Jumat, 28 Agustus 2020

Soeharto dan Liem Sioe Liong

Soeharto & Liem (dok. Antony Salim)
Soeharto dan Liem Sioe Liong (dok. Antony Salim)

Film Janur Kuning (1979) adalah kisah kepahlawanan. Yang kita tahu dari film itu adalah perjuangan tentara Indonesia pimpinan Soeharto melawan tentara Belanda dan sekutunya yang ingin mengganggu kemerdekaan Indonesia. Perang terjadi di Jogjakarta pada 1949. Dikenal juga dengan sebutan Serangan Umum 1 Maret.

 
Tidak banyak yang tahu, di momen itulah Soeharto bersua dengan Liem Sioe Liong. Liem, pengusaha asal Semarang, kala itu bertugas memasok logistik ke markas tentara Indonesia di pebukitan Jawa Tengah. 
 
*****
 
Empat belas tahun kemudian, keduanya kembali bersua di level paling tinggi. Soeharto yang baru saja jadi Presiden butuh pengusaha yang bisa membantunya membangun bangsa. Liem menawarkan diri.
Keduanya laku klop dari sisi sifat dan sikap. Soeharto menginginkan kekuasaan, Liem menginginkan uang. Keduanya pun saling menyangga satu sama lain. Tanpa neko-neko. Soeharto melindungi bisnis Liem. Sebaliknya, Liem mendanai segala kebutuhan Soeharto, keluarganya, kroni-kroni, dan pemerintahannya. Kerja sama keduanya bertahan hingga tiga dekade.
 
Liem dan Soeharto sudah seperti saudara. Saat Liem mengubah namanya menjadi nama Indonesia, Soehartolah yang memberinya nama: Soedono Salim. Diambil dari kata Soe yang berarti baik dan Dono yang berarti uang atau dana. 
 
*****
 
Kini, keduanya mungkin sudah bertemu di dunia lain. Tapi warisannya masih terlihat. Bisnis-bisnis Liem masih berdiri megah dengan nama Salim Group. Sementara anak-anak Soeharto masih eksis dengan gayanya masing-masing.

Senin, 17 Agustus 2020

Mati dan Hidup Itu Ujian

 Hari ini saya sungguh sibuk di jalanan. Pagi-pagi sudah berangkat dari Sudiang menuju Toddopuli VI. Melayati Muhammad Nur Fajrin yang wafat tiba-tiba. Sepupu yang juga dosen olahraga UNM itu tadi malam tersungkur saat lagi bermasyarakat di pos ronda dekat rumahnya.

Keluarga, tetangga, dan teman-temannya tentu saja kaget. Usia beliau baru 38. Tidak pernah terdengar sakit sebelumnya. Tapi begitulah. Mati itu ujian memang. Hidup pun juga ujian. Allah sudah menjelaskannya dalam surah Al Mulk ayat 1 dan 2.

Saya melayati beliau sampai dikubur di Pa'gentungan Gowa. Itu adalah salah satu hak seorang Muslim. Sebagaimana hadits pertama dalam Kitabul Jami' karya Ibnu Hajar Al Asqalani. 

Selain karena hak beliau, saya juga ikut ke kubur supaya bisa mengawal GMPM, Geng Motor Pengantar Mayat. Siapa tahu mereka bikin masalah sama pengendara lain. Kalau betul mereka bikin masalah, saya jalan terus. Besarmi semua toh. Nah, GMPM ini termasuk ujian hidup.

Foto: dokumentasi Tenri Esa Andi Arief


Kamis, 13 Agustus 2020

Miskin

Sebelumnya, Pemerintah mengubah nama beras miskin (raskin) menjadi beras sejahterah (rasta, uuyeee...). Mungkin niatnya ingin menumbuhkan harapan pada nama itu. Entahlah. Padahal yang dikeluhkan sobat miskin selama ini bukan namanya, tapi rasanya. Kok yang diganti namanya, bukan berasnya?

Lalu sekarang, harapan coba ditingkatkan levelnya. Sobat miskin disuruh merencanakan pernikahannya. Salah satunya: menikahi orang kaya. Biar terjadi subsidi silang. Padahal nikah tidak semudah itu. Apa Pak Menteri Muhadjir Effendy trada paham?

Kasus Anji

Terkait kasus Erdian Aji Prihartanto alias Anji, Andy Flores Noya pun pernah mengalaminya. Kala itu, acaranya Kick Andy mengundang tamu seorang pemuda penyandang disabilitas.

 
Titik poinnya: pemuda itu mengaku sebagai pembuat musik soundtrack di ragam kartun anime Jepang. Andy tertarik, merasa bangga dengan itu, dan coba menyebarkannya ke seluruh Indonesia biar menjadi inspirasi.
 
Tak dinyana, selepas episode itu tayang, banyak yang mempertanyakannya. Bahkan ada yang berhasil mengkonfirmasinya langsung kepada produsen anime Jepang. Hasilnya: nol. Pemuda itu terbukti hoax.
Setelah dikonfrontasi, pemuda itu akhirnya minta maaf. Ditemani ibunya, dia mengakui kesalahannya.
Kick Andy yang punya organisasi lengkap pun bisa terkecoh dengan profil narasumber. Apalagi Anji yang cuma berbekal sedikit tim kreatif.
 
*****
 
Hal serupa tapi 'tak sama juga pernah terjadi di koran kota terkenal Makassar. Kala itu, wartawannya lewat di sebuah jalan protokol besar. Wartawan itu melihat sebuah kecelakaan. Ada darah di jalanan dan kondisi kendaraan yang cukup parah. Korban sudah dilarikan ke rumah sakit. 
 
Setelah mengumpulkan bukti lapangan, wartawan itu berkesimpulan: korban tewas. Dia pun menulisnya. Tanpa sekali pun mengonfirmasi keadaan korban di rumah sakit.

Beberapa hari kemudian, si korban dan keluarganya mendatangi Koran itu. Mereka bertemu Pemimpin Redaksi dan tentu saja protes. Sang Pemimpin Redaksi memanggil si wartawan dan bilang, "Ada mayat cariko di luar."

Minggu, 02 Agustus 2020

Federal

Sederhana saja: Pak Harto gusar melihat para petani jalan kaki dari rumah ke sawahnya. Dia pun punya niat: mengadakan transportasi murah bagi para petani. Pilihannya jatuh pada sepeda.

Secara khusus, Pak Harto memanggil Pak Willy. Kepada bos besar Astra itu, Pak Harto menyampaikan niatnya. Pak Willy menangkap dengan baik niat itu. Astra pun mulai bikin sepeda. Merknya Federal.

Sampai akhir 80-an, Federal menguasai pasar. Hingga akhirnya di-sliding tackle sama BMX dan Wim Cycle. Termasuk Mustang.

Awal 90-an memang eranya anak-anak BMX. Dengan pernak-perniknya berlabel Vans.

Anehnya, sekarang merk Vans naik lagi. BMX dan Federal dicari lagi. Yah, begitulah dinamika fashion dan passion.

Gambar: Soleh Solihun.