Jumat, 17 Mei 2024

Ekonomi Luwu

Sebuah daerah dikatakan mendunia apabila kehidupan ekonominya sudah melibatkan empat sektor sekaligus: warga, pemerintah, swasta, dan asing. Semakin besar ukuran keterlibatannya, semakin mendunia daerah itu.

Bicara warga dan pemerintah, hampir semua daerah di Indonesia sudah dihuni warga yang diwadahi pemerintah. Cuma ada bedanya antara daerah satu dengan lainnya: tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan otomatis menggambarkan kualitas dan kesiapan warga dan pemerintah daerah itu untuk membangun ekonomi. Dari sisi tenaga kerja maupun aturan.

Kalau swasta, sangat mudah melibatkan mereka ke daerah. Bangun saja jalan yang bagus, swasta akan masuk dengan sendirinya. Paling minimal: mobil kampas yang menjual barang grosiran atau sales dealer yang membawa brosur harga kendaraan. Developer, jangan ditanya.

Kalau asing, mudah juga memasukkan mereka ke daerah. Cuma caranya lebih mahal: selain jalan bagus, mesti dibangun juga pelabuhan atau bandara. Atau dua-duanya sekaligus. Tujuannya untuk mempermudah dan mempercepat mobilisasi barang dan orang.

*****

Luwu, termasuk di dalamnya Palopo, punya potensi besar untuk mendunia. Daerah itu dibelah jalan trans Sulawesi, punya pelabuhan, dan punya bandara. Apa yang kurang? Tinggal kapasitas dan fasilitasnya saja yang diperbesar.

Dari sisi pendidikan, hampir semua universitas eksis di Luwu. Negeri maupun swasta. Asuhan Kemendikbud maupun Kemenag. Bahkan universitas yang di Makassar tenggelam, ternyata di Luwu berkembang. Bisa dibayangkan, setiap tahunnya, berapa Sarjana terlahir dan siap membangun Luwu.


Jumat, 10 Mei 2024

From Neverkusen to Neverlosen

 Sisa memenangkan 4 pertandingan, Bayer Leverkusennya Xabi Alonso akan membuat sejarah: unbeaten dan hattrick gelar (Bundesliga, DFB Pokal, dan UEFA European League).


Sejatinya, Leverkusen sudah mengunci gelar Bundesliga. Itu gelar pertama mereka dalam sejarah 121 tahun pegelaran Bundesliga dan 119 tahun berdirinya klub.

Namun, jika Leverkusen memenangkan atau seri di dua partai tersisa, dia melengkapi gelar juaranya itu dengan label unbeaten. Klub pertama yang melakukannya. Rekor bersejarah.

Di DFB Pokal, Leverkusen akan bertemu Kaiserslautern pada partai final 26 Mei 2024 nanti. Dan di final UEL, Leverkusen akan bentrok lawan Atalanta pada 23 Mei 2024.

Akankah Leverkusennya Xabi Alonso berhasil mewujudkannya? Kita nikmati saja nanti.

*****

Leverkusen sendiri pernah punya sejarah hebat pada musim 2001-2002. Kala itu, Leverkusen yang dilatih Klaus Toppmoller (kiper legendaris Jerman) punya kesempatan hattrick gelar (Bundesliga, DFB Pokal, dan UEFA Champions League).

Sayangnya, ketiga-tiganya gagal. Di Bundesliga, Leverkusen dipantati Bayern Muenchen dengan hanya selisih satu poin. Kombinasi Lucio di lini belakang, Ze Roberto di tengah, dan Dmitar Berbatov di depan tak mampu membuat Leverkusen menghentikan dominasi Muenchen.

Di final DFB Pokal, Leverkusen digasak 2-4 oleh Schalke 04. Dan di final UCL, Leverkusen dikalahkan tipis 1-2 oleh Real Madrid. Final yang menjadi saksi terciptanya gol tendangan spektakuler kaki kiri oleh Zinedine Zidane.

Kegagalan itu semakin lengkap karena Jerman gagal di final Piala Dunia 2002. Talenta-talenta Leverkusen di timnas Jerman (Michael Ballack, Oliver Neuville, Bern Schneider, dan Cristian Ramelow) tak berdaya menghadapi Brazil.

Di musim itu, Leverkusen pun dijuluki Neverkusen oleh media karena ketidakberhasilan mereka memenangkan satu pun gelar.

Akankah musim ini julukan Neverkusen berubah menjadi Neverlosen? Kita lihat saja nanti.


Kamis, 09 Mei 2024

Peluit Wasit

Peluit wasit adalah keputusan tertinggi dalam sepakbola. Kalau sudah bunyi, apapun yang terjadi setelahnya akan terabaikan.

Dalam partai Serie A antara AC Milan lawan Spezia, misalnya. Saat skor 1-1, Anti Rebic memberikan umpan datar yang disambut tendangan keras melengkung oleh Junior Messias. Gol tercipta. 

Sayangnya, saat Rebic memberi umpan, dia di-tackling pemain Spezia dan wasit terlanjur meniup peluit tanda pelanggaran. Gol Messias pun dianulir. 

Para pemain Milan protes. Wasit menyambutnya dengan tangan diangkat dan ekspresi sedih tanda permohonan maaf. Selesai. Sesederhana itu.

Contoh lain: partai La Liga antara Valencia lawan Real Madrid. Di menit akhir, saat skor 2-2, Brahim Diaz memberikan umpan silang ke dalam kotak penalti. Umpan itu disambut sundulan terukur Jude Bellingham. Gol tercipta.

Sayangnya, umpan Brahim bersamaan dengan tiupan peluit panjang wasit tanda pertandingan berakhir. Gol pun dianulir. 

Para pemain Madrid protes keras. Wasit mengabaikannya. Wasit bahkan mengeluarkan kartu merah kepada Bellingham yang dianggap berkata kasar. Selesai. Sesederhana itu.

Semalam pun demikian saat Real Madrid bertemu Bayern Muenchen di Semi Final UCL. Gol Matthis De Light jelas diabaikan wasit karena peluit tanda offside sudah tertiup akibat wasit melihat hakim garis mengangkat bendera tanda offside.

Pemain dan official Muenchen protes keras. Wasit mengabaikannya dan memohon maaf. Selesai. Sesederhana itu.

Tapi kalau di Indonesia: Liga 1, Liga 2 atau Liga Tarkam, a'muruki rupanna wasitka napakamma panjaguru'. Remoi.



Smelter Keluarga Kalla

Pabrik Smelter Ferro Nickel (FeNi) PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS) milik keluarga Kalla sudah selesai dibangun di Bua, Luwu. Saat ini, smelter sedang proses commisioning untuk memastikan semua mesin berjalan maksimal sesuai kapasitasnya.

Smelter BMS mulai digarap pada 2014. Diawali pembebasan lahan, lanjut pembangunan setahap demi setahap, sampai jadilah seperti saat ini di 2024. Pas sepuluh tahun. Lumayan lama.

Kelamaan itu terjadi disebabkan karena keterbatasan dana dan tenaga. Terlebih Manajemen juga fokusnya terpecah karena -di sisi lain- membangun PLTA di Malea, Tana Toraja, memanfaatkan aliran air sungai Saddang. PLTA juga sudah selesai dibangun. Presiden Jokowi meresmikannya awal 2022 silam.

Setelah selesai membangun smelter FeNi, BMS selanjutnya dalam proses membangun pabrik Smelter Nickel Sulfat (NiSo). Target selesai 2025.

*****

Mengapa BMS membangun smelter di Bua yang notabene jauh dari sumber bahan baku? Pilihannya memang dua: bangun dekat sumber bahan baku atau dekat sumber listrik. Pilihan pun jatuh: membangun ditengah-tengahnya. Di antara keduanya.

Dengan membangun smelter di Bua, BMS masih bisa memanfaatkan listrik dari PLTA Malea. Sekira 176 tower transmisi dibangun untuk mengalirkan listrik dari PLTA Malea ke gardu induk smelter di Bua. Lewat jalur Mangkendek, tembus Bastem, lalu ke Bua.

Loh, bukannya listrik PLTA Malea buat dijual ke PLN? Ada dua PLTA yang dibangun di Malea: Malea I (2 x 45 MW) dan Malea II (3 x 75 MW). PLN hanya membeli Malea I. Adapun Malea II dimanfaatkan untuk melistriki smelter. 

Untuk bahan baku utama, seperti nikel ore dan batubara, BMS membelinya dari pelbagai perusahaan tambang. Tentunya yang sesuai spesifikasi pabrik. 

Untuk memperlancar proses mobilisasi bahan baku, BMS membangun jetty di pinggir laut dekat smelter. Karena di antara smelter dan jetty dilintasi jalan trans Sulawesi, BMS pun membangun fly over guna menghubungkan keduanya. Agar pengendara umum tidak terganggu.