Senin, 22 Juni 2020

Premanisme di Indonesia

Kamis, 23 Februari 2012, puluhan orang bersenjata tajam menyerang Rumah Sakit Gatot Subroto, Jakarta Pusat.

Puluhan orang itu datang dengan menggunakan lima mobil pribadi dan tiga taksi. Mereka kemudian menyerang orang-orang yang sedang melayat Bobby Sahusilawane, pria yang meninggal dunia karena kanker di rumah sakit itu.

Akibat serangan senjata tajam itu, empat pelayat luka-luka dan dua tewas. Sembilan penyerang diamankan polisi.

Penyerangan itu diduga akibat konflik dalam jaringan bisnis narkoba.

*****

Sebelumnya pada Selasa, 14 Februari 2012, bos PT Sanex Steel, Tan Hari Tantono alias Ayung, ditemukan 'tak bernyawa di kamar 2701 Swissbell Hotel, Jakarta Pusat.

CCTV hotel merekam keberadaan John Kei dan beberapa temannya. Tiga hari kemudian, polisi pun menangkap John Kei karena diduga sebagai dalang pembunuhan itu.

Masalah utang-piutang disinyalir menjadi penyebab terjadinya pembunuhan. Memang dalam kesehariannya, kelompok John Kei menjalankan bisnis jasa keamanan dan penagihan (debt collector).

*****

Kelompok John Kei yang merupakan kumpulan orang yang berasal dari Kepulauan Kei, Maluku, terkenal pertama kali 2004 silam. Saat itu, mereka bentrok dengan kelompok Makassar pimpinan Basri Sangaji yang menewaskan tiga orang, termasuk Basri.

Pada April 2010, kelompok John Kei juga bentrok dengan kelompok Thalib Makarim dari Ende, Flores, di klub malam Blowfish. Saat kasus bentrok itu disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, kedua kelompok kembali saling bentrok di jalanan depan pengadilan. Tiga orang tewas. Adik John Kei, Tito Kei, terluka akibat tembakan.

Kelompok John Kei juga mengalami konflik dengan kelompok Timor yang dipimpin Hercules Rosario Marshal atau yang akrab disapa Hercules.

*****

'Tak jauh beda dengan kelompok John Kei, kelompok Hercules juga menjalani kesehariannya dengan menawarkan jasa keamanan dan penagihan. 'Tak jarang, saat melaksanakan pekerjaan, kelompok Hercules bentrok dengan kelompok preman lain.

Dalam sejarahnya, kelompok Hercules pernah menyerang kantor koran harian Indopos gara-gara merasa dirugikan oleh pemberitaan koran itu.

Dalam sebuah dialog di Metro TV bertema konflik kelompok Hercules dengan kelompok John Kei, Hercules marah-marah sambil memukul meja dan membentak presenter Kania Sutisnawinata. Hercules geram karena dibatasi berbicara.

*****

Banyak harapan kepada John Kei setelah dia keluar dari Penjara Nusakambangan dan menunjukkan sikap pertobatan. Tapi masalah kembali menyelimutinya.

Semalam dia ditangkap lagi oleh Polisi. Itu terkait peristiwa pembacokan di daerah Cengkareng yang melibatkan kelompoknya.

*****

Itulah gambaran premanisme di Indonesia. Di daerah lain selain Jakarta juga terdapat praktik-praktik seperti itu: preman disewa untuk tujuan-tujuan tertentu.

Anton Medan, mantan preman, mengatakan bahwa preman akan tetap ada untuk memenuhi kebutuhan pengusaha. Bahkan kelompok preman tidak menyetor (uang) langsung ke polisi. Pengusaha yang memakai jasa premanlah yang mengurus semuanya ke polisi.

Bank sekelas BCA pun tidak ragu menyewa preman demi menjaga tingkat kredit macetnya. Dan hal tersebut diamini banyak ekonom. Itu hal penting demi menjaga ekonomi bangsa. Terkhusus di sektor keuangan.

Kalau pengusaha, preman, dan polisi main mata, premanisme akan tetap merajalela di Indonesia.

Minggu, 21 Juni 2020

Guerillo Heroico


Pada 5 Maret 1960, Fidel Castro, Raul Castro, Che Guevara, dan puluhan revolusioner Kuba mengadakan parade di kota Havana, Kuba, untuk mengenang meninggalnya 100 orang Kuba dalam sebuah ledakan sehari sebelumnya.

Alberto Korda ada di situ sebagai fotografer. Korda kala itu memang menjabat sebagai fotografer resmi yang secara khusus mengikuti aktifitas pemimpin baru Kuba, Fidel Castro.

Semua orang berjalan beriringan. Dan pada suatu momen, Che berhenti berjalan lalu berbalik ke belakang. Di saat berbalik itulah Korda berhasil memotret Che.

Korda memotret penuh wajah tampan Che yang kala itu berumur 31 tahun. Wajah yang alami, diam, tapi penuh amarah.

Foto itu kemudian dinamai Guerillo Heroico, pahlawan gerilya.


Sabtu, 20 Juni 2020

Jalan Panjang Sekularisme

Abad 14 hingga 17, Eropa mengalami pencerahan jaman (Renaissance). Pada jaman itu, akal manusia mengalami pembebasan. Kitab suci agama samawi terbelenggu. Singkat kata, Renaissance telah melahirkan manusia-manusia yang tercerahkan. Manusia-manusia yang -dicirikan Immanuel Kant- berkitab sendiri.

Karena manusia bebas, budaya masyarakat pun berkembang. Salah satu hasilnya adalah sekulerisme: pemisahan agama dari kehidupan sehari-hari manusia. Sekulerisme mengfungsikan agama hanya dalam bentuk vertikal saja (manusia dengan Tuhan), tidak lagi horisontal (manusia dengan lingkungannya).

Max Weber, dalam teori perubahan masyarakatnya, bilang: rasionalitas kian membentuk cara manusia melihat hidup dan mengambil keputusan. Mereka ‘tak lagi bersandar pada ajaran agama. Kata Weber tersebut sejalan dengan tesis Kant sendiri: dalam diri manusia ada potensi untuk menyelesaikan masalah etis, tanpa bantuan segala kitab suci di dunia.

Beberapa pemikir yang hidup setelah Weber dan Kant menyimpulkan: agama dan kitab sucinya perlahan-lahan akan mati. Augusto Comte, misalnya, menuliskan teorinya: masyarakat akan meninggalkan keadaan teologis dan akhirnya masuk ke keadaan ilmiah dan positif. Karl Marx dan Engels, dua tokoh sosialis, lebih keras lagi. Keduanya sepakat bahwa revolusi sosial akan menghapus agama. 

*****

Apakah agama mati? Ternyata tidak. Sekularisme telah gagal menyingkirkan agama. Meskipun harus diakui, sekularisme berhasil menciptakan liberalisme: paham yang menempatkan manusia sebagai obyek yang bebas, tanpa bisa diatur oleh agama.

Apakah sekularisme berhenti? Ternyata tidak juga. Dalam sebuah esai terbitan 1980, From Secularity to World Religions, Peter Berger memperkenalkan dinamika sekularisme baru yang bernama pluralisme. Berbeda dengan liberalisme yang menempatkan manusia sebagai obyek yang bebas tanpa bisa diatur oleh agama, pluralisme justru menempatkan manusia dan agama sama-sama sebagai obyek yang bebas.

Penganut pluralisme memandang agama dalam perspektif liberal. Mereka menafsirkan kitab suci sesuai perkembangan jaman. Para penganut pluralisme yang ekstrim bahkan sampai pada sebuah pemikiran: semua agama sama; surga dan neraka pun ‘tak bisa dikapling oleh penganut agama tertentu.

Di Indonesia, pluralisme berkembang pesat belakangan. Diusung sejak lama oleh tokoh-tokoh nasionalis yang belajar agama di Eropa. ‘Tak sedikit mereka bahkan bergerak di bawah payung Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama, dua organisasi besar Islam di Indonesia.

Mengenang Koran Sinar Harapan

Pada awal masa orde baru, koran-koran pro-PKI ditutup. Hanya koran milik tentara, nasionalis, agama, dan kelompok independen yang diizinkan terbit. Satu diantara koran yang diizinkan terbit itu adalah koran yang dianggap mewakili agama Kristen: Sinar Harapan dan Kompas.

Pada akhir 2015, koran yang melahirkan jurnalis Panda Nababan dan penulis Soe Hok Gie itu akhirnya tutup. Artikel perpisahan pun ditulis Daud Sinjal, Pemimpin Umum sekaligus Ketua Dewan Redaksi Sinar Harapan. Berikut penggalannya:

"...Kepada para narasumber yang setia, kami menyampaikan pamit seraya meminta maaf karena Sinar Harapan sudah tidak terbit lagi pada 2016. Kami berterima kasih dan bersyukur mempunyai teman-teman yang telah bersama hadir di Sinar Harapan sejak penerbitan pertamanya dan berlanjut pada penerbitan keduanya.

Kami berterima kasih sekaligus memohon maaf kepada penyumbang tulisan dan gambar, serta kelompok pemerhati dan pemikir yang kreatif yang secara sukarela mengasuh rubrik-rubrik khusus. Mohon maaf dan terima kasih kami sampaikan pula kepada para mitra kerja sama, para pengiklan, dan penyalur Sinar Harapan. Tentunya pula terima kasih dan mohon maaf kepada segenap pembaca setia Sinar Harapan. Kiranya segala yang terbaik berlangsung pada 2016."

*****

Koran Sinar Harapan terbit pertama kali pada 27 April 1961 di sore hari. Bermodal 26 karyawan, koran itu berhasil meraup oplah 7.500 eksemplar pertama kali terbitnya.

Selanjutnya, Sinar Harapan tumbuh menjadi koran besar di atas Kompas. Dikelola dengan manajemen yang baik di bawah kepemimpinan H.G. Rorimpandey, koran Sinar Harapan menjadi koran teratas dengan berita-berita hebat dan fasilitas mewah untuk wartawannya: rumah, mobil, liburan ke puncak, dan fasilitas kesehatan.

Beberapa berita hebat yang dihasilkan Sinar Harapan di antaranya: wawancara khusus bersama Pramoedya Ananta Toer di Pulau Buru, bocoran RAPBN 1973-1974 (Sinar Harapan mendapatkan teguran keras dari pemerintah), korupsi di Pertamina, dan kebijakan devaluasi pemerintah.

Terkait berita kebijakan devaluasi pemerintah, Sinar Harapan akhirnya dibredel pada 1986 saat oplahnya telah mencapai 250.000 eksemplar dan jumlah karyawannya 451 orang. Berbeda dengan Jacoeb Oetama, pemimpin Kompas, yang memilih kompromi dengan pemerintah, Rorimpandey 'tak mau kompromi. "Kalau dibredel, itu sudah risiko," katanya.

*****

Pada 2001, saat ruh reformasi bertiup ke tubuh Indonesia, pembredelan Sinar Harapan dicabut. Koran sore itu pun kembali menggeliat setelah 15 tahun mati suri. Mereka hadir dengan nama baru: Suara Pembaruan, sebelum kembali memakai nama Sinar Harapan.

Jurnalis, distributor koran, agen iklan, dan pihak-pihak dalam industri koran menyambut baik hidupnya kembali Sinar Harapan. Koran itu pun berkembang mengikuti era yang ada. Edisi digital juga diterbitkan: sinarharapan.co.   

Namun apa daya, di akhir tahun 2015, manajemen dan investor memilih kebijakan untuk mundur dari industri koran. Sinar Harapan tutup. Tidak menguntungkan menjadi alasan utama.

Senin, 15 Juni 2020

Bangsawan yang Anti Bangsawan

Dia lahir dengan nama Sutan Ibrahim Bergelar Datuk Sutan Malaka. Bapaknya yang karyawan di Kantor Pertanian adalah bangsawan terpandang di daerah Pandam Gadang, Gunuang Omeh, Sumatera Barat.

Dalam perjalanannya, dia menyingkat namanya menjadi Tan Malaka saja. Su pada Sutan dihilangkannya, entah kenapa. Kuat dugaan: dia tidak mau menonjolkan kebangsawanannya.

Hal serupa dilakukan Pramoedya Ananta Toer. Nama asli Pramoedyo diubahnya menjadi Pramoedya. Nama bapaknya Mastoer disingkat hanya Toer saja. Alasannya: namanya terlalu ke-Jawa-an. Dia mau menjadi orang Indonesia saja.

Mastoer, ayah Pramoedya, adalah tokoh terpandang di kampungnya di Blora. Bekerja sebagai guru di sekolah Boedi Oetoemo dan aktif sebagai anggota Partai Sarikat Islam. Mastoer juga dikenang karena kebaikan menampung banyak anak di rumahnya dan menyekolahkannya.

Minggu, 14 Juni 2020

Romusha, Neraka Ala Soekarno

Soekarno Romusha (dok. Arsip Nasional)
Pada 1942, Jepang menguasai Indonesia. Mereka berhasil mengambil alih kendali dari tangan Belanda. Begitu pula di beberapa negara asia tenggara lainnya, Jepang juga berhasil menguasai dan mengendalikannya.

Demi mempertahankan daerah-daerah kekuasaannya tersebut, Jepang merencanakan pembangunan rel kereta api guna mempercepat pengangkutan logistik dan tentara. Jepang juga merencanakan untuk menambang sumber daya alam Indonesia (emas, batu bara dan lainnya).

Untuk mengerjakan semuanya, Jepang membutuhkan banyak pekerja paksa atau dalam bahasa Jepang disebut romusha: pahlawan kerja.

Di Indonesia, romusha dihimpun langsung oleh Presiden Soekarno. Konsekuensi langsung dari kebijakan politik terkait kesepakatan dengan Kaisar Jepang, Tenno Heika, untuk mempercepat dan mendukung proses kemerdekaan Indonesia.

Para pemuda dan orang dewasa -Belanda dan pribumi- dibujuk, ditangkap paksa dan diangkut dengan truk. Mereka kemudian dikirim ke pelbagai lokasi kerja, di Indonesia maupun di negara lain.

Jumlah yang terhimpun sekira 4-10 juta orang. Banyak dari mereka yang mati mengenaskan: kelaparan, kedinginan, sakit, disiksa, dibunuh dan sebagian menjadi santapan binatang buas.

Romusha bekerja (dok. Arsip Nasional)
Terkait romusha, presiden Soekarno melontarkan beberapa pernyataan:

"Sesungguhnya akulah yang mengirim mereka untuk kerja paksa. Ya, akulah orangnya. Aku menyuruh mereka berlayar menuju kematian. Ya, ya, ya, akulah orangnya. Aku membuat pernyataan untuk menyokong pengerahan romusha. Aku bergambar dekat Bogor dengan topi di kepala dan cangkul di tangan untuk menunjukkan betapa mudah dan enaknya menjadi seorang romusha..."

"...Aku melakukan perjalanan ke Banten untuk menyaksikan tulang-tulang kerangka hidup yang menimbulkan belas, membudak di garis belakang, jauh di dalam tambang batu bara dan emas. Mengerikan. Ini membuat hati di dalam seperti diremuk-remuk."

"Ada dua jalan untuk bekerja. Pertama dengan tindakan revolusioner, kita belum siap. Kedua adalah bekerja sama dengan Jepang sambil mengonsolidasikan kekuatan dan menantikan sampai tiba saatnya ia jatuh. Saya mengikuti jalan kedua."

"Dalam setiap perang ada korban. Tugas dari seorang panglima adalah memenangkan perang, sekalipun akan mengalami beberapa kekalahan dalam pertempuran di jalan. Andaikata saya terpaksa mengorbankan ribuan jiwa demimenyelamatkan jutaan orang, saya akan lakukan. Kita berada dalam suatu perjuangan untuk hidup..."

Soekarno di kuburan romusha (dok. Arsip Nasional)

Sabtu, 13 Juni 2020

Teror Subuh

Tiba-tiba saya teringat Pak Daud, kru Intelkam Polda Sulsel yang meninggal dunia saat berjalan kaki dari rumahnya di jalan Pallantikang, Sungguminasa, menuju masjid untuk sholat Subuh. Dia ditembak dua kali di sekitaran dada. Tubuhnya tersungkur. Pelakunya kabur.

Siangnya, Pak Daud dikuburkan. Keluarga, tetangga, dan teman turut mengantarkan dan mengikhlaskan. Meskipun dalam hati mereka tentu penuh pertanyaan.

Kepada publik, Polda Sulsel bilang: akan membentuk tim khusus yang mengusut kasus meninggal dunia krunya itu. Namun, sampai hari ini, kasus itu belum terungkap. Setidaknya kepada publik. Setidaknya kepada saya.

*****

Siapa kira-kira orang yang sanggup mengintai Pak Daud, menunggunya sampai Subuh, lalu menembaknya dengan tepat dua kali di daerah mematikan? Tentu saja bukan berandalan jalanan yang kalau mau makan masih pulang ke rumah atau kalau mau uang masih minta sama mamaknya.

Orang yang sanggup begitu adalah orang yang bermental penyerang dan pembunuh. Menurut analisa gembel (anabel) saya, kemungkinannya cuma dua: satu, pembunuh bayaran profesional yang dibayar mahal; kedua, orang yang berlatar belakang militer. Ya, kalau bukan polisi tentu saja tentara.

Tapi, kembali lagi, itu cuma anabel saya. Yang tahu pelaku sebenarnya tentu saja hanya Allah, pelakunya, dan orang yang menyuruh pelakunya (kalau memang ada).

*****

Tapi jangan salah, anabel itu kemudian saya pakai di kasus penyerangan Novel Baswedan, kru KPK. Dan benar saja, Polri menemukan dua pelakunya: dua-duanya polisi. Dan tentu Anda bisa mengikuti sendiri kelanjutan kasus itu sekarang.

Saya pribadi lebih tertarik dengan alasan di balik kejadian dibandingkan penghukuman terhadap pelakunya. Pak Daud ditembak, apa alasannya? Novel diserang, apa alasannya? Dua-duanya masih samar bagi saya.

Bahkan, menurut saya, alasan di balik kematian Baharuddin Lopa dan Munir pun masih samar sampai sekarang. Pun tentu kita tetap harus menghargai hasil temuan yang ada.

Minggu, 07 Juni 2020

Ratu

Indonesia ini negara berbentuk republik, tapi tidak henti-hentinya memproduksi "Ratu". Sejak digelar pertama kali 1992 silam, ajang Putri Indonesia telah melahirkan 24 ratu kecantikan. Indikatornya tiga: brain, beauty, behaviour. Yang menilai tentu juri kompeten, bukan masyarakat. Penilaiannya memakai sistem meritokrasi, bukan demokrasi.

Beberapa di antara 24 ratu itu yang terkenal: Venna Melinda, Alya Rohali, Artika Sari Devi, Angelina Sondakh, Nadine Chandrawinata, Maria Selena, dll. Saya 'tak perlu menjelaskan siapa nama-nama tersebut. Jejak mereka cukup terekam di dunia maya. Anda tinggal menelusurinya. Sekalian bisa menilai: mana yang betul-betul ratu; mana yang tidak.

*****

Presiden Soekarno punya banyak Istri. Tapi gelar Ratu sangat pantas kita sematkan ke satu nama: Fatmawati. Alasannya: satu, beliau mendampingi Soekarno di masa-masa perjuangan kemerdekaan, di detik-detik Proklamasi kemerdekaan, dan di masa-masa awal orde lama. Beliau juga yang menjahit bendera merah-putih untuk dikibarkan pada peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 1945.

Kedua, beliaulah ibunda dari anak-anak Soekarno yang cukup berpengaruh bagi negeri ini: Guntur, Mega, Rahma, Sukma, dan Guruh. Sentuhan keibuan beliau tentu hadir dalam pribadi kelima anaknya tersebut.

Apalagi nama kedua: Mega. Siapa yang tidak kenal nama itu saat ini. Dia menjadi Ratu di partai PDIP. Perempuan yang berani menunjuk-nunjuki Presiden Jokowi dan menyebutnya petugas partai. Siapa yang berani melakukan itu, kecuali Ratu.

*****

Di era Orde Baru, sosok Ratu sangat pantas kita sematkan kepada Raden Ayu Siti Hartinah alias Ibu Tien, Istri Presiden Soeharto. Perempuan itu 31 tahun mendampingi Soeharto sebagai Presiden. Dia juga membesarkan enam anak-anak emas Soeharto: Tutut, Sigit, Bambang, Titiek, Tommy, dan Mamiek.

Kira-kira apa rahasianya sampai-sampai Soeharto dengan segala kekuasaannya tidak mau menduakan Ibu Tien? Itu hanya mereka berdua yang tahu. Yang jelas, Soeharto sendiri menegaskan: "Hanya ada satu Nyonya Soeharto dan 'tak ada lagi yang lainnya."

Bukan hanya melarang Soeharto berpoligami. Ibu Tien juga berpengaruh dalam pelarangan poligami bagi pejabat di Indonesia. Beliau mendesak perlunya larangan poligami yang akhirnya keluar dalam wujud Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983 yang tegas melarang PNS untuk berpoligami dan juga UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

*****

Setelah orde baru jatuh, wajah Indonesia berubah total. Demokrasi yang direformasi menyebabkan kekuasaan tidak lagi berpusat di Jakarta, tapi melebar ke daerah-daerah. Itu menyebabkan munculnya Raja-raja kecil di pelbagai daerah. Dan tentu saja: Ratu!

Ratu Atut Chosiyah adalah salah satu contohnya. Dia adalah Gubernur perempuan pertama di Indonesia. Menjabat Gubernur selama dua periode sejak 2007 hingga 2014.

Jabatan Gubernur Ratu Atut akhirnya goyah pada 2014 tatkala KPK menetapkan beliau sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan alat kesehatan di RSUD Banten dan sengketa Pilkada Lebak. Dia ditangkap, divonis bersalah, dan dipenjara 5 tahun.

Saat disidang di Pengadilan, Ratu Atut menunjukkan betul bahwa dia Ratu. Pendukungnya datang dari Banten naik tiga bus besar. Saat hendak masuk ke dalam toilet Pengadilan, satu-dua pembantu perempuannya masuk duluan: ada yang membersihkan closet, melap westafel, dan mengamankan kondisi.

Jumat, 05 Juni 2020

Manusia dan Pengetahuan

Ketika manusia tumbuh, dia dibekali akal dan panca indera. Bekal itulah yang digunakan manusia buat berpikir, berpengalaman, dan berpengetahuan.

Manusia kemudian menjadi tahu: ternyata kulit itu kalau dicubit sakit, ternyata pohon itu meneduhkan, ternyata alam itu indah, ternyata manusia lain marah jika disakiti, ternyata sesuatu yang di atas itu akan jatuh kalau tidak ada penyangganya, dan hal-hal lainnya.

Pengetahuan tersebut diistilahkan sebagai pengetahuan alamiah. Pengetahuan yang terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungan di sekitarnya. Kadang pengetahuan itu muncul secara kebetulan, coba-coba, dan bahkan hasil akal-akalan.

*****

Manusia lalu bersekolah. Di sekolah, manusia dituntut untuk mengkaji. Pengetahuan yang diperolehnya secara alamiah harus dikaji lebih dalam lagi. Diteliti secara lebih ketat, sistematis, terkontrol, dan konsisten.

Secara alamiah, kita tahu bahwa benda yang di atas akan jatuh kalau tidak ada penyangganya. Tapi setelah dikaji, ternyata benda itu bisa tidak jatuh. Syaratnya: harus ada mesin yang menjalankan dan menerbangkannya. Harus pula didesain bodinya agar simetris dan seimbang.

Pengetahuan dari hasil pengkajian tersebut diistilahkan sebagai pengetahuan ilmiah. Ujung  dari pengetahuan ilmiah adalah terciptanya teori: penjelasan dalil-dalil dari hasil kajian yang telah dilakukan.

*****

Pengetahuan akan rugi jika hanya berhenti di teori. Teori harus diubah menjadi sesuatu yang berguna bagi manusia itu sendiri. Ukuran berguna sederhana saja: memudahkan hidup manusia.

Upaya manusia untuk mengubah teori menjadi sesuatu yang berguna diistilahkan sebagai pengetahuan teknik/terapan. Ujung dari pengetahuan teknik/terapan adalah karya, penemuan. "We need result. Applicable result!" Kata seorang Professor Matematika di hadapan para mahasiswa baru Harvard University.

Kembali kepada contoh di atas: pengetahuan alamiah menemukan bahwa benda yang di atas akan jatuh ketika tidak ada penyangganya. Tapi kemudian, pengetahuan ilmiah menemukan sebuah teori yang menjelaskan benda bisa terbang tanpa penyangga. Dan lalu, pengetahuan teknik/terapan mewujudkannya dalam sebuah karya: pesawat. Berawal dari perjuangan Wright Bersaudara dan berujung pada persaingan antara Boeing dan Airbus.

*****

Pengetahuan alamiah, ilmiah, dan teknik/terapan adalah pengetahuan yang bisa dilihat proses dan hasilnya, dari awal sampai akhir. Ketiga pengetahuan ini kita rangkum saja dengan satu istilah: pengetahuan empiris.

Empiris arti sederhananya: bisa dijangkau akal dan panca indera. Indikator pengetahuan empiris juga sangat sederhana: masuk akal; tidak masuk akal.

Dalam kehidupan manusia, ternyata ada juga pengetahuan yang tidak bisa dijangkau akal dan panca indera. Kita istilahkan sebagai pengetahuan nonempiris. Indikator pengetahuan nonempiris sederhana saja: yakin; tidak yakin. Percaya; tidak percaya.

Agama adalah salah satu contoh dari pengetahuan nonempiris. Berawal dari wahyu; berujung pada dunia lain yang disebut akhirat. Ditengah-tengahnya ada Nabi dan ajarannya yang bersifat doktrinal.

Budaya adalah contoh lainnya. Ketika orangtua kita bilang begini dan begitu, kita ikut saja. Tanpa bertanya; apalagi mengkaji. Kata andalan yang terkadang keluar: itu warisan dari nenek-nenek kita.

Tapi yang menarik dari agama dan budaya adalah meskipun prosesnya nonempiris, tapi sangat fungsional bagi manusia. Apalagi jika dikaitkan dengan perilaku manusia. Itulah mengapa keduanya bertahan sampai berabad-abad lamanya.

*****

Terakhir yang perlu diketahui tentang pengetahuan adalah: satu, penggunaan kata logos, logy, atau logi. Penggunaan kata itu menjadi penanda kematangan kajian sebuah pengetahuan.

Pengetahuan yang telah dikaji secara matang dan mapan biasanya ada kata logi di belakangnya: biologi, arkeologi, sosiologi, epidemologi, antropologi, dll.

Dua, ada juga pengetahuan yang tugasnya mengkaji perkembangan pengetahuan itu sendiri. Namanya epistemologi. Sebuah teori tentang bagaimana berpengetahuan.

Kamis, 04 Juni 2020

Perasaan

Walaupun laut-laut itu dalam
Lebih dalam lagi perasaan

Lirik lagu Koes Plus di atas ada benarnya. Perasaan itu sangatlah dalam. Dalamnya 'tak ternilai. 'Tak terbayangkan, bahkan. Lebih-lebih tergambarkan.

Makanya, perasaan itu sangat sulit dinilai, sulit diterka, sulit diukur. Apalagi kalau cuma mau dinilai seketika, situasional. Pasti penilaiannya sangat dangkal, tidak dalam.

Tapi yang menarik, rasa itu bisa diciptakan. Setelah tercipta, rasa itu akan diuji oleh kehidupan. Dan ketika rasa sudah diuji kehidupan, yang kita bisa lakukan cuma satu: rawatlah rasa itu!

*****

Rasa cinta, misalnya. Anda sah-sah saja menilai bahwa Dude Herlino cinta mati sama istrinya Alisya Soebandono. Tapi itu penilaian seketika. Berkaca pada situasi sekarang.

Apakah 10 tahun ke depan Dude tetap cinta kepada Alisya? Belum tentu. Selama Dude masih hidup, rasa cintanya akan terus diuji oleh kehidupan itu sendiri.

Itulah yang terjadi pada Koes Hendratmo, presenter kuis Berpacu Dalam Melodi. Siapa sangka ayah dari penyanyi Anda dan Bonita itu tiba-tiba menceraikan istri yang telah dinikahinya 20-an tahun. Tapi itulah yang terjadi. "Sudah tidak ada rasa," kata Koes Hendratmo di tv.

*****

Rasa toleransi pun demikian. Tidak bisa dinilai seketika: saya toleran, kamu intoleran! Tapi harus diciptakan dan dirawat. Bukan "digoreng-goreng".

Makanya, ketika Setara Institute mengklaim Sumatera Barat sebagai kota intoleran, saya agak heran. Semudah itukah menilai?

Karena gambaran saya tentang Sumbar cukup baik. Orang Cina imigran hidup enak di daerah itu sejak 1900-an. Berbaur dengan warga melayu, batak, dan lainnya.

Tidak percaya, Petrus Kanisius Ojong menjadi saksi atas hal itu di buku biografinya. Pendiri Kompas Group itu besar di Padang. Begitu pula Sofjan Wanandi dan Joeseof Wanandi. Dua bersaudara pemilik Prasetya Moelya Group dan The Jakarta Post itu juga besar di Sumbar.

Pahlawan nasional Indonesia pertama bahkan orang Agam: Abdoel Moeis. Agam juga melahirkan tokoh perempuan hebat bernama Hj. Rasoena Said. Semuanya asli Sumbar.

*****

Demikianlah perasaan itu. Bisa diciptakan, bisa pula tercipta sendiri. Dan kalau sudah tercipta, rawatlah rasa itu sebab hidup akan mengujinya.

Selama Anda hidup, jangan pernah berbangga-bangga dengan rasamu. Apalagi sampai menjatuhkan orang lain.

Yang bisa bangga dengan rasanya hanyalah mereka yang sudah mati. Rasa cinta Habibie-Ainun adalah salah satu contohnya. Kalau rasa cinta Dude-Alisya, biarlah hidup mengujinya. Mereka tinggal berusaha merawatnya.

"Ka'bah" di Yaman


Ka'bah di Yaman
Gubernur Sana'a, Abrahah, selalu bertanya-tanya penuh rasa heran: bagaimana mungkin bangunan sejelek ka'bah di Mekkah bisa didatangi ribuan orang setiap tahunnya untuk berhaji?

Tanya yang berubah menjadi rasa geram, lalu berujung sebuah tindakan: membangun ka'bah tandingan di Sana'a yang modelnya lebih bagus, kuat, berlumur emas. Ka'bah tandingan itu dinamai Al Qulais.

Setelah jadi, Abrahah mengumumkannya kepada khalayak. Tujuannya: Abrahah mau orang-orang Arab mengalihkan hajinya ke Al Qulais. Bukan lagi ke Ka'bah.

Pengumuman itu sampailah kepada orang-orang Arab Quraysi di Mekkah. Mereka marah atas tindakan Abrahah. Salah seorang dari mereka bahkan meluapkan rasa amarahnya dengan mendatangi Al Qulais lalu berak di dalamnya.

Mendengar ada orang Arab berak di dalam Al Qulais, Abrahah marah besar. Dia pun menyusun rencana untuk menyerang Mekkah dan menghancurkan Ka'bah.

*****

Tibalah pada hari penyerangan. Pasukan Abrahah berjalan menuju Mekkah. Terdiri dari ratusan manusia dan beberapa ekor gajah.

Dalam perjalanan, pasukan Abrahah dicegat Abdul Muthallib. Pimpinan salah satu klan suku Quraysi itu hendak menawarkan harta berlimpah kepada Abrahah sebagai kompensasi untuk tidak menghancurkan Ka'bah.

Abrahah menolaknya. Dia kembali heran: bisa-bisanya Abdul Muthallib mengorbankan hartanya demi bangunan sejelek ka'bah?

Abdul Muthallib kemudian kembali ke Mekkah dan menyuruh penduduk naik ke bukit-bukit mencari perlindungan. Abdul Muthallib juga 'tak lupa berdoa kepada Allah agar melindungi Ka'bah, Baitullah (rumah Allah).

*****

Doa Abdul Muthallib didengar oleh Allah. Pasukan Abrahah ditimpa kesulitan dalam perjalanannya. Pasukan gajahnya tiba-tiba terduduk, 'tak mau bergerak. Abrahah berusaha memukul-mukulnya agar mau berjalan.

'Tak lama setelah itu, Allah mengirimkan kawanan burung ababil untuk menyerang pasukan Abrahah. Burung-burung ababil itu membawa batu-batu berapi yang ditembakkan ke pasukan Abrahah.

Seketika, pasukan Abrahah luluh lantak. Hancur lebur. Mereka tewas ditimpa batu panas hasil tembakan kawanan burung ababil. Batu-batu itu menembusi badan-badan mereka.

Rencana Abrahah dan pasukannya untuk menghancurkan Ka'bah pun gagal total. Kejadian ini abadi dalam Al Qur'an  surah Al Fill.

*****

Tahun terjadinya peristiwa tersebut di atas kemudian dikenang orang Arab dengan julukan tahun gajah. Di tahun itu pula, lahirlah Muhammad bin Abdullah yang kelak menjadi Nabi umat Islam.