimaksimalkan: energi, agroindustri, dan transportasi monorail. Sebagaimana kata Solichin Jusuf Kalla dalam wawancaranya kepada majalah Fortune, "Kalla Group selama ini adalah ikan besar di kolam kecil." Artinya, generasi ketiga ingin membawa Kalla Group ke kolam besar.