Rabu, 16 Desember 2015

Seru-seruan di Even Sepeda Kalla Bike Adventure Seri II

Suasana start (Foto: Fachrul Khairuddin)
Para penggemar motor trail harus menanggung malu. Jalur berlumpur yang biasa mereka jajal telah ditaklukkan ribuan pesepeda dalam acara Kalla Bike Adventure (KBA) Seri II yang berlangsung Ahad, 6 Desember 2015, yang lalu. Salah seorang biker motor trail bahkan berkata dalam logat Makassar, "Maumaki cari jalur lain ini. Dilewatimi jalurta sama sepeda."

Peserta melaju selepas start (Foto: Fachrul Khairuddin)
Jalur sepanjang 43 kilometer yang melintasi daerah Makassar, Gowa, dan Maros itu sangat panjang dan menantang memang. Pesepeda harus menyusuri semua jenis jalanan, mulai dari aspal, beton, paving, tanah merah, tanah berbatu, bahkan sampai sawah. Sangat melelahkan. Hujan yang turun semalam sebelum acara membuat kondisi jalur becek. Kondisi tersebut pun semakin memberatkan para pesepeda. Sepeda dan badan mereka berlumuran lumpur.

Berlumur lumpur (foto: Azhar)
Berlumur lumpur (foto: Azhar)

Jalur kampung Romang Tangngayya (foto: Fachrul Khairuddin)
Pesepeda Berguguran
Start baru satu jam dimulai, panitia yang bertugas di mobil Ambulance PMI mengabarkan: ada pesepeda perempuan yang sesak napas di kilometer 5 dan harus dilarikan ke rumah sakit. Beruntung, kondisi peserta itu 'tak terlalu parah. Dia bahkan kembali ke lokasi acara (panggung) yang terletak di Driving Range Golf Perumahan Bukit Baruga.

Korban sesak napas (foto: Irwan)
Sekira satu jam kemudian, teman Ambulance kembali mengabarkan: ada pesepeda yang pingsan. Beruntung Tim Medis PMI bertindak cepat dan segera memberikan pertolongan medis. Salut untuk mereka.

Pesepeda pingsan (foto: Azhar)
Tim Medis sigap (foto: Azhar)
Evakuasi pesepeda yang pingsan ke ruangan ber-AC (foto: Azhar)
Di kilometer 15, tepatnya di jalur pinggir sungai menuju bendungan di daerah kampung Romang Tangngayya, para pesepeda mulai berguguran. Puluhan peserta dan sepedanya dievakuasi motor trail satu persatu, bolak-balik. Mobil pick up 'tak bisa menjangkau lokasi. Satu-dua pesepeda bahkan merantai sepedanya di pohon lalu meninggalkannya. 

Founder KBA, Bapak Halim Kalla, juga menyerah. Kepada panitia dia bahkan mengeluh sakit di lengan kirinya akibat terjatuh. Sebuah motor pun segera mengevakuasi beliau.

Bapak Halim Kalla (kiri), founder KBA (foto: Azhar)
Bagi-bagi Hadiah
Pares Cycling Club (PCC) menjadi tim yang pertama finish. Syarat 5 anggota tim harus start dan finish bersama mampu mereka penuhi dengan sempurna. Hadiah uang tunai pun dalam genggaman mereka walau pun jumlahnya 'tak seberapa.
Kru PCC (foto: Azhar)
Kru PCC kompak (foto: Azhar)
Kru PCC, finisher tercepat (foto: Azhar)
Selain untuk tim, puluhan hadiah undian juga berhamburan untuk para pesepeda. Hadiah utama berupa motor trail menjadi milik pesepeda asal Sidrap. Hadiah diberikan langsung oleh Bapak Zumadi Anwar, Direktur Utama PT Bumi Karsa dan suami dari Ibu Imelda Jusuf Kalla.

Peraih hadiah motor trail (foto: Azhar)
Overall, KBA Seri II, geerr-nya berantakan, lumpurnya berlumuran, sampahnya berserakan.

Bersih-bersih Sampah
Sebagai bentuk tanggung jawab, panitia melakukan aksi bersih-bersih sampah dan rambu di jalur dan lokasi yang dilalui pesepeda. Semua sampah yang terkait acara dikumpulkan lalu dibuang ke tempat sampah, sebagian dibakar.

Kumpul-kumpul sampah (foto: Fachrul Khairuddin)
Bakar-bakar sampah (foto: Fachrul Khairuddin)
Bakar-bakar rambu (foto: Fachrul Khairuddin)
Bersih-bersih sampah plastik (foto: Fachrul Khairuddin)
Insya Allah, tahun depan, kita bertemu lagi di Seri III. Tentunya dengan jalur yang lebih seru dari dua seri sebelumnya.

Yang Menarik, Dibuang Sayang

Peserta dengan sepeda biasa (foto: Azhar)
Peserta terkapar (foto: Azhar)
Tim Medis aktif (foto: Azhar)
Selfie Sukaesih (foto: Azhar)
Peserta dengan sepeda biasa (foto: Azhar)
Kupon undian (foto: Azhar)
Mbak ini finish, salut kita (foto: Azhar)
Kram sedikit (foto: Azhar)
Makan siang di antara sepeda (foto: Azhar)
Punkers mungkin (foto: Azhar)
Serius sekali, om! (foto: Azhar)
Parkiran (foto: Azhar)
Salonpas (foto: Azhar)
Loading (foto: Azhar)
Selfie Sukaesih (foto: Azhar)
Angkat sepeda (foto: Azhar)
Bahagia dapat hadiah (foto: Azhar)
Ketua Panitia bagi-bagi hadiah (foto: Azhar)
Pesan yang sederhana (foto: Azhar)
Tumpukan sepeda (foto: Azhar)
Panitia eksis dulu (foto: Azhar)

Senin, 09 November 2015

Patallassang, Daerah Rawan yang Kini Menjadi Kota Idaman

Lapangan Golf Padivalley
Daeng Jarung 'tak mempan disambit parang. Dia tetap bertahan sambil meronta. Hingga massa membawakannya sebongkah batu besar dan menghantamkan ke kepalanya. Daeng Jarung pun meninggal dengan mengenaskan.

Sejak saat itu, 'tak ada lagi perampokan di daerah Patallassang. Yang tersisa hanyalah cerita kelam tentang Daeng Jarung dan komplotannya. Dan bagaimana cara mereka merampok.

Suardi (25 tahun), warga asli Patallassang, menceritakan dengan lancar aksi perampokan komplotan Daeng Jarung, "Datangi baik-baik minta satu ekor ayam. Kalau diacuhkangi, tunggumi malam-malam, satu kandang ayam hilang."

Tapi itu cerita lalu. Patallassang kini telah berubah penuh damai. Pemerintah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, bahkan memroyeksikan daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Maros itu sebagai kota idaman.

Lokasi dan jalanan menuju kota idaman sudah ada, tinggal menggaet investor untuk pembangunannya ke depan. Sebagai langkah awal, akan dikembangkan terlebih dahulu Kawasan Industri Gowa (KIWA). Sebelumnya juga telah dibangun Lapangan Golf Padivalley dengan segala fasilitas di dalamnya.

*****

Ahad kemarin, 8 Nopember 2015, saya menyempatkan waktu bersepeda ke daerah Patallassang. Dari rumah di Sudiang, Makassar, saya mengayuh sepeda dengan jarak tempuh sekira 50 kilometer hingga pulang kembali ke rumah.

Jangan kagum! Apa yang saya lakukan itu belumlah seberapa. Pada 1990-an, ketika jalanan di Patallassang masih tanah merah dan belum beraspal mulus seperti sekarang, para orangtua di sana sudah mengayuh sepeda mereka tiap hari menuju Pasar Terong Makassar guna menjajakan hasil kebun mereka.

Mereka mengayuh sepeda mulai pukul 01.00 malam karena pasar dimulai pada subuh hari. Selepas hari pasar, mereka pun kembali ke rumah mereka. Begitulah aktifitas mereka setiap hari. Luar biasa!

Patallassang yang dalam bahasa Indonesia berarti penghidupan, semoga betul-betul menjadi penghidupan dan kota idaman bagi warganya dan warga di daerah sekitarnya. Apapun perkembangannya.

Selasa, 03 November 2015

Kemarau Senja di Taman Prasejarah Leangleang

Pada tulisan awal Januari 2015 silam, saya sudah membahas profil Taman Prasejarah Leangleang. Bagaimana keindahannya, sejarahnya, dan hal-hal lain dalam kacamata saya.

Akhir Oktober kemarin, saya kembali mengunjungi tempat yang saya lebih suka menamainya Taman Batu itu. Di senja hari, di bawah terik matahari musim kemarau.

Ada perbedaan mendasar antara mengunjungi Taman Prasejarah Leangleang saat musim hujan dengan mengunjunginya saat musim kemarau:

Pertama, suasana taman saat musim hujan lebih hijau dan pepohonan juga tersaji rindang. Di musim kemarau, rumput-rumput mengering, beberapa pohon habis daunnya. Bebukitan pun terlihat sangat gersang.

Kedua, 'tak ada air sungai saat kemarau. Otomatis, perjalanan mengelilingi taman pun tanpa ditemani suara gemuruh air yang mengalir.

Ketiga, ini yang menarik, saat musim hujan warna bebatuan menjadi hitam, sedangkan saat musim kemarau warna batu lebih cerah dan beragam.

Berikut adalah foto-foto Taman Prasejarah leangleang saat musim kemarau:








Foto-foto Taman Prasejarah Leangleang saat musim hujan bisa Anda lihat di blog ini pada arsip tulisan Januari 2015.

Selasa, 27 Oktober 2015

Cara Menikmati Kupu-kupu dan Monyet di Bantimurung

Kupu-kupu di penangkaran
Karena perubahan alam, kupu-kupu menjadi langka saat ini. Pun di daerah yang sangat rindang semisal Bantimurung, kupu-kupu butuh penanganan khusus agar masih bisa dinikmati.

Penangkaran adalah salah satu upaya melestarikan kupu-kupu. Sayangnya, kupu-kupu di penangkaran umurnya sangat singkat, biasanya cuma satu minggu. Bandingkan dengan kupu-kupu di alam bebas yang bisa hidup sampai satu bulan. Kupu-kupu yang mati lalu diawetkan dan dipajang dalam bingkai.
Model penangkaran
Di saat musim kemarau seperti ini, kupu-kupu di penangkaran sangat sedikit. Berbeda dengan musim hujan, kupu-kupu cukup banyak.

Jadi kalau Anda ingin menikmati kupu-kupu di penangkaran Bantimurung, datanglah saat musim hujan. Ratusan jenis kupu-kupu siap memanjakan mata Anda.

Monyet bergelantungan di atas pohon
Di Bantimurung, monyet hidup secara bebas. Bergelantungan dari pohon ke pohon atau bertengger di atas bukit. Mereka biasanya turun di saat sore hari. Menyapa pengunjung dan mencari makan.

Jadi kalau Anda ingin menikmati monyet di Bantimurung, datanglah saat sore hari. Tapi hati-hati, pada momen ‘tak terduga, monyet akan menjatuhkan buah nangka dari atas. Cukup bahaya kalau mengenai kepala Anda. Hehe.