Rabu, 29 Mei 2013

Lumpur Porong

Lumpur Porong (foto: detik.com)





     











Matahari murung di langit Porong
Tanah dan hati dimuntahi bumi
Mungkinkah matahari tersenyum?
Sementara segala kehidupan telah menjadi kubangan

Minggu, 19 Mei 2013

Robert Kearns, Ilmuwan yang Melawan Korporasi Raksasa

Robert Kearns dan temuannya
Banyak hal-hal di dunia ini yang lebih penting dari uang. Prinsip itu dipegang teguh oleh Robert Kearns, seorang Doktor di bidang teknik pada Case Western Reserve University.

Maka ketika temuannya yang telah dipatenkan berupa kipas kaca intermittent (windscreen wiper) pada mobil dibajak oleh Ford Motor Company, dia berjuang menuntutnya. Tawaran uang damai yang menggiurkan dari Ford ditolaknya.

Kearns hanya menginginkan satu hal: temuannya diakui publik dan Ford harus meminta maaf kepada publik melalui media karena telah mencuri idenya. Ford menolaknya. Dan hukum dan perjuangan untuk keadilan pun berlanjut melalui pengadilan.

Butuh 12 tahun bagi Kearns untuk memperjuangkan keadilan atas dirinya. Dalam kurun waktu itu, dia sempat menjadi gila sesaat, waktunya untuk keluarga tidak ada, dan bahkan dia harus berpisah dengan istrinya.

Yang paling menarik, semua pengacara yang membelanya mengundurkan diri. Pengacara itu beralasan sulit mengalahkan korporasi raksasa secara hukum. Kearns pun berjuang sendiri di pengadilan dibantu anak-anaknya.

Perjuangan Kearns berujung sukses. Ford dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus membayar 10 juta dollar kepada Kearns. Dalam perjalanannya, Chrysler Corporation yang juga memakai ide Kearns diwajibkan membayar 18,5 juta dollar kepada Kearns.

Kearns mendapatkan semuanya: keadilan dan kesejahteraan, sebelum dia meninggal dunia pada 2005 di usia 77 tahun. “Ini bukan soal uang, tapi soal salah dan benar,” kata Kearns.

Kipas kaca intermittent adalah teknologi yang berguna menghapus kaca ketika hujan. Kini, teknologi itu dipakai oleh ratusan juta mobil di dunia. Tidak hanya mobil, tapi juga  kereta api dan kapal laut.

Referensi: Artikel Flash of Genius, oleh John Seabrook (dimuat di The New Yorker dan difilmkan oleh Marc Abraham dengan judul yang sama).

Kamis, 16 Mei 2013

71 Tahun Jusuf Kalla

JK (lukisan hadiah Universitas Brawijaya)
Tokoh Di Balik Ujian Nasional
Ribut-ribut soal Ujian Nasional, ternyata Jusuf Kalla adalah salah satu tokoh dibaliknya. Kala itu, di tahun 2002, JK menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra). Dia bersama Malik Fajar, Menteri Pendidikan kala itu, berdiskusi tentang kualitas pendidikan nasional.

Singkat cerita, JK merasa prihatin melihat kurangnya mahasiswa asal Indonesia Timur yang berkuliah di universitas bergengsi di pulau Jawa. JK merasa kualitas pendidikan di Indonesia tidak merata. Untuk meratakan pendidikan di Indonesia, JK melihat bahwa satu-satunya jalan adalah dengan meningkatkan kualitas UN.

Kebijakan taktis pun diambil JK: dia mengutus stafnya di Menko Kesra untuk studi banding melihat UN di beberapa negara tetangga, di antaranya Malaysia, Singapura, dan lainnya. Hasilnya: sejak 2003, standar nilai kelulusan UN meningkat; soal yang diujikan juga semakin tinggi tingkat kesulitannya. Kebijakan itu berlangsung hingga kini. UN pun menjadi momok yang menakutkan.

Hasil dari kebijakan itu, muncul pro-kontra. Beberapa pernyataan sinis terlontar terkait kebijakan itu. Salah satunya: kelulusan idealnya ditentukan oleh guru di sekolah karena merekalah yang mengikuti proses belajar dan perilaku seorang siswa, bukan UN. JK menjawabnya, "Guru mengujikan apa yang telah diajarkannya kepada siswanya, sedangkan UN mengujikan apa yang seharusnya diketahui oleh seorang siswa."

Membawa PMI Mendunia
JK menjadi Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) sejak 2009. Praktis, sudah empat tahun JK mengelola lembaga sosial bercap pemerintah itu. Apa yang telah dilakukan JK?

Pertama, JK telah menabuh gaung eksistensi PMI dengan keras. Eksistensi PMI pun lebih menonjol dan antusias, terutama dalam menangani bencana. Sederhananya, PMI lebih disegani. Yang paling menarik: JK membawa aktifitas donor darah ke dalam mall. Donor darah pun menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Kedua, JK berusaha membuat PMI mandiri secara finansial. Entah bagaimana cara taktis dan strategisnya, mungkin pengakuan anggota PMI ini bisa menjawabnya, "Wah, mantap PMI sekarang, dananya lancar."

Ketiga, JK membawa PMI mendunia. Terakhir, PMI menjadi lembaga sosial pertama yang berhasil menembus blokade Junta Militer Myanmar dan menolong pengungsi di Rohingya.

Menikahkan Anak Bungsu
Dari lima anak kandung JK, sisa satu yang belum menikah, yaitu Chairani atau akrab disapa Ade. Menikahkan anak bungsunya itu jelas menjadi impian JK di usianya yang akan genap 71 tahun pada Rabu, 15 Mei, mendatang.

JK-Ade (dok. keluarga Kalla)
Sepertinya impian itu akan terwujud. Ade yang kini berusia 32 tahun telah menemukan idaman hatinya dalam diri Marah Laut, putra bungsu dari sutradara besar Arifin C. Noer.

Acara lamaran pun telah dilangsungkan. Dan jika JK berusia panjang, hidupnya tentu akan lebih lengkap setelah menikahkan putri kesayangannya itu.

Tujuh Gelar Doktor Honoris Causa
 Secara reguler, JK hanya memperoleh satu gelar akademik, yaitu Dokturandus (Drs.). Gelar itu diperolehnya saat menyelesaiakan kuliah strata satu di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar. Namun, secara penghormatan, JK ternyata telah memperoleh tujuh gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa).

Gelar Doktor pertama diperoleh JK dari Malaya Universiti Malaysia pada 21 Juli 2007. Kebijakan JK memajukan perekonomian Indonesia dengan mencabut subsidi BBM dianggap sangat baik.

Dr. JK (dok. merdeka.com)
Datuk Rafiah Salim, Naib Canselor Malaya Universiti, berkata: “Kalla sukses bermetamorfosis dari aktivis mahasiswa, pengusaha, politisi, menjadi negarawan. Kekuatan itulah yang membuat Kalla sukses menjadi arsitek ekonomi untuk membawa ekonomi Indonesia mendekati masa-masa sebelum krisis ekonomi 1997.”

Gelar Doktor kedua diperoleh JK dari Soka University Jepang pada 2 Februari 2009. Kali ini JK memperoleh gelar Doktor di bidang perdamaian. JK dianggap mampu mengupayakan penyelesaian konflik di beberapa daerah yang rawan, seperti Poso, Ambon, dan Aceh.

Gelar Doktor ketiga diperoleh JK dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada 17 Maret 2011. JK dianggap berkontribusi dalam bidang Pendidikan Kewirausahaan.

Ketua Tim  Promotor UPI, Prof. Dr. H. Suryana, berkata, “Dari aspek akademis maupun non-akademis, saudara Jusuf Kalla tidak diragukan lagi, bahkan beliau adalah tokoh yang memiliki karakter disiplin, loyal, dan menunjukkan kepribadian yang selalu menghargai jati diri bangsa.”

Gelar Doktor keempat diperoleh JK dari Universitas Hasanuddin Makassar pada 10 September 2011. Kali ini JK dianggap memiliki peran penting dalam ekonomi-politik.

Prof. Basri Hasanuddin, mantan Rektor Universitas Hasanuddin yang juga Promotor penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan kepada JK, mengatakan, “Ada tiga alasan utama  penganugerahan gelar Doktor Kehormatan yang akan dilakukan Unhas kepada Wakil Presiden RI kesepuluh itu:

Pertama, pandangan masyarakat tentang ketokohan JK selama ini.

Kedua, pandangan JK tentang ekonomi cukup signifikan yang terungkap dalam berbagai komentar dan kebijakan yang ditempuhnya, khususnya selama menjabat Wakil Presiden RI. Terobosan tersebut kemudian melahirkan ikon “Kallanomic”.

Ketiga, lanjutnya, apa yang dilakukan JK dengan pikiran-pikirannya dan menjaga hubungan antara pemerintah dengan DPR. Jalan yang ditempuh JK adalah dengan merebut kursi pimpinan Partai Golkar, sehingga hubungan antara pemerintah dengan DPR pada masa jabatannya tidak mengalami hambatan.”

Gelar Doktor kelima diperoleh JK dari Universitas Syiah Kuala Aceh pada 12 September 2011. JK dianggap berkontribusi dalam bidang perdamaian, terkhusus di Aceh.

Gelar Doktor Keenam diperoleh JK dari Universitas Brawijaya Malang pada 8 Oktober 2011. JK dianggap memiliki kontribusi dan pemikiran yang andal dalam bidang ekonomi dan bisnis.

Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (UB), Dr  Khusnul Ashar, mengatakan, “Kalla dinilai memiliki visi dan misi yang sama dengan fakultas ekonomi dalam pengembangan ekonomi di Tanah Air."

Gelar Doktor ketujuh diperoleh JK dari Universitas Indonesia pada 9 Februari 2013. JK dianggap berkontribusi dalam bidang kepemimpinan.

Menurut Djoko Santoso, Rektor UI, “Jusuf Kalla merupakan contoh pemimpin yang transformasional saat berkiprah dalam pemerintahan, partai, maupun organisasi masyarakat dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi pemimpin lainnya.”

Kalau Menjadi Presiden
“Seandainya jadi Presiden, lengkap betul hidup ini.” Itulah kata-kata JK saat gagal dalam Pemilihan Presiden 2009 silam. Dan tentu menjadi pertanyaan: apakah di usianya kini, JK akan maju lagi pada Pilpres 2014 mendatang?

Kalau JK maju, itu berarti umurnya telah menginjak 72 tahun. Sebuah umur yang sudah sangat tua tentunya. Umur yang, bagi orang berpemahaman konservatif, sebaiknya digunakan untuk menikmati masa tua: duduk-duduk di teras dan bercanda bersama cucu-cucu.

Namun sepertinya JK bukan orang yang seperti itu. JK adalah seorang aktifis sejati. Dan bicara umur, JK pernah bilang, “Kalau ada yang melarang orang-orang tua jadi Presiden, itu bukan lagi demokrasi namanya.”

Terkait kesehatan di usia tua, dokter istana saja kagum melihat kebugaran JK. Cara JK menjalankan aktifitasnya tidak kalah dengan anak muda, bahkan lebih aktif. Hal itu diakui Yadi Jentak, asisten pribadi JK.

Yadi pernah terpaksa mengganti sepatu boat bertalinya dengan sepatu tanpa tali yang simple. Alasan Yadi sederhana saja: kalau dia selesai sholat dan sementara mengikat sepatunya, JK sudah melangkah jauh meninggalkannya.

Kalau JK menjadi Presiden, ya kita tunggu saja.

Sebuah Gambar Sebuah Cerita

JK muda (dok. Kalla Group)
JK berbicara di ruang kerjanya (dok. Kalla Group)
Keluarga Kalla (dok. Keluarga Kalla)
Keluarga Kalla (dok. Keluarga Kalla)
Jajaran Direksi Kalla Group (dok. Kalla Group)