Selasa, 26 Februari 2019

Cholil Mahmud


Dia tumbuh dan besar sebagaimana anak kota 90-an lazimnya: sekolah dan suka nge-band. Pada 1998, band-nya bahkan hampir rilis album bersama label rekaman ternama. Sayang, krisis ekonomi membuyarkan semuanya.

Dia pun memilih profesi yang sesuai kuliahnya: akuntansi. Lima tahunan lamanya dia berkutat dengan kwitansi. Dia bosan dan kembali memimpikan cita-citanya menjadi pemain band dan merilis album rekaman.

Pada 2006, cita-citanya terwujud. Album pertama band-nya keluar. Disusul album kedua setahun setelahnya. Sekarang, band-nya punya fans di mana-mana yang setia menunggu aksi panggung mereka.

Ya, dialah Cholil Mahmud, vokalis dan gitaris band Efek Rumah Kaca.

Senin, 18 Februari 2019

Perjuangan Hidup Denny Sumargo

Densu (dok. Liputan6)
Dia lahir di Makassar dari rahim seorang perempuan Cina-Luwuk dan Ayah seorang Minangkabau. Sebelum dia lahir, Ayahnya pergi meninggalkan ibunya, entah ke mana. Dia pun 'tak pernah tahu rupa ayahnya.

Masa kecilnya dilalui dengan pelbagai cibiran dan penolakan. Di usia kanak-kanak dia sudah berkerja serabutan. Demi makan. Jadi kenek, jadi gelandangan, dan bahkan mengais-ngais makanan di tempat sampah pun pernah dia lakukan.

Perjalanan sukses hidupnya terjadi kala dia bersekolah di SMA Katolik Cendrawasih Makassar. Hebat dalam bermain basket membawanya berlaga mewakili Makassar di PON Surabaya.

Kehebatannya bermain basket kemudian membawanya merapat ke Aspac Jakarta dan sukses menjadi pemain terbaik di klub itu. Meskipun awal-awal dilaluinya dengan cukup berat.

Dari pebasket, dia kemudian lompat karir menjadi artis. Dari model, presenter, hingga menjadi aktor film. Parasnya yang rupawan memang mumpuni untuk profesi itu.

Tahun ketujuh sukses berkarir di Jakarta, dia mendapatkan telepon dari seorang perempuan:

"Halo..., saya Betty kakak kamu," kata perempuan itu memperkenalkan diri.

"Hah, sejak kapan saya punya kakak?" tanyanya kaget.

"Saya kakak tiri kamu dari istri pertama ayahmu. Ibumu adalah istri keempat dan kamu adalah anak paling terakhir," kata perempuan itu.

"Ayah kamu masih hidup dan dia ingin sekali bertemu denganmu," kata perempuan itu lagi.

Dia berpikir dan bahkan berkonsultasi dengan ibunya. Ibunya menolak karena menganggap ayahnya 'tak punya kontribusi sama sekali atas dirinya. Tapi dia tetap kukuh, dia memutuskan bertemua ayahnya untuk pertama kalinya.

Pertemuan dengan ayahnya berlangsung canggung. Dia disuruh duduk oleh ayahnya yang lalu meminta maaf dan memeluk tubuhnya, lama. Keduanya kemudian berpisah dengan tenang dan lega.

Keesokan harinya, dia mendapatkan telpon lagi dari Betty yang mengabarkan bahwa ayahnya telah wafat. Dia terdiam, dan lalu memikirkan beberapa penyesalan.

Ya, dia adalah Denny Sumargo alias Densu.

Referensi: Makassartoday.com; wikipedia.
Foto: Liputan6.com

Senin, 11 Februari 2019

W. S. Rendra

W. S. Rendra (dok. Google)
Dia ditangkap karena berpuisi di Taman Ismail Marzuki pada 1977. Puisinya dianggap menganggu stabilitas pemerintahan orde baru.

Rumah Tahanan Militer di jalan Guntur, Jakarta, menjadi tempat penahanannya. Ruangnya sangat gelap, tak ada lubang cahaya sama sekali. Dia duduk bersila ditemani gemuruh suara nyamuk. Saat pintu tahanan terbuka, matanya silau terterpa sinar matahari.

Dia kemudian mengabadikan suasana di Rutan itu lewat sebuah lirik. Lirik itu kemudian dilagukan Kantata pada 1990 dengan judul Paman Doblang.

Ya, Dia adalah Willibrordus Surendra Broto alias W. S. Rendra (1935 - 2009)

Ratna Sarumpaet

Ratna Sarumpaet dan keluarga (dok. IDN Times/Instagram)
Ayahnya pendiri gereja besar Batak Protestan di Jakarta Timur. Oleh ayahnya, Dia dan saudara-saudaranya dididik disiplin ala Kriten. Tiap hari harus bangun cepat, segera mandi, dan berkumpul tepat jam 06.00 pagi: sarapan, diskusi, lalu ke sekolah.

Untuk menjalankan itu, dia selalu terbantu karena dibangunkan oleh adzan subuh yang bergema dari TOA masjid dekat rumahnya. Lama kelamaan, adzan itu menyentuh hatinya dan membuatnya tertarik belajar Islam. Seolah menjadi jalan, dia memadu kasih dengan seorang Arab Muslim.

Dia mendiskusikan ketertarikannya terhadap Islam kepada ayahnya yang seorang pendeta. Dia juga menyampaikan niatnya menikah dengan kekasih Arabnya. Ayahnya cukup bijak menanggapi niat putrinya itu dan lalu berpesan dua hal dalam sebuah surat: satu, budaya Arab dan Batak itu jauh berbeda; dua, orang Arab itu suka poligami. Dia membaca dan menyimpan surat ayahnya itu.

Dalam perjalanannya, Dia mantap melaksanakan niatnya: menikahi kekasih Arabnya. Aturan negara kala itu membolehkan pernikahan campuran Islam-Kristen. Saat ingin melahirkan anak pertama, Dia bicara kepada suaminya, "Saya ingin masuk Islam.". Dalam keadaan hamil besar, dia dibawa suaminya ke Buya Hamka lalu di-Islam-kan. 

Hingga pernikahannya memasuki tahun ke-13, apa yang diingatkan ayahnya menjadi kenyataan: suaminya poligami. Dia tidak terima dan lalu menceraikan suaminya. Dari suaminya, dia memperoleh empat orang anak. Salah satunya adalah seorang perempuan yang kelak menjadi artis cantik terkenal: Atiqah Hasiholan.

Ya, Dia adalah Ratna Sarumpaet

Referensi: Jaya Suprana Show