Senin, 20 November 2017

Rammangrammang: Kampung Berua

Kampung Berua adalah kampung yang dikelilingi gunung-gunung karst. Kontur daerahnya berupa persawahan yang ditumbuhi pepohonan, pebukitan batu, dan dibelah aliran sungai.

Kampung Berua cukup sepi, hanya dihuni 17 keluarga. Sungai menjadi satu-satunya akses menuju kampung tersebut dengan menggunakan perahu bermesin.

Kampung ini menjadi salah satu lokasi wisata di Rammangrammang. Saya pribadi menyebutnya lokasi wisata desa. Bagi yang ingin menikmati suasana desa di tengah penatnya kota Makassar dan Maros, berkunjunglah ke Kampung Berua!

Kampung Berua (dok. pribadi)
Rumah warga di Kampung Berua (dok. pribadi)
Kampung Berua (dok. pribadi)
Pohon kelapa di Kampung Berua (dok. pribadi)
Pohon pisang di kampung Berua (dok. pribadi)
Kampung Berua (dok. pribadi)
Kampung Berua dari atas (dok. pribadi)
Kampung Berua dari atas (dok. pribadi)
Kampung Berua, Indonesia (dok. pribadi)
Pemandangan dari bukit batu (dok. pribadi)
Perahu wisatawan (dok. pribadi)
Kampung Berua (dok. pribadi)

Rammangrammang: Kampung Batu

Kampung Batu terletak 'tak jauh dari dermaga, hanya sekira 200-an meter. Kampung ini berupa persawahan dan semak belukar yang ditumbuhi batu-batu karst besar sejauh mata memandang. Sangat indah dipandang, apalagi kalau gambarnya diambil pakai kamera drone.

Lihat gambar saja supaya puas! Kalau tidak puas, segeralah berkunjung ke Kampung Batu.
Kampung batu (dok. pribadi)
Kampung Batu (dok. pribadi)
Kampung Batu (dok. pribadi)
Wisatawan lagi menikmati Kampung Batu (dok. pribadi)
Batu Karst (dok. pribadi)
Wisatawan di antara batu karst (dok. pribadi)

Rammangrammang: Dermaga, Perahu, dan Sungai

Dermaga Rammangrammnag (dok. pribadi)
Salah satu yang menarik dari wisata Rammangrammang adalah kita harus mengendarai perahu kayu bermesin untuk menuju ke setiap lokasi wisata. Perahu selalu tersedia di dermaga dengan tarif progresif, tergantung jumlah penumpang. Harga paling rendah adalah Rp 200.000 untuk satu sampai empat penumpang. Walau penumpangnya 'tak cukup empat, harganya tetap begitu.  

Ketika perahu sudah jalan, pemandangan indah di sisi kanan-kiri sungai hadir memanjakan mata kita: pohon nipah, tanaman bakau, batu karts gunung tinggi, dan lainnya. Lihat gambar! Kalau tidak puas, segeralah berkunjung ke Rammangrammang!
Sungai dengan pohon nipah di sisinya (dok. pribadi)
Sungai dengan pohon nipah di sisinya (dok. pribadi)
Sungai dengan tanaman bakau di sisinya (dok. pribadi)
Saling menyapa ke pengunjung lain
Nahkoda perahu (dok. pribadi)
Rambu berupa kaca (dok. pribadi)

Menyapa pengunjung lain

Rabu, 23 Agustus 2017

Mengenal Air Terjun Maddenge

Sebagai wilayah yang masih bersambung dengan Taman Wisata Nasional Bantimurung, Camba 'tak mungkin tidak memiliki alam yang indah. Air terjun Maddenge' salah satu buktinya. Tersembunyi di balik kesunyian, air terjun yang terletak di Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan itu menyajikan eksotika yang khas dibandingkan air terjun lainnya.

Butuh perjuangan menuju air terjun di balik bebukitan itu. Jalan masuknya yang curam ke atas yang terletak di Dusun Tokka hanya bisa dilalui mobil satu arah. Kalau ada dua mobil yang berpapasan, satunya harus mengalah. Itu pun, setelah mobil terparkir, butuh jalan kaki lagi di antara semak-semak dan pepohonan untuk menuju air terjun.

Pun demikian, sesampai di tujuan, perjalanan yang panjang terbayar dengan sajian air terjun dan pemandangan alam yang indah di sekitarnya. Berikut foto-fotonya:

Aliran air di dekat air terjun
Air terjun utama
Air terjun Madenge belum dikomersilkan oleh Pemerintah Kabupaten Maros. Warga pun masih bisa menikmatinya secara gratis.

Berikut foto-foto lain yang menggambarkan suasana di sekitar air terjun:

Jalan masuk ke air terjun ditemani Hutan Pinus
Pemandangan ke jalan poros Kota Camba
Suasana dekat air terjun
Suasana dekat air terjun

Minggu, 22 Januari 2017

Kopi

Banyak sudah tulisan tentang kopi: artikel, penelitian, novel, bahkan puisi. Ingin juga menulis tentang jenis biji-bijian itu, namun 'tak ada lagi bahan. Mungkin saking enaknya kopi itu sampai 'tak ada lagi kalimat untuk mengungkapkannya.

Pertama kali suka kopi saat menggarap skripsi 2007 silam. Sebelumnya saya lebih banyak minum teh. Kopi idola saya waktu itu adalah coffemix, kopi susu sachet pertama. Candu. Saya bisa menghabiskan hingga lima sachet perhari sambil mengetik kalimat. Walhasil, skripsi saya selesaikan setahun kemudian. Bisa dibayangkan sudah berapa sachet yang saya habiskan.

Selanjutnya, kesukaan saya terhadap kopi berlanjut seiring mulai menjamurnya warkop-warkop di kota Makassar. Warkop favorit saya adalah Dg. Sija. Entah kenapa, seiring waktu, kopi di warkop Dg. Sija kehilangan rasa. Komersialisasi telah merenggutnya.

Hari demi hari, saya mulai suka nongkrong di warkop lain, apalagi yang ramai: Mappanyukki, Andalas, Dottoro', 51, Az Zahrah, dan lainnya. Perlahan, rasa kopi di warkop-warkop itu juga turut simpang siur. Benar kata El dalam film Filosofi Kopi, "Kopi itu harus dibikin dengan cinta, bukan ambisi." Apalagi ambisi bisnis.

Dalam perjalanannya, kesukaan saya terhadap kopi semakin spesifik. Saya lebih suka memesan kopi Vietnam sekarang, kopi yang terkenal karena adanya kasus Jessica-Mirna. Entahlah, kopi itu rasanya pas saja di lidah. 

Entah sampai kapan candu ini ada. Yang jelas, saya ingin selalu menikmatinya.

Sabar menanti.
Kopi dan bukunya sungguh berisi.
Gerimis di luar pun perlahan teresapi

Sabtu, 07 Januari 2017

Kampala

Bagi yang ingin mengkhayalkan keberadaan Kerajaan Marusu' (Maros) berabad-abad silam, mungkin Kampala bisa mewakilinya.

Tanah yang subur, sungai yang membentang panjang, dan kuburan para tetua bisa membawa kita menerka-nerka, betapa bersahajanya Kerajaan itu dulu.

Dan generasi sekarang punya cerita, semoga mereka bisa membawa Maros menjadi lebih jaya. Dan Kampala hanyalah saksi bisu.

Rumah dengan perahu di depannya
Perahu bersandar di dermaga
Angkutan sungai
Jembatan di atas sungai
Jalan Poros
Angkutan sungai
Perahu kecil
Perahu besar

Kamis, 05 Januari 2017

Pantai Kuri

Wisata pantai sudah sangat lazim di Makassar dan daerah sekitarnya. Tapi Pantai Kuri yang terletak di Maros dijamin memberikan suasana beda.

Pantainya masih alami, belum tersentuh komersialisasi sama sekali. Kehadiran kampung nelayan Kuri Caddi di samping kanannya semakin menambah kealamian.

Foto-foto berikut mungkin bisa menggambarkannya:

Nelayan bersandar
Pohon Bakau
Perahu di belakang rumah nelayan
Dermaga alami
Suasana pantai belakang kampung
Pantai alami
Dahan tumbang yang 'tak dihiraukan
Anugerah Tuhan dalam bentuk alam

Pantai Alami
Bagi yang ingin mengunjungi Pantai Kuri, silahkan lewat jalan Pate'ne di samping jalan tol Ir. Sutami. Tepat di ujung jalan Pate'ne terdapat dua jalan: kalau lurus lalu belok kanan, kita menuju kampung nelayan Kuri Lompo; kalau belok kiri dan berjalan lagi sekira satu kilo lebih, kita menuju Pantai Kuri dan kampung nelayan Kuri Caddi.