Jumat, 14 September 2012

Masterchef Putu Cangkir

Tangan Fitri (38 tahun) dengan lincah mencampur adonan beras ketan, gula merah, gula pasir, dan parutan kelapa dalam sebuah cetakan lalu meletakkannya di atas sebuah kukusan. Dalam hitungan menit, putu cangkir pun jadi dan siap dijual.

Itulah rutinitas harian Fitri dan keluarganya: membuat putu cangkir, kue khas Bugis-Makassar, dan menjualnya. Dengan menggunakan gerobak, Fitri yang asli Makassar menjajakan putu cangkirnya seharga Rp 800 per biji dari sore hingga sekira pukul 12 malam. Fitri berjualan di pinggiran jalan dekat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Daya, Makassar. 

Gerobak Fitri 'tak pernah sepi dari pembeli. Rasa gula merah yang legit menjadi ciri khas putu cangkir jualannya yang digemari pembeli. Terlebih Fitri juga selalu memberikan bonus kue lebih kepada pembeli.

Pantai Kering di Bone


Pernah dengar sebutan Pantai Kering di Bone. Ya, itulah sebutan bagi jajaran cafe yang berlokasi di jalan Veteran, kota Watanpone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Cafe-cafe di Pantai Kering menyerupai cafe-cafe di Pantai Karebosi Makassar atau Kendari Beach Kendari. Jajanannya pun sama: minuman jus, kopi, roti, kue, gorengan, dan lainnya. Cuma bedanya, tidak ada pantainya. Makanya dinamakan Pantai Kering.

Pantai Kering sangat ramai dikunjungi pada malam hari. Banyak pelanggan terutama dari kalangan anak muda yang memilihnya sebagai tempat nongkrong. Kata Andi Khairuddin, warga Watanpone, "Kalau malam banyak orang. Jalanan di situ sudah tidak kelihatan."

Kamis, 06 September 2012

Ullang, Pria Dengan Kemampuan Berhitung Luar Biasa


Ullang Co’mo’, begitulah pria 22 tahun ini akrab disapa. Badannya memang co’mo’ (gemuk) berisi. Seberisi otaknya yang memiliki kemampuan berhitung luar biasa. Dia mampu menghitung perkalian, penjumlahan, pengurangan, dan pembagian secara cepat dengan otaknya, tanpa cakaran. Pun perhitungan dengan menggunakan angka-angka besar. Ullang bahkan menglaim mampu berhitung dengan pola sin, cos dan tang.

Banyak orang menyangka, pria yang hanya sekolah sampai kelas III SD ini adalah orang terbelakang. Hal yang wajar melihat penampilan kumuhnya dan kebiasaannya berjalan jauh tanpa alas kaki. Namun saat penulis menraktirnya minum kopi di sebuah Warkop di jalan Urip Sumohardjo, Makassar, ‘tak tampak ciri terbelakang pada dirinya. Dia bisa bicara dengan normal, apa adanya. Dia bahkan mampu menjelaskan secara detil sejarah hidupnya, keluarganya, alamatnya, dan lain-lainnya dengan bahasa Indonesia yang tegas, sesekali menggunakan bahasa Makassar, bahasa yang sangat dikuasainya.

Ullang juga dengan percaya diri menawarkan kemampuan berhitungnya kepada penulis. Tentunya dengan harapan menerima upah ala kadarnya. Itulah memang rutinitas harian Ullang. Dia keluar rumah pagi-pagi dan berjalan kaki keliling kota Makassar menawarkan kemampuan berhitungnya. Dia baru pulang ke rumahnya selepas Isya. Kalau uang yang didapatnya banyak, dia pulang dengan menyewa ojek.

Ullang yang bernama asli Ruslan Yusuf lahir di Palopo pada 13 Juni 1990, hari Rabu pukul 10.00 malam. Dia adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Ayahnya Yusuf adalah seorang tukang batu; ibunya Nuraeni adalah ibu rumahtangga. Bersama keluarganya, Ullang tinggal di jalan Teuku Umar 12 nomor 10 C, Butta-Butta Ca’di, Galangan Kapal, Makassar.

Sehebat apa kemampuan berhitung Ullang? Anda bisa bayangkan, saat penulis bertanya berapa hasil perkalian dari 353 x 273, Ullang menjawab dengan cepat: 96.369. Jawaban Ullang tepat. Saat penulis bertanya lagi berapa hasil perkalian dari 253 x 714 x 510, Ullang menjawab: 92.127.420, meskipun dengan durasi berpikir yang lebih lama dari pertanyaan pertama, tapi jawabannya tepat. Kemampuan berhitung yang luar biasa, bukan? Saat penulis tanya apa rahasia berhitung Ullang, dia ‘tak menjawab. Dia hanya tersenyum. Mungkin memang tidak ada jawabannya alias kemampuan Ullang itu adalah anugrah Ilahi.

Waktu berlalu, ‘tak terasa hampir maghrib. Penulis pun pamit pulang kepada Ullang. Uang ala kadarnya penulis berikan kepadanya sebagai upah dari pertunjukan kemampuannya berhitung. Dia menerimanya dengan bahagia. “Terimakasih, Om! Saya doakan semoga Om panjang umur!” Kata Ullank, lugu dan apa adanya.