Kamis, 04 Juni 2020

Perasaan

Walaupun laut-laut itu dalam
Lebih dalam lagi perasaan

Lirik lagu Koes Plus di atas ada benarnya. Perasaan itu sangatlah dalam. Dalamnya 'tak ternilai. 'Tak terbayangkan, bahkan. Lebih-lebih tergambarkan.

Makanya, perasaan itu sangat sulit dinilai, sulit diterka, sulit diukur. Apalagi kalau cuma mau dinilai seketika, situasional. Pasti penilaiannya sangat dangkal, tidak dalam.

Tapi yang menarik, rasa itu bisa diciptakan. Setelah tercipta, rasa itu akan diuji oleh kehidupan. Dan ketika rasa sudah diuji kehidupan, yang kita bisa lakukan cuma satu: rawatlah rasa itu!

*****

Rasa cinta, misalnya. Anda sah-sah saja menilai bahwa Dude Herlino cinta mati sama istrinya Alisya Soebandono. Tapi itu penilaian seketika. Berkaca pada situasi sekarang.

Apakah 10 tahun ke depan Dude tetap cinta kepada Alisya? Belum tentu. Selama Dude masih hidup, rasa cintanya akan terus diuji oleh kehidupan itu sendiri.

Itulah yang terjadi pada Koes Hendratmo, presenter kuis Berpacu Dalam Melodi. Siapa sangka ayah dari penyanyi Anda dan Bonita itu tiba-tiba menceraikan istri yang telah dinikahinya 20-an tahun. Tapi itulah yang terjadi. "Sudah tidak ada rasa," kata Koes Hendratmo di tv.

*****

Rasa toleransi pun demikian. Tidak bisa dinilai seketika: saya toleran, kamu intoleran! Tapi harus diciptakan dan dirawat. Bukan "digoreng-goreng".

Makanya, ketika Setara Institute mengklaim Sumatera Barat sebagai kota intoleran, saya agak heran. Semudah itukah menilai?

Karena gambaran saya tentang Sumbar cukup baik. Orang Cina imigran hidup enak di daerah itu sejak 1900-an. Berbaur dengan warga melayu, batak, dan lainnya.

Tidak percaya, Petrus Kanisius Ojong menjadi saksi atas hal itu di buku biografinya. Pendiri Kompas Group itu besar di Padang. Begitu pula Sofjan Wanandi dan Joeseof Wanandi. Dua bersaudara pemilik Prasetya Moelya Group dan The Jakarta Post itu juga besar di Sumbar.

Pahlawan nasional Indonesia pertama bahkan orang Agam: Abdoel Moeis. Agam juga melahirkan tokoh perempuan hebat bernama Hj. Rasoena Said. Semuanya asli Sumbar.

*****

Demikianlah perasaan itu. Bisa diciptakan, bisa pula tercipta sendiri. Dan kalau sudah tercipta, rawatlah rasa itu sebab hidup akan mengujinya.

Selama Anda hidup, jangan pernah berbangga-bangga dengan rasamu. Apalagi sampai menjatuhkan orang lain.

Yang bisa bangga dengan rasanya hanyalah mereka yang sudah mati. Rasa cinta Habibie-Ainun adalah salah satu contohnya. Kalau rasa cinta Dude-Alisya, biarlah hidup mengujinya. Mereka tinggal berusaha merawatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar