Sabtu, 29 Desember 2018

Westerling

Westerling (dok. Panda Nababan)
Pada 1979, jurnalis senior Panda Nababan mewawancarai Raymond Paul Pierre Westerling di Belanda.

Ada tiga inti dari wawancara itu: pertama, Westerling tidak suka sama Soekarno. Implikasinya, dia juga tidak suka dengan orang Jawa.

Kedua, Westerling merasa kecewa dengan Pemerintah Belanda. "Kita disuruh bertempur, tapi mereka diam-diam berunding di Linggarjati dan Renville. Itu kan pengkhianatan terhadap gerakan militer?"

Ketiga, mengenai peristiwa 40.000 jiwa di Makassar, Westerling membantah jumlah itu. "Paling-paling yang mati tiga sampai empat ribu orang pada waktu operasi militer itu."

*****

Terinspirasi dari keberhasilan Mossad menculik Adolf Eichmann, beberapa orang mengusulkan ke Soepono Bayuaji, Duta Besar RI di Belanda, untuk menculik Westerling.

Usul lain, coba dikumpul US$ 10 ribu dari saudagar Bugis-Makassar untuk menyewa pembunuh bayaran. Orang Bugis-Makassar paling banyak jadi korban kebiadaban Westerling.

Soepono menolak keduanya. "Itu berbahaya. Bisa merusak hubungan international. Apalagi Belanda adalah Ketua IGGI. Risikonya tinggi."

*****

Di sisa hidupnya, di masa pensiun, Westerling menyambung hidup dengan berjualan buku dan mengelola percetakan. Dia tinggal bersama istri ketiganya dan seorang putri.

Westerling akhirnya wafat pada 28 Nopember 1987 di usia 68 tahun karena sakit.

Referensi: Buku Menembus Fakta, oleh Panda Nababan.

Kamis, 27 Desember 2018

Mochtar, Pencipta Lagu Mars Pemilu dan Kasih Ibu

SM Mochtar (dok. Wikipedia)
Pasti ini Mochtar orang kaya. Dia lahir, piano sudah tersedia di rumahnya. Tahun 1934 di Makassar, mana ada keluarga punya piano di rumahnya kalau bukan orang kaya?

Mochtar dan piano itu kemudian saling bersinergi. Mochtar mulai menyentuhnya di usia 4 tahun. Bahkan mulai mencipta lagu di usia 8 tahun. Judulnya Kupu-kupu.

Dalam tumbuh kembangnya, Mochtar baku kawin dengan musik dan lagu. Meskipun dia kuliah bahasa Prancis di UI, tapi musik dan lagu tetap menjadi gairahnya.

Secara musikalitas, Mochtar sejajar dengan sejawatnya Ismail Marzuki dan AT Mahmud. Meskipun dia tidak pernah sekolah musik di luar negeri. Bukan tidak mampu. Beberapa kali diajak dan dibujuk, dia selalu menolak.

Pun demikian, karya-karya Mochtar abadi di telinga penikmat. Dua yang terkenal adalah Mars Pemilu. Satunya lagi marak dinyanyikan di Hari Ibu pada 22 Desember, yaitu Kasih Ibu.

Jumat, 14 Desember 2018

Belajar Sikap Politik dari Empat Sahabat Nabi Bernama Abdullah

Ada empat sahabat muda Nabi Muhammad bernama Abdullah: Abdullah bin Umar bin Khattab, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amr bin Ash, dan Abdullah bin Zubair bin Awwam. Sebenarnya ada lima, cuma yang satunya sahabat tua, seangkatan Nabi: Abdullah bin Mas’ud.

Keempat Abdullah tersebut, meskipun berusia muda, sangat akrab dengan Nabi. Tiga diantaranya bahkan keluarga dekat Nabi: Abdullah bin Umar adalah ipar Nabi karena bersaudara kandung dengan istri Nabi, Hafsah bintu Umar. Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Zubair adalah keponakan Nabi karena ibu dari keduanya bersaudara kandung dengan Maimunah dan Aisyah, dua istri Nabi.

Keempat Abdullah tersebut semuanya penghapal Al Qur'an. Mereka bahkan menjadi bagian dari kepanitiaan pengumpulan dan pembukuan ayat-ayat Al Qur'an. Abdullah bin Zubair bahkan terpilih menjadi ketua panitia-nya.

Keempat Abdullah tersebut juga penghapal dan periwayat hadits. Dua Abdullah bahkan masuk dalam empat besar periwayat hadits terbanyak: Abu Hurairah (meriwayatkan 5.374 hadits), Abdullah bin Umar (2.630 hadits), Anas bin Malik (2.266 hadits), dan Abdullah bin Abbas (1.660 hadits).

Bisa disimpulkan, keempat Abdullah tersebut adalah generasi terbaik Islam di jamannya. Mereka hidup dan dekat dengan Nabi; menguasai Al Qur'an dan Hadits. Namun ada yang menarik, mereka ternyata berbeda pendapat dan sikap dalam satu urusan, yaitu politik.

Semuanya berawal ketika Ali bin Abi Thalib naik menjadi Khalifah menggantikan Utsman bin Affan yang wafat ditikam pemberontak. Ummat Islam kala itu menginginkan Khalifah Ali memproses hukum para pemberontak itu, namun proses hukum berjalan lambat.

Dalam perjalanannya, muncullah hoax: Khalifah Ali difitnah punya keterkaitan dengan kematian Khalifah Utsman, makanya proses hukum berjalan lambat. Mendengar hoax tersebut, ummat Islam terpecah, termasuk keempat Abdullah. Ada yang kontra Ali; ada yang pro Ali.

Abdullah bin Zubair memilih kontra Ali. Turut bersamanya tokoh-tokoh Islam senior: ayahnya Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Muawiyah bin Abu Sofyan, dan istri Nabi, Aisyah bintu Abu Bakar. Sebaliknya, Abdullah bin Abbas memilih pro Ali; dia bahkan menjadi Komandan Tentara Kekhilafahan Ali. Dua Abdullah lain, Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Amr, memilih diam dan bersikap netral. Abdullah bin Amr bilang, "Rasulullah telah mengamanatkan kepadaku agar tidak menaruh pedang di leher orang Islam untuk selama-lamanya."

Perpecahan pihak kontra dan pro Ali akhirnya berujung pada perang pertama antarsesama Muslim. Dalam perang yang dinamai Perang Jamal itu, ribuan Muslim menjadi korban, salah satunya Zubair bin Awwam, ayah Abdullah bin Zubair. 'Tak berhenti sampai disitu, pertikaian kemudian berlanjut ke perang kedua, yaitu Perang Shiffin. Ribuan Muslim kembali menjadi korban. Ujung dari perang Shiffin adalah diadakannya perundingan untuk mendamaikan kedua belah pihak. Hadir sebagai juru damai adalah Abdullah bin Amr.

Meskipun perdamaian telah terwujud, pertikaian tetap terjadi. Pihak yang membenci Ali secara berlebihan (cikal bakal Khawarij) dan yang memuja Ali secara ekstrim (cikal bakal Syiah) terlanjur eksis. Akhirnya, dalam pergolakan yang ‘tak terkendali, Khalifah Ali pun tewas ditikam oleh seorang Khawarij.

Setelah Khalifah Ali wafat, anaknya Husein bin Ali tampil menggantikannya. Namun, 'tak lama dia menjabat, Muawiyah bin Abu Sofyan yang memiliki kekuatan politik sebagai Gubernur Syam naik menggantikannya. Maka dimulailah era Dinasti Umayyah.

Entah lobi-lobi apa yang disampaikan Muawiyah bin Abu Sofyan kepada Husein bin Ali sehingga terjadi penyerahan jabatan Khalifah. Muncul dugaan: Muawiyah bin Abu Sofyan berjanji akan menyerahkan jabatan itu kembali kepada keluarga dekat Nabi (ahlulbait) setelah dia 'tak lagi menjabat. Namun, sesaat sebelum wafat, Muawiyah bin Abu Sofyan ternyata mewariskan kepemimpinannya kepada anaknya Yazid bin Muawiyah. Hal tersebut membuat marah para ahlulbait, seperti Husein bin Ali, termasuk Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Abbas, dan Abdullah bin Umar. Pertikaian pun kembali terjadi.

Lobi-lobi kembali dilakukan Khalifah Yazid, sebagaimana yang dilakukan ayahnya dulu. Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas luluh dan memilih berbaiat, sedangkan Husein bin Ali dan Abdullah bin Zubair memilih memberontak. Perang pun 'tak terhindarkan.

Dalam sebuah perang yang tidak seimbang di Karbala, pasukan pemberontak yang dipimpin Husein bin Ali 'tak kuasa melawan tentara Kekhilafahan Yazid. Pemberontak pun kalah. Husein bin Ali terbunuh; kepalanya dipenggal dan dihadapkan ke Khalifah Yazid. Peristiwa ini rutin dirayakan kaum Syiah setiap tahun.  

Sepeninggal Husein, pemberontakan dilanjutkan oleh Abdullah bin Zubair. Hingga Dinasti Umayyah dipimpin Khalifah Abdul Malik bin Marwan, pemberontakan tetap terus berjalan. Sampai pada suatu momen, tentara Kekhilafahan Abdul Malik bin Marwan yang dipimpin Al Hajjaj bin Yusuf mempersekusi Abdullah bin Zubair di rumahnya di Mekkah. Abdullah bin Zubair pun akhirnya wafat terhunus pedang.

Sementara itu, tiga Abdullah lainnya: Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, dan Abdullah bin Amr hidup damai dalam naungan ilmu Islam hingga akhir hayatnya masing-masing. Mereka kemudian dikenang sebagai tokoh-tokoh yang memprakarsai kajian ilmu Islam.

Jumat, 30 November 2018

Seperti Daun

Seperti daun 
Mampu meredam panas 
Dan mengubahnya menjadi kesejukan 

Gesekannya merebakkan bunyi kesunyian 
Baunya menebarkan aroma kehidupan 

Ulat-ulat hidup darinya 
Burung-burung hidup darinya 
Manusia pun hidup darinya

Sabtu, 24 November 2018

WJS Poerwadarminta, Pembuat Kamus Bahasa Indonesia Pertama


Wilfridus Josef Sabarija Poerwadarminta adalah pembuat buku Kamus Bahasa Indonesia pertama. Bukunya terbit tahun 1956. Dan kemudian dicetak ulang hingga 1980-an.

Modalnya untuk membuat kamus tidak main-main: dia menguasai banyak bahasa asing dan dia membaca banyak literatur sastra, salah satunya novel Layar Terkembang karya Sultan Takdir Alisjahbana.

Prinsip yang dipakainya sederhana saja: kalau sebuah kata telah dipakai oleh lima penulis pada lima tempat, maka kata itu adalah kata Indonesia.

Kata yang terkumpul kemudian disusun berdasarkan abjad dengan menggunakan kartu. Prinsip yang dipakai: sederhana dan praktis.

Setelah kata tersusun, tibalah pada bagian tersulit dalam membuat kamus: memberi arti pada setiap kata dengan kalimat yang mudah dipahami.

Terkadang, Poerwadarminta menghabiskan satu hari hanya untuk mengartikan satu kata. Tapi begitulah, Poerwadarminta bekerja keras hingga tersusunlah Kamus Bahasa Indonesia.

'Tak salah jika banyak akademisi dan sastrawan yang menjuluki Poerwadarminta sebagai Leksikograf terbaik Indonesia.

Setelah berhasil membuat Kamus Bahasa Indonesia, Poerwadarminta juga membuat kamus Indonesia-Inggris dan Inggris-Indonesia.

Pertemuan Terakhir Soekarno dan Hatta


Pada 1956, Hatta mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden Soekarno. Dalam tulisan Demokrasi Kita pada majalah Pandji Masyarakat pada 1960, Hatta menuliskan jelas alasannya. Ringkasnya, perbedaan keduanya 'tak dapat lagi dijembatani. Ramalan Soekarno bahwa dirinya akan menjadi pemimpin besar sepertinya tidak membutuhkan orang kedua.

Namun keduanya tidak saling membenci. Hatta bahkan 'tak pernah sekali pun memprovokasi siapa pun untuk membenci Soekarno. Pun ketika Soekarno kebablasan dengan demokrasi terpimpinnya. Bagi Hatta, jasa-jasa Soekarno di masa perjuangan 'tak bisa dilupakan.

Pada 1970, di rumah sakit Gatot Soebroto, Hatta mendatangi Soekarno yang sakit parah. Hatta bertanya, "Apa kabar?" Sambil mengelus-elus tubuh Soekarno. Soekarno menjawab dengan jawaban 'tak jelas; air matanya menetes membasahi bantal. Soekarno minta dipakaikan kacamata agar dapat memandangi Hatta. Keduanya lalu berbicara dari hati ke hati.

Dua hari kemudian, Soekarno menghembuskan nafas terakhir. Keduanya pun berpisah tanpa kebencian.

Abdoel Moeis, Orang Pertama yang Menerima Gelar Pahlawan Nasional


Moehammad Hatta masih sangat muda kala melihat Abdoel Moeis berpidato. "Aku kagum melihat cara Abdoel Moeis berpidato, aku asyik mendengar suaranya yang merdu setengah parau. Sampai pada saat itu, aku belum pernah mendengar pidato yang begitu hebat dan membakar semangat," kata Hatta.

Abdoel Moeis adalah orang Indonesia pertama yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Gelar itu diberikan Presiden Soekarno kepadanya sebulan setelah dia wafat pada 17 Juni 1959.

Apa jasa-jasa pria kelahiran Agam, Sumatera Barat, pada 3 Juli 1883 itu untuk Indonesia? Pertama, Abdoel Moeis adalah jurnalis yang aktif membuat tulisan propaganda menentang Belanda. Saat Belanda menangkap dan mengasingkannya, dia berhasil mengumpulkan pikirannya dan membuat karya novel Salah Asuhan.

Kedua, 'tak hanya aktif lewat tulisan, Abdoel Moeis juga bergerak lewat Partai Sarekat Islam. Dia kemudian menjadi tokoh besar di Partai itu. Saat mewakili PSI dalam pertemuan dengan pemerintahan Belanda, dia banyak menyampaikan tuntutan, salah satunya menuntut Belanda mendirikan Technische Hooge School yang menjadi cikal-bakal Institute Teknologi Bandung.

Sabtu, 25 Agustus 2018

Keistimewaan Pantai Samalona

Pantai Samalona (dok. pribadi)
Sepintas, ‘tak ada yang istimewa dari pantai di Pulau Samalona. Pasir putih, karang, perahu kayu, dan sampah di tepinya, saya rasa hampir semua pantai di Indonesia identik dengan itu. Tapi coba Anda menyelam ke dalam pantainya. Meskipun cuma menyelam di tepian, Anda akan merasakan bedanya.

Ya, menyelam di Samalona, mata Anda akan dimanjakan pemandangan ikan yang berenang di antara karang. Dan itulah yang menjadi ciri khas Samalona selama ini. Ciri khas yang membuat bule-bule gemar berkunjung ke pulau berpenghuni belasan kepala keluarga itu.

Jangan harap Anda bisa mendapatkan pemandangan sama di pantai lain di Makassar. Kenapa? Di pantai lain, cuma air keruh yang akan Anda dapatkan, apalagi setelah proyek reklamasi pantai gencar dilakukan, air laut menjadi gelap dan kotor. Kecuali Anda mau merogoh kocek lebih banyak untuk pergi ke Pantai Bira, Bulukumba, atau Pantai Pinang, Selayar.

*****

‘Tak susah menuju Pulau Samalona. Anda tinggal menyewa kapal seharga Rp 400 ribu pulang-pergi. Dermaganya bisa di Pantai Losari atau di Kayu Bangkoang. Selebihnya, Anda tinggal menyiapkan baju renang, peralatan menyelam, makan siang, dan beberapa keperluan kecil lainnya. Selamat mencoba!

Laut dan Sampah Plastik

Pembersihan sampah plastik (dok. Tribun Timur)
Murah, ringan, tahan lama, dan anti air adalah beberapa keuntungan dari plastik. Itulah mengapa bahan ini lazim digunakan produsen sebagai material utama produk atau kemasan produk mereka yang kemudian disalurkan ke ke tangan-tangan konsumen.

Di Indonesia, sekira 6 juta metrik ton plastik diproduksi setiap tahun. Kurang dari 10 persen didaur ulang dan digunakan kembali. Sisanya, dibuang ke tempat sampah. Kalau tidak terbuang ke tempat sampah, bisa dipastikan sampah plastik itu terdampar di lingkungan sekitar kita, salah satunya di laut.

Masih ingat bule penyelam yang mem-videokan suasana bawah laut pantai di Bali yang dipenuhi sampah plastik. Itu jelas contoh yang buruk. Saat penulis berkunjung ke Pulau Samalona, Makassar, tumpukan plastik yang sudah dibakar juga tampak mencolok di tepi pantai. Mungkin kita menganggapnya biasa, tapi bagi yang paham, itu jelas ancaman bagi bumi. Studi tahun 1975 menunjukkan: kapal laut membuang sampah plastik ke laut sekira 8 juta ton tiap tahun. Luar biasa, bukan?

Ancaman sederhana yang bisa kita pikir: sampah plastik di laut akan dimakan hewan kecil. Hewan kecil kemudian dimakan oleh hewan yang lebih besar. Dan hewan besar yang sudah terkontaminasi plastik akhirnya tersaji di piring-piring kita, manusia. Atau kemungkinan lain: hewan itu sendiri yang akan langsung mati setelah mengkonsumsi plastik.

Selamatkan lingkungan kita. Selamatkan laut dari sampah plastik!

Kamis, 19 Juli 2018

Bagaimana Geng Makassar Jadi Penguasa di Kalijodo?

Daeng Azis & Haji Usman berdamai (dok. Kepolisian)
Pada 1965, orang-orang dari Sulawesi Selatan berbondong-bondong datang ke daerah Kalijodo, area pinggir kali di Jakarta. Mereka kebanyakan bersuku Bugis dan Makassar, sebagian kecil Mandar. Untuk hidup, mereka bekerja sebagai buruh pabrik dan kuli di pelabuhan.

Karena suasana ramai, tapi kurang hiburan, seorang Mandar bernama Kamelong merintis usaha judi pada 1968. Karena disukai orang-orang Cina, usahanya berkembang. Sampai-sampai -untuk mengembangkan usahanya- dia banyak memanggil teman sesukunya datang ke Kalijodo guna membantu usahanya.

Dalam perjalanannya, karena faktor sosial dan ekonomi, terjadi gesekan antarsuku yang menyebabkan pertikaian, terkhusus pertikaian antara geng Mandar dan Makassar. “Mereka sama-sama keras, tak mau kalah kalau sudah saling ledek. Buntutnya ya saling tusuk dengan badik,” tutur Kunarso Suro Hadi Wijoyo, purnawirawan ABRI yang lama menetap di Kalijodo.

Pada 1992, Kamelong wafat dan mewariskan usaha judinya pada keponakannya yang bernama Haji Usman Nur. Yang menarik, pergerakan Haji Usman sebagai bos judi ‘tak diketahui keluarga dan tetangganya. Dia mampu menjaga imejnya. Dia hanya dikenal sebagai pengusaha.

Geng Makassar ‘tak mau ketinggalan. Pada 1994, pentolannya Abdul Azis Emba atau yang dikenal sebagai Daeng Azis juga membuka tempat judi. Dia pun menjadi pesaing utama Haji Usman. Tapi Daeng Azis lebih unggul karena memiliki jaringan kuat ke tokoh-tokoh Makassar di Jakarta, politikus partai, sampai pejabat Kepolisian. Jaringan itu membuat Daeng Azis kuat.

Pertikaian Geng Makassar dan Mandar akhirnya berujung tawuran massal pada awal tahun 2002. Tawuran itu diliput media massa lokal secara intens. Akhirnya, kedua geng didamaikan oleh kepolisian. Haji Usman dan Daeng Azis menandatangani surat perjanjian damai.

Selepas kejadian itu, identitas Haji Usman diketahui oleh keluarga dan tetangganya. Karena malu, dia pun mundur dari kawasan Kalijodo, pulang ke kampung halamannya di Mandar. Praktis, setelahnya, Daeng Azis dan Geng Makassar menjadi satu-satunya penguasa di Kalijodo.

Misteri Kematian Aldi di Rumah Ria Irawan


Kasus kematian Raden Mas Rivaldi Soekarno Putro alias Aldi di rumah artis Ria Irawan pada 1993 masih menjadi misteri sampai sekarang. Tidak ada tersangka yang ditetapkan dalam kasus yang superheboh tersebut. Kepolisian bahkan telah menerbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) atas kasus tersebut. Pengecualian: Kepolisian akan melanjutkan proses hukum kasus tersebut apabila ditemukan bukti-bukti baru.

Kronologi Kejadian
Malam itu Ria pulang ke rumahnya di Lebak Bulus, Jakarta, bersama kekasihnya Rizal Mantovani. Di dalam rumah ternyata sudah ada Aldi bertamu. Aldi adalah kenalan Ria. Aldi bertamu malam itu karena ingin cari tempat pelarian dan curhat atas masalah pribadi yang menimpanya. Karena tidak enak dan ada perasaan risih, Ria pun menyuruh Rizal tinggal dan nginap menemani Aldi.

Untuk menghangatkan suasana, Ria membuat pisang goreng yang ditaburi bubuk putih gula dan menyajikannya. Aldi pun mulai bercerita sampai semuanya merasa lelah dan kantuk. Ria masuk ke kamarnya untuk tidur, Aldi dan Rizal juga tidur.

Rizal bangun pagi-pagi sekali; bergegas ke kantornya. Dia sempat melihat Aldi seperti orang teler. Sementara itu, Ria juga bangun pagi-pagi untuk persiapan shooting. Lalu kemudian, saat hendak melangkah keluar rumah, alangkah kagetnyaRia melihat tubuh Aldi tergeletak dengan mulut berbusa.

Ria yang panik kemudian memanggil ibunya Ade Irawan dan menelepon kekasinya Rizal. ‘Tak lama, polisi dan dokter datang ke rumah Ria memeriksa kejadian tewasnya Aldi. Penyidikan atas kematian Aldi pun bergulir. Ria dan Rizal harus bolak-balik ke Kepolisian Metro Cilandak untuk pemeriksaan. Para jurnalis juga mencari-cari mereka untuk meminta keterangan.

Akhirnya, kesimpulan atas kematian Aldi ditetapkan karena overdosis narkoba. ‘Tak ada tersangka, disimpulkan Aldi tewas karena kesalahannya sendiri dalam pemakaian narkoba. Rizal kembali bekerja seperti biasa, sementara Ria -atas kesepakatan dengan Kejaksaan- disuruh meninggalkan Indonesia beberapa tahun demi menenangkan suasana. Karir artis cantik pemeran Juminten dalam sinetron Lika Liku Laki-Laki itu pun sedikit-banyak terganggu. Pun dia pulang dua tahun kemudian dan kembali berartis.

Narkoba dan Kematian Aldi        
Bagaimana narkoba membunuh Aldi? Sering para pengguna narkoba tidak mengetahui dosis narkoba yang digunakannya. Sering pula dia tidak tahu kualitas narkoba yang dikonsumsinya, apakah telah di-oplos oleh pengedar dengan bahan-bahan lain atau tidak. Para pengguna langsung saja memakainya dengan cara disuntik, dihisap pakai hidung (sniffing), dihisap bersama rokok (ack-ack) dan dibakar lalu dihisap uapnya (chasing the dragon).

Ketidaktahuan tersebut bisa menyebabkan kematian. Kenapa? Ahli forensik, Dr. Mun’im Idris rahimahullah, menjelaskan bahwa narkoba (berdosis tinggi dan/atau oplosan) yang dikonsumsi, terutama dengan cara dihisap, bisa mengganggu pernapasan; bahkan sampai menyebabkan pembengkakan paruparu. Hal tersebut bisa dicegah dengan memberikan obat naloxone kepada pengguna, namun itu menjadi sia-sia apabila ada zat lain yang bersama narkoba, misalnya alkohol atau bahan-bahan hasil oplosan.

Mengingat Ryan, Lelaki Romantis Berperilaku Sadis

Ryan di balik jeruji (dok. Liputan 6)
“…Suamiku, kuatkan dan bantu aku dalam menghadapi persoalan ini. Suamiku, sakit hatiku kau tinggalkan aku. Suamiku, aku sendiri di sini, semua orang takut padaku dan tidak ada yang menjengukku. Suamiku, aku sangat mencintaimu dan tidak akan mengkhianatimu…,” tulis Verry Idham Henyansyah alias Ryan (30) dalam surat cintanya kepada Noval Andreas (20-an), pasangan gay-nya. Ryan menyuratkan romantismenya dari balik penjara. Dia ditangkap pada 2008 karena kasus pembunuhan berantai terhadap 11 orang.

Cinta Berujung Perilaku Sadis
Cinta Ryan kepada Noval bukanlah cinta biasa. Itu terbukti saat Ryan marah kepada Heri Santoso (40), pengusaha dan juga seorang gay, yang menawarkan uang kepadanya demi bisa tidur dengan Noval. Kemarahan Ryan berujung sadis: dia membunuh Heri, memutilasi tubuhnya, memasukkannya ke dalam tas, dan membuangnya di dekat Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan.

Polisi yang memeriksa potongan tubuh itu mengidentifikasinya sebagai Heri. Keterkaitan dengan Ryan berhasil ditelusuri lewat transaksi kartu kredit milik Heri. Ryan ternyata memakai kartu kredit Heri untuk berfoya-foya. Ryan pun ditangkap dan dia mengakui perbuatannya.

Setelah berita Ryan sampai ke kampungnya di Jombang, beberapa laporan warga muncul. Mereka melaporkan kehilangan anggota keluarganya setelah diketahui terakhir bersama Ryan. Polisi bergerak melacaknya. Dan terungkaplah fakta mencengangkan: Ryan ternyata telah membunuh 10 orang di kampungnya dalam rentang waktu 2007 hingga 2008.

Ke-10 orang itu dibunuh Ryan di rumahnya sendiri saat kedua orangtuanya keluar rumah. Ryan yang luwes dan pintar bergaul mengajak korbannya jalan-jalan ke kebun belakang rumahnya. Dia dan korban lalu bercerita tentang apa saja seperti dua orang yang akrab. Saat korban lengah, Ryan memukulnya pakai benda keras. Tubuh korban yang tergeletak langsung dikubur di tempat.

Ke-10 orang itu adalah Vincent Yudi Priyono (31), Ariel Somba (34), Grady Gland Alam Tumbuan (30-an), Guruh Setyo Pramono (27), Agustinus Fitri Setiawan (28), Nanik Hidayati (31), Sylvia Ramadani Putri (3, anak Nanik), Muhammad Aksoni (29), Zainal Abidin (21), dan Muhammad “Aldo” Asrori (20-an). Motifnya? Kuat dugaan ketersinggungan sebagaimana motif Ryan saat menghabisi Heri.

Cerdas Tapi Bersikap Labil
Ryan lahir di desa Jatiwates, Jombang, 1 Februari 1978. Seorang janda bernama Kasiyatun telah mengandung Ryan empat bulan saat Akhmad Maskur, satpam perusahaan gula, menikahinya. Ryan memiliki kakak dari pernikahan ibunya terdahulu bernama Mulyo Wasis.

Saat bersekolah di SDN 2 Jatiwates, Ryan diakui oleh guru-gurunya memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan berprestasi. Namun perilaku Ryan berubah saat bersekolah di SMPN 1 Tambelang. Ryan menjadi lebih feminin, memilih bergaul dengan perempuan, dan hobi menari. Sempat masuk SMAN 1 Jombang, Ryan akhirnya berpindah-pindah SMA karena sikapnya yang labil. Hingga takdir pun membawanya ke Jakarta.

Di Jakarta, Ryan ngekost. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, Ryan bekerja di Marcella Gymnastic. Ryan akhirnya dipecat karena kedapatan mencuri ponsel milik anggota gym. Entah bagaimana jalannya, Ryan pun bergaul dengan komunitas gay dan memiliki Noval Andreas sebagai kekasihnya.

Kini, pada 2018, Ryan murung di balik jeruji. Peninjauan Kembali yang diajukannya ditolak. Di usianya yang ke-40, dia pun menanti vonis matinya. Kematian itu memang pasti, tapi jelas berbeda bagi orang yang telah mengetahuinya. Dan kita hanya bisa berempati dan berdoa: semoga di sisa kehidupannya, Ryan lebih bermanfaat bagi dirinya dan orang lain!

Mengenang Freddy Budiman, Sang Bandar Narkoba

Freddy Budiman dan anggota BNN (dok. Tempo)
Ketika Freddy Budiman ditangkap Polda Metro Jaya pada 2009 karena Sabu 200 kilogram, masyarakat belum terpana dengannya. Padahal, turut ditangkap bersamanya dua aparat: Aibda Sugito dan Bripka Bahri. Ketiganya dibui sembilan tahun. Freddy ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang.

Ketika pada 2012 Freddy diketahui menjadi salah satu dalang penyelundupan 1,4 juta butir ekstasi asal Cina ke Indonesia, mata masyarakat dan sorotan jurnalis mulai tertuju kepadanya. Terlebih, pria asal Surabaya itu mengendalikan penyelundupan dari balik jeruji melalui telepon, meskipun larangan komunikasi masuk dalam salah satu larangan Freddy selama dalam Lapas.

Atas penyelundupan itu, Freddy divonis mati Pengadilan. Enam teman yang membantunya sebagian divonis mati; sebagian lain divonis seumur hidup. Satu aparat yang terlibat, Serma Supriadi, divonis tujuh tahun penjara plus pemecatan.

Yang paling mencengangkan, pada 2013, Freddy terciduk memiliki pabrik sabu di dalam Lapas. Freddy bahkan bebas didatangi teman perempuannya; bahkan sampai ngeseks. Wakil Kepala Lapas Cipinang, Gunawan Wibisono, yang terbukti membantunya divonis delapan tahun penjara.

Terakhir, pada 2015, Freddy diketahui juga menjadi dedengkot impor sabu dari Belanda. Empat peluncurnya dihukum seumur hidup dan 20 tahun penjara, termasuk Johni Suhendra, adik kandung Freddy. Johni diketahui menjadi pengendali pabrik sabu Freddy di Cengkareng, Jakarta Barat.

Pada Jumat, 29 Juli 2016, eksistensi Freddy akhirnya berakhir. Dia dieksekusi mati. Ada hal yang menarik: Polisi mencatat nilai transaksi narkoba Freddy selama menjadi bandar mencapai puluhan milliar rupiah. PPATK bahkan menemukan transaksi ratusan milliar yang diduga berafiliasi dengan Freddy. Namun, fakta-fakta tersebut ‘tak pernah terungkap. Tenggelam seiring wafatnya Freddy.

Padahal, sebelum wafat, Freddy sempat bilang kepada Haris Azhar (Koordinator Kontras) yang kemudian diposting di dinding Facebook Kontras, “Kalau saya ingin menyelundupkan narkoba, saya tentu acarain (atur) itu. Saya telpon Polisi, BNN, Bea Cukai. Dan orang-orang yang saya telpon itu semuanya nitip (menitip harga).”

Rabu, 23 Mei 2018

Habibie dan Mimpi Pesawat Nasional

Pak Habibie dan replika R80 (dok. Tribun)
Dulu, Indonesia hampir mewujudkan mimpi punya pesawat sendiri. Habibie yang berusia 50-an tahun kala itu menjadi dedengkot. Melalui program Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) yang diinisiasi pemerintah, pesawat N250 bermesin baling-baling dengan kapasitas 50-70 penumpang disiapkan. Pesawat itu bahkan telah uji-coba terbang lebih dari 1.000 jam. Artinya apa, N250 sudah layak dapat sertifikasi FAA untuk kemudian diproduksi massal dan dipasarkan.

Namun apa daya, semuanya buyar. Saat krisis ekonomi 1998 menerpa Indonesia, keuangan negara terganggu. IMF yang turun tangan membantu, memberi syarat yang tidak berpihak: hentikan semua program industri nasional, termasuk IPTN. Pesawat N250 yang dirancang sepuluh tahun oleh insinyur-insinyur lokal itu pun menjadi arsip.

Kini, di usia Habibie yang menginjak 80-an tahun, mimpi membuat pesawat nasional masih menggelora. Rancangan pesawatnya pun sudah ada: R80. Pesawat model ATR bermesin baling-baling itu diproyeksikan melayani rute jarak pendek yang sekarang permintaannya sedang meningkat di pelbagai provinsi di Indonesia.

Ilham Habibie, anak Habibie, menjelaskan beberapa keunggulan R80 dibandingkan pesawat sejenis merk lain: kapasitas penumpang lebih besar, bahan bakar lebih irit, dan bisa mendarat di landasan pacu yang pendek.

Namun tantangan terberat ada pada biaya. Proyek pengadaan R80 butuh dana yang tidak sedikit: sekira Rp 20 trilliun. Pemerintah hanya mampu menyiapkan fasilitas, belum sepakat menyiapkan dana. Warga yang ribut-ribut saweran melalui Kitabisa.com pun baru mampu mengumpulkan Rp 6 milliar, jauh dari yang dibutuhkan.

Apakah mimpi pesawat nasional akan terwujud? Kita lihat saja nanti. Doakan!

Atlet Lari yang Menjadi Raja Bisnis Properti

Ciputra (dok. SWA)
Tjie Tjin Hoan lahir di Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931. Bersama tujuh saudaranya, hidup Tjie cukup bahagia. Hingga ayahnya ditangkap Jepang, hidup keluarganya pun mengalami kesusahan. Sampai-sampai Tjie berjuang mencari binatang di hutan untuk makanan keluarganya.

Meskipun hidup susah, Tjie mampu melanjutkan sekolahnya di SMP dan SMA Don Bosco Manado. Di sekolah itu, Tjie berprestasi dalam bidang olahraga lari. Dia bahkan mewakili Sulawesi Utara pada Pekan Olahraga Nasional 1951 di Jakarta. Prestasi dan kerja keras jugalah yang membuat Tjie mampu melanjutkan sekolahnya di Jurusan Arsitektur di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Selesai kuliah, Tjie bersama dua temannya sepakat membuat CV di Bandung yang menawarkan jasa arsitektur. Tjie berpromosi dari pintu ke pintu, mencari orang yang mau memakai jasanya. Namun usahanya berjalan di tempat, hingga Tjie sudah beristri dan punya anak, CV-nya masih begitu-begitu saja. Tjie pun memutuskan memboyong keluarganya ke Jakarta.

Tjie yang kemudian dikenal dengan nama Ciputra sepertinya berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat. Saat dia di Jakarta, Gubernur Soemarsono ternyata punya program untuk membenahi Jakarta. Ciputra pun mencium sebuah peluang. Berkat bantuan orang dalam Gubernuran, Ciputra berhasil menemui Gubernur Soemarsono dan mempresentasikan programnya untuk membenahi Jakarta. Sang Gubenur kagum dan kemudian memberikan tanggung jawab kepada Ciputra untuk membenahi Kawasan Senen. Ciputra setuju.

Pada 3 September 1961, perusahaan pun didirikan dengan nama PT Pembangunan Ibukota Jakarta Raya (Pembangunan Jaya). Proyek pertamanya membenahi Kawasan Senen. Ciputra dan timnya berdarah-darah mengelola proyek Senen. Mereka harus dipusingi oleh pedagang kaki lima yang ‘tak mau digusur dan para makelar tanah. Beruntung dukungan datang dari Gubernur baru Ali Sadikin, proyek Senen pun berjalan lancar tampa hambatan.

Selanjutnya, proyek pembangunan Jakarta dipercayakan oleh Gubernur Ali kepada Pembangunan Jaya tanpa tender, diantaranya proyek lima terminal: Blok M, Grogol, Tanjung Priok, Cililitan, dan Kramat Jati, pembangunan kompleks Balaikota setinggi 24 lantai, dan pembangunan Kawasan Ancol (Dufan). ‘Tak hanya proyek properti, Gubernur Ali juga mempercayakan hal-hal lain kepada Ciputra melalui Pembangunan Jaya, seperti pengembangan olahraga dan pendirian Majalah Tempo.

Selanjutnya, Ciputra banyak menggandeng pengusaha besar untuk membuat perusahaan properti dan menggarap proyek-proyek. Salah satunya pengusaha Sudono Salim (Liem Sioe Liong) dari Salim Group melalui perusahaan PT Metropolitan Development dan pengusaha Eka Tjipta Widjaya dari Sinar Mas. Mereka menggarap proyek perumahan elit di Jakarta: Pondok Indah, Bumi Serpong Damai, Bintaro, Pantai Indah Kapuk, dan lainnya.

Pada 1996, Ciputra mengundurkan diri dari Pembangunan Jaya. Dia konsen membangun perusahaannya sendiri, Grup Ciputra. Grup yang kemudian dibesarkannya setelah mampu melewati badai krisis ekonomi 1998. Kini, Grup Ciputra punya ratusan rekanan untuk menggarap properti di seluruh kawasan Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri. “Dengan menjadi pengusaha, kamu memiliki kemerdekaan menciptakan keinginanmua sendiri,” kata Ciputra yang juga akrab disapa Pak Ci’.

Referensi: The Passion of My Life, Biografi Ciputra; Ciputra, From Hero to Zero, oleh Maskur Anhari; Wikipedia.

Raja Agrobisnis Ini Cuma Tamatan SD di Makassar

Eka Tjipta (dok. Sinar Mas Group)
Pada 1932, Oei Ek Tjhong kecil berlabuh di kota Makassar bersama ibunya setelah berlayar tujuh hari tujuh malam dari Cina. Di Makassar, Oei menyusul ayahnya yang telah lebih duluan tiba dan telah membuka sebuah toko kecil.

Toko ayahnya maju; Oei pun minta disekolahkan. Sayangnya, keadaan ekonomi dan politik Indonesia yang labil karena keberadaan penjajah membuat Oei menyelesaikan sekolahnya hanya sampai SD. Oei kemudian membantu ayahnya berdagang. Dia juga menjadi pejuang kemerdekaan Indonesia.

Oei berdagang apa saja yang bisa dijual: gula-gula, kue, dan hal-hal kecil lainnya. Bahkan, perlahan-lahan, dia naik tingkat dari penjual ke pemasok. Jualannya pun semakin berkembang. Karena besarnya, Oei membeli becak untuk mobilisasi barang.

Dari gula-gula dan kue, Oei kemudian menjadi penjual terigu, beras, bahkan semen. Kesuksesan usaha Oei terjadi ketika dia menjadi pengusaha minyak kelapa dengan menguasai lini dagang dari bahan baku kopra di Selayar sampai diolah menjadi minyak. Namun semua bisnisnya habis ketika pemberontakan Permesta terjadi di Makassar dan daerah Sulawesi Selatan lainnya. Eka pun harus memutar otak menafkahi keluarganya.

Setelah bisnisnya hancur di Makassar, Eka dan keluarganya memutuskan merantau ke Surabaya. Dia mencoba terjun ke bisnis agro. Kerja keras Eka menuai hasil hingga akhirnya memiliki kebun kopi dan karet di daerah Jember. Bisnisnya kemudian maju dan berkembang.

Di tengah kesuksesan, Eka melakukan ekspansi besar-besaran: membeli kebun dan pabrik teh, kebun dan pabrik kelapa sawit, pabrik kertas, dan lainnya. Pabrik-pabrik itu dinaungi perusahaan bernama PT Tjiwi Kimia, PT Asia Pulp & Paper, dan PT Indah Kiat Pulp & Paper. Produk kertasnya sangat terkenal: Sinar Dunia.

Perusahaan-perusahaan tersebutlah yang menjadi cikal-bakal terbentuknya grup usaha besar bernama Sinar Mas Group. ‘Tak hanya eksis di agrobisnis, kini Sinar Mas Group telah melebarkan sayap ke semua sektor usaha: keuangan (Bank Sinar Mas, Asuransi Sinar Mas, dll.), telekomunikasi (smartfren), media (Orange TV), properti (BSD City, Damai Indah Golf, dll.), dan lainnya.

Kini, Sinar Mas Group telah dikelola oleh anak-cucu Eka Tjipta Widjaja. Perjuangan Eka kini dinikmati oleh keturunannya. “Apapun kesulitan yang dihadapi, asalkan memiliki keinginan untuk berjuang, pasti semua kesulitan dapat diatasi.” (Eka Tjipta Widjaja)

Referensi: Wikipedia.com, Biografiku.com, viva.co.id.

Mengenal Maestro Bisnis Perbankan Indonesia

Mochtar Ryadi (dok. Imam Jawa Pos)
Sejak duduk di Sekolah Dasar, Lie Moe Tie selalu terkesima dan heran melihat sebuah gedung megah berisi orang-orang berpenampilan rapi sedang sibuk bekerja. Anehnya, di dalam gedung itu ‘tak terlihat barang dagangan yang dijual. Lie pun menanyakan hal tersebut kepada Kepala Sekolahnya, Pak Loe kemudian menjawab, “Itu adalah bank milik Belanda.” Untuk menjawab rasa herannya, dalam diri lelaki kelahiran Malang, 12 Mei 1929 itu pun terpatri cita-cita untuk menjadi bankir.     
 
Cita-cita Lie yang kemudian mengganti namanya menjadi Mochtar Riady tersebut kesampaian pada usia 30, tepatnya pada 1959. Dia diperkenalkan oleh temannya dengan saudagar asal Bugis, Andi Gappa, yang juga saudara kandung Jend. M. Jusuf. Andi Gappa memiliki sebuah Bank bernama Bank Kemakmuran dan dia ingin Mochtar membeli saham Bank tersebut dan mengendalikannya. Mochtar sepakat membeli 66 persen saham dan menjadi Presiden Direktur Bank Kemakmuran.

Di tangan Mochtar, Bank Kemakmuran mengalami progress yang cukup baik. Namun unsur nepotisme yang melibatkan Komisaris Bank dalam penyaluran kredit mulai terjadi. Walhasil, kredit macet Bank Kemakmuran meningkat; Mochtar mundur dari jabatannya dan menjual sahamnya karena ‘tak mampu mengendalikan pihak-pihak dalam bank yang nakal.

Pada 1963, Mochtar berkenalan dengan Oey Guan Chang, Ketua Asosiasi Pengusaha Tekstil. Setelah dibujuk Mochtar, Oey tertarik membuat bank. Keduanya pun sepakat membeli Bank Buana yang tengah dibelit krisis. Di tangan Mochtar, Bank Buana menjadi empat besar bank terbaik dan mampu bertahan ketika terjadi krisis ekonomi 1965.

Saat krisis terjadi dalam kurun waktu 1965-1966, banyak bank-bank yang mengalami masalah. Sebagian besar bangkrut; sebagian lagi selamat karena dibeli bank yang sehat. Bank Buana yang sehat ‘tak ketinggalan melakukan pembelian bank krisis. Bank Kemakmuran (bank pertama Mochtar) dan Bank Industri dan Dagang Indonesia (BIDI) menjadi pilihan. Walhasil, ada tiga bank yang dikelola langsung oleh Mochtar. Semuanya dikelola Mochtar dengan baik dan sehat.

Pada 1971, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi jumlah bank yang dianggap terlalu banyak. Salah satu caranya adalah bank-bank disuruh merger (bersatu). Mochtar sepakat untuk melakukan hal tersebut. Setelah bicara dengan para pemegang saham, dua bank (Bank Kemakmuran dan BIDI) sepakat bergabung; Bank Buana memilih jalan sendiri.

Penggabungan Bank Kemakmuran dan BIDI melahirkan bank baru bernama Pan Indonesia Bank atau dikenal dengan Panin Bank. Panin Bank menjadi bank merger pertama di Indonesia. Kantor barunya didesain sangat modern. Panin Bank pun menjelma menjadi bank swasta terbesar di Indonesia mengalahkan Bank Buana.

Kejayaan Panin Bank berlangsung singkat; masalah besar terjadi. Orang dalam Panin Bank melakukan kegiatan bank dalam bank. Kalau ada untung, orang itu mengambilnya; tapi kalau rugi, Panin Bank yang dikorbankan. Kredit macet dalam jumlah besar pun terjadi. Kepercayaan masyarakat menurun; bahkan sampai pada tindakan rush (ramai-ramai menarik tabungan dari bank). Panin Bank disoroti; Mochtar pasang badan dan menjelaskannya kepada Bank Indonesia. Kasus ini berujung pada mundurnya Mochtar dari Panin Bank.

Keluar dari Panin Bank, jiwa bankir Mochtar masih bergelora. Geloranya bahkan makin menggila: Mochtar ingin membuat bank kliring yang mewadahi transaksi internasional, serupa Bank of England di Inggris atau Federal Reserve Bank di Amerika Serikat. Dan gelora itu terwujud pada 1975 ketika Mochtar bertemu dengan Liem Sioe Liong, pengusaha yang dekat dengan Presiden Soeharto. Mochtar mengutarakan maksudnya kepada Liem. Liem paham dan menawarkan satu dari tiga bank milik Liem untuk dikelola Mochtar: Bank Windu Kencana, Bank Dewa Ruci, dan Bank Central Asia. Mochtar memilih BCA yang sahamnya juga atas nama putra-putri Soeharto.

Di tangan Mochtar, BCA mengalami reformasi manajemen. Konsultan asing bahkan didatangkan untuk mewujudkannya. Akhirnya, management by system terwujud; BCA siap melaju. “Masalah besar harus diatasi dengan tekun dan bijak agar menjadi kecil dan mudah diselesaikan dengan baik,” prinsip Mochtar mengutip perkataan Laozi.

Dalam perjalanannya, BCA menjadi bank swasta terbesar di Indonesia. Gudang Garam dan Unilever menjadi nasabah prioritasnya. Beberapa keputusan besar juga dilakukan: membeli Bank Gemari untuk mendapatkan izin sebagai bank kliring dan bank devisa, merilis BCA Card (kartu kredit pertama di Indonesia), membeli saham Union Planters dan bersama-sama membuka perusahaan keuangan di Hongkong, membuka cabang di New York, dan lainnya.

Lima belas tahun bersama BCA dan berhasil menyukseskannya, Mochtar akhirnya mengundurkan diri pada 1991. BCA yang awalnya beraset Rp 998 juta telah dikembangkannya menjadi Rp 7,5 trilliun. Sekeluar dari BCA, Mochtar selanjutnya mendirikan bank sendiri bernama Lippo Bank. Meskipun berpisah, BCA dan Lippo Bank jalan seiring bersama dalam bisnis perbankan Indonesia.
Lippo Bank adalah cikal bakal dari bisnis Lippo Group yang besar. Saat ini mereka telah memiliki ragam bisnis di segala sektor: keuangan (Lippo Bank, Asuransi Lippo Life, dll.), properti (Lippo Cikarang, Lippo Karawaci, Sentul City, dll.), sekolah (Pelita Harapan, Dian Harapan, dll.), rumah sakit (Siloam Hospital), pemakaman (San Diego Hills), industri (Lippo Industrie) dan lainnya. Anak-anak Mochtar menjadi pewarisnya: Rosy Riady, Andrew Riady, Stephen Riady, dan James Riady.

BCA kini menjadi salah satu anak usaha dari Salim Group, milik Liem Sioe Liong (berganti nama menjadi Sudono Salim) dan anak-anaknya: Albert Salim, Andre Salim, Anthony Salim, dan Mira Salim. Salim Group juga mempunyai ragam usaha di segala sektor. Selain BCA, beberapa yang terkenal adalah Indofood (produsen Indomie), Bogasari (produsen terigu yang berafiliasi dengan Sari Roti), Indosiar (media televisi, tapi telah dijual), Indomaret (minimarket), Indomobil (dealer Suzuki), dan lainnya.

Bank Buana dan Panin Bank masih eksis sampai sekarang. Bank Buana telah dibeli oleh investor perbankan asal Singapura dan berubah nama menjadi Bank UOB. Panin Bank, meskipun tenggelam namanya di Jakarta, tapi mereka kokoh di kawasan Indonesia timur, kawasan tempat lahir leluhurnya Andi Gappa. Ony Gappa rahimahullah, keturunan Andi Gappa, adalah sosok yang membesarkan Panin Bank di Indonesia timur.

Demikianlah, Mochtar telah menjadi maestro bisnis perbankan di Indonesia, terkhusus bank-bak swasta. Terkait bisnis perbankan, Mochtar punya kalimat bijak, “Modal utama bisnis perbankan adalah kepercayaan yang tidak terbatas. Kualitas pelayanan harus dapat ditingkatkan setiap saat. Prinsip dan keyakinan inilah yang menentukan keberhasilan saya di dunia perbankan.”
Bisnis perbankan adalah jual-beli kepercayaan, bukan jual-beli uang!

Referensi: Buku Manusia Ide: Otobiografi, oleh Mochtar Riady.

Mengenal Bapak Bisnis Otomotif Indonesia

Om William (karya: Gabriella Pranatio)
Nasib Kiam Liong sama seperti kebanyakan orang Indonesia yang hidup di jaman prakemerdekaan: ditinggal mati ayah-ibu saat masih kanak-kanak lalu hidup serba kekurangan. Hal tersebut membuat lelaki kelahiran Majalengka, 20 Desember 1922, itu berpikir keras untuk bertahan hidup bersama adik-adiknya di tengah peliknya masalah ekonomi dan politik bangsa.

Kiam Liong yang kemudian berubah nama menjadi William Soeryadjaya memutuskan untuk berhenti sekolah dan mulai berdagang. Dia berdagang apa saja yang bisa dijual: kertas, kain, sampai sembako. Dari perdagangan itu, jiwa pengusaha William tertempa.

Pada 20 Februari 1957, bersama adik dan seorang temannya, William membeli perusahaan kecil yang punya izin ekspor-impor di jalan Sabang, Jakarta. Perusahaan itu kemudian dinamainya Astra, terinspirasi dari nama Dewi Astrea dalam mitologi Yunani yang mampu terbang ke langit dan menjadi bintang.

Bisnis awal Astra adalah menjadi pengimpor dan perakit truk merek Chevrolet produksi General motors, Amerika Serikat. Bisnis itu diadakan William untuk mendukung program pemerintah yang ingin mengembangkan sektor sandang, pangan, dan pertanian, yang satu kebutuhan sektor tersebut adalah truk untuk distribusi.

‘Tak lama kemudian, pemerintah menggalakkan program untuk mengembangkan industri otomotif nasional dengan berusaha membenahi Gaya Motor, pabrik otomotif milik pemerintah warisan Belanda. William tertarik menjadi investor untuk itu. Uang pinjaman senilai USD 3 juta dollar dikucurkannya untuk membenahi pabrik Gaya Motor. Banyak yang kemudian geleng-geleng kepala atas keberanian William.

Keberanian dan nyali William diuji saat General Motors dan Nissan menolak menjadi mitra Astra. Tapi suami dari Lily Anwar dan ayah dari Edward, Edwin, Joyce, dan Judith itu tidak ciut, dia terus berusaha dan berdoa. Akhirnya, usaha William menemukan hasil ketika Toyota, pabrikan mobil Jepang, bersedia bekerja sama dengan Astra.

Roda bisnis industri otomotif Indonesia pun mulai bergerak. Toyota Astra berhasil sukses dipasaran melalui varian Toyota Kijang dan Hardtop. Produk tersebut tidak hanya dijual di Indonesia, tapi juga diekspor ke negara-negara tetangga. Astra, meskipun masih tergolong perusahaan kecil, kemudian sangat dihargai oleh orang Jepang karena keberhasilannya menyukseskan Toyota.

Kepercayaan orang Jepang itu terlihat dari keberhasilan William bekerja sama dengan perusahan-perusahaan otomotif Jepang lain: Daihatsu (pabrikan mobil) dan Honda Motor Corporation (pabrikan motor). Melalui tiga perusahaannya: Toyota Astra Motor, Astra Daihatsu Motor, dan Astra Honda Motor, Astra berhasil menjadi raja otomotif nasional sampai sekarang, yang mengurusi otomotif dari hulu (pabrik) sampai ke hilir (sales, service, dan sparepart).

Tidak hanya di sektor otomotif, Astra kemudian berkembang menjadi perusahaan international yang merambah semua sektor usaha: keuangan, alat berat, tambang, perkebunan, teknologi informasi, dan properti. Dan itu semua terwujud berkat tangan dingin William Soeryadjaya, lelaki yang wafat pada 2 April 2010 di Jakarta dengan mewariskan sebuah perusahaan kebanggan bangsa: Astra International.

“Profit adalah cara mencapai tujuan, bukan akhir tujuan. Seorang entrepeneur sejati tidak akan pernah menempatkan profit sebagai tujuan. Yang lebih penting itu bisnis harus mensejahterakan bangsa.” (William Soeryadjaya).

Referensi: Astra on Becoming Pride of Nation, oleh Yakub Liman; Wikipedia.

Selasa, 22 Mei 2018

Kronologi Tragedi Mei 1998: Demonstrasi, Kerusuhan, dan Turunnya Soeharto

Suasana kerusuhan di Jakarta, Mei 1998 (dok. google)
Pada Mei 1998, Indonesia menerima dampak buruk dari krisis ekonomi yang menerpa Asia. Inflasi terjadi, nilai rupiah naik tajam sampai Rp 16.000 per dollar, dan pengangguran meningkat. Ketidakpuasan pun terjadi di masyarakat. Mosi tidak percaya terhadap Pemerintahan Soeharto yang baru saja terpilih melalui Pemilu 1997 menyeruak. Demonstrasi menyerukan reformasi terjadi di mana-mana. Bagi demonstran, Pemerintahan Soeharto yang dianggap sebagai rezim KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) harus diganti.  

Puncaknya, pada 12 Mei 1998, mahasiswa di seluruh Indonesia, terkhusus di Jakarta, sepakat melakukan aksi bersama. Militer membolehkannya dengan satu syarat: lakukan di dalam kampus! Namun ternyata, dalam demonstrasi di kampus Trisakti Jakarta, para mahasiswa memaksa keluar kampus. Mereka ingin berdemontrasi di depan Gedung MPR yang kebetulan dekat dengan kampus mereka. Dari jam 10 pagi hingga jam 05.00 sore, militer dan demonstran saling berhadap-hadapan di jalanan.

“Demonstrasi sudah keluar kampus dan terjadi martir. Ini tinggal tunggu waktu keadaan bahaya,” kata Wiranto, Menteri Pertahanan dan Keamanan dan Panglima ABRI kala itu, dalam wawancaranya kepada kanal televisi Trans7. Benar saja, militer dan demonstran kemudian terlibat baku dorong. 

Militer pun secara bertahap melakukan tindakan represif. Hingga akhirnya hujan peluru terjadi. Bermodal senjata laras panjang, militer melepaskan tembakan ke arah demonstran. Demonstran berhamburan, lari tunggang-langgang. Sebagian besar mahasiswa Trisakti lari masuk ke dalam kampus mereka dan bahkan menutup rapat pagar kampus. Pun mahasiswa sudah di dalam kampus, militer tetap melepaskan tembakan yang dibalas lemparan batu oleh mahasiswa.

Sangat disayangkan, dalam keadaan chaos tersebut, empat mahasiswa Trisakti terkena peluru tajam. Keempatnya tewas di tempat: Elang Mulia Lesmana, Hafhidin Royan, Hendriawan Sie, dan Heri Hartanto. Jenazah keempatnya dievakuasi ke Rumah Sakit Sumber Waras. Keluarga dan puluhan teman mengiringi jenazah dengan tangisan dan bacaan ayat Al Qur’an.

*****

Menjelang pukul 12.00 malam, dr. Mun’im Idris (ahli forensik) datang ke RS Sumber Waras atas permintaan Idham Azis, Kasat Serse Polres Metro Jakarta Barat. Dr. Mun’im hendak melakukan pemeriksaan bedah mayat atas keempat mahasiswa korban penembakan. 

Awalnya, keinginan dr. Mun’im ditolak keluarga. Namun akhirnya, setelah hampir setengah jam negosiasi, dr. Mun’im melakukan bedah mayat dengan satu syarat: keluarga menyaksikannya langsung.

Kurang-lebih 90 menit, dr. Mun’im membedah jenazah keempat mahasiswa Trisakti tersebut. Dia menemukan luka tembak pada bagian mematikan di tubuh keempat korban: ada di dahi tembus ke kepala, di leher, di punggung, dan di dada. “Jelas tembakan yang dilepaskan militer bertujuan mematikan, bukan melumpuhkan,” tulis dr. Mun’im dalam bukunya Indonesia X-Files. Selain itu, dr. Mun’im juga berhasil mengamankan peluru dari tubuh korban.

Setelah proses bedah, kepada Pers dan mahasiswa yang sudah ramai berkumpul, dr. Mun’im membenarkan telah terjadi penembakan terhadap mahasiswa Trisakti dengan menggunakan peluru tajam. Namun, dr. Mun’im tidak menjelaskan secara detil karena itu menjadi konsumsi penyidik ke depannya. Selanjutnya, dr. Mun’im meninggalkan RS Sumber Waras.

Dr. Mun’im ‘tak langsung pulang ke rumah. Dia menghadap Kapolda dulu, Irjen Pol. Hamami Nata, untuk mendiskusikan hasil pemeriksaannya. Kepada Kapolda, dr. Mun’im bilang, “Pak, ini proyektil yang saya dapatkan tertanam pada leher salah satu korban. Dua korban pelurunya menembus, sedangkan satunya lagi masih tertanam di daerah dada kiri dan saya tidak bisa mengeluarkannya.”

Mendengar penjelasan dr. Mun’im, Pak Hamami Nata menerawang. Dengan nada kecewa dia berkata, “Saya sudah perintahkan kepada semua anak buah saya agar mereka tidak menggunakan peluru tajam. Mereka yang menghadapi para pengunjuk rasa hanya dibekali peluru karet atau peluru hampa yang terbatas jumlahnya. Dari mana datangnya peluru ini?”

Sebelum bertemu dr. Mun’im, Pak Hamami Nata bersama Pangdam Jaya Sjafrie Sjamsoeddin telah bertemu Menhankam/Pangab Wiranto. Wiranto kemudian memerintahkan tiga hal: pertama, usut aparat pelaku penembakan; kedua, jelaskan kepada masyarakat secara detil perihal kejadian tersebut; ketiga, minta maaf kepada rakyat Indonesia atas kejadian tersebut.   

****

Tanggal 13 Mei 1998,  di luar kampus Trisakti, massa entah dari mana terkonsentrasi berkumpul. “Mereka memprovokasi untuk kita (mahasiswa) keluar. Tapi teman-teman sepakat untuk ditutup pintu gerbang. Dan yang pertama kali saya lihat adalah ada dari arah jembatan lima, arah perempatan Grogol, itu ada truk sampah tiba-tiba berhenti di lampu merah. Orang yang meyupir sama yangnaik dari truk itu pada turun terus membakar truk itu…”
 
“…Dan itulah pertama kali terjadinya kerusuhan. Diawali pembakaran mobil-mobil di sekitar Hotel Ciputra, Citra Land itu, terus menjalar ke arah Daan Mogot terus mengarah ke Kali Deres,” kata Julianto Hendro Cahyono, Ketua Senat Mahasiswa Trisakti, kepada Trans7.

Dan kerusuhan pun terjadi di Jakarta pada 13 mei 1998 sepanjang hari. Massa melakukan pembakaran, penjarahan, dan bahkan pemerkosaan terhadap objek-objek menarik yang ada didepannya. Faktor ekonomi sangat dominan dalam kerusuhan ini. Ratusan orang tewas dan luka-luka.

****

Tanggal 14 Mei 1998, Presiden Soeharto kembali ke Indonesia dari perjalanannya di Kairo, Mesir. Dia kemudian memanggil pejabat-pejabat berwenang untuk menjelaskan secara lengkap perihal peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti dan kerusuhan massal yang terjadi. Presiden Soeharto juga membangun komunikasi dengan sejumlah tokoh masyarakat dan agama. 

Dalam perjalanannya, keadaan menjadi berat bagi Soeharto karena ternyata tokoh masyarakat dan agama tidak mendukungnya. Ditambah lagi 14 menteri kabinetnya seketika mengundurkan diri, seperti Ginanjar Kartasasmita dan Akbar Tanjung.

Di tanggal 21 Mei 1998, ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR tanpa tindakan represif dari militer. Beberapa mahasiswa bahkan bertindak anarkis. Akhirnya, karena tidak mampu lagi mengendalikan keadaan, Presiden Soeharto menyampaikan pidato pengunduran dirinya sebagai Presiden yang kemudian disambut gembira para mahasiswa. Sesuai aturan, Wakil Presiden Baharuddin Jusuf Habibie naik menjadi Presiden.

Sabtu, 17 Februari 2018

Awan Lolai dan Kabut Pung Torra

Awan Lolai (dok: Parang Tinggiyya Blog)
Kau mainkan untukku 
Sebuah lagu tentang negeri di awan
Di mana kedamaian menjadi istananya
Dan kini telah kau bawa aku menuju ke sana

Kalau Anda ingin melihat kota Rantepao dari atas, naiklah ke puncak Lolai. Dari sana, ibukota Kabupaten Toraja Utara itu tampak jelas di kejauhan. Kalau Anda tidak bisa melihat Rantepao, itu berarti Anda sangat beruntung. Kenapa? Karena di hadapan Anda terhampar awan putih tebal yang menutupi pemandangan kota.

Lolai memang terkenal dengan sebutan Negeri di Atas Awan. Lirik lagu Katon Bagaskara di atas jelas bukan khayalan. Sejak terpublikasi, ribuan pengunjung telah menikmatinya. Tenar lewat media sosial, koran, dan televisi. Ketenarannya bahkan telah menggusur kesakralan Londa dan Kete Kesu.

Selain Negeri di Atas Awan, Lolai juga menyajikan pemandangan indah sepanjang jalan menuju puncaknya: hutan pinus yang kokoh, bukit-bukit hijau, dan sawah bertingkat yang menghampar luas. 

Dan di ujung paling puncak Lolai, Anda bisa menikmati Pung Torra, kawasan puncak yang didesain serupa daerah Lembang di Bandung. Pada suatu momen di Pung Torra, Anda akan beruntung diselimuti kabut.  

Pung Torra (dok. Penulis)
Pung Torra (dok. Penulis)
Anda penasaran, silahkan berkunjung ke Lolai!

Buntu Burake dan Patung Yesus Memberkati


Tangga antar bukit di Buntu Burake (dok. penulis)
Kalau Anda ingin melihat kota Makale dari atas bukit, naiklah ke Buntu Burake. Dari puncaknya, ibukota Kabupaten Tana Toraja berluas sekira 40 km2 itu terlihat jelas tanpa celah. Gunung-gunung yang melingkari kota dan patung Lakipadada dalam lingkaran kolam yang menjadi pusat di tengah kota, semua kelihatan.     

Dulu, Buntu Burake bukanlah apa-apa, hanya kesunyian. Tapi semenjak patung Yesus Memberkati dibangun di pucuknya, ribuan kaki telah meninggalkan jejak di tanahnya. Pariwisata Tana Toraja, terkhusus wisata religi, meningkat pesat.

Patung Yesus Memberkati (dok. penulis)
Patung Yesus Memberkati bertinggi 40 meter itu dibuka untuk umum pada Agustus 2015 silam. Diprakarsai oleh Pemkab Tana Toraja dan didukung penuh oleh Pemprov Sulsel. Patung yang menghabiskan anggaran puluhan milliar itu dibuat dari bahan perunggu dan didesain oleh Niel El Fuadi, pematung kelahiran Padang yang berdomisili di Jogja, yang juga telah berhasil membuat patung Habibie-Ainun di kota Parepare.

Di sekitar patung, dibangun pula tangga beton panjang yang menghubungkan pengunjung dengan bukit-bukit di sekeliling patung. Para pengunjung pun bebas berfoto ria dengan ragam posisi dan objek yang menarik.

Anda penasaran, silahkan berkunjung ke Buntu Burake, Tana Toraja!