Rabu, 23 Mei 2018

Habibie dan Mimpi Pesawat Nasional

Pak Habibie dan replika R80 (dok. Tribun)
Dulu, Indonesia hampir mewujudkan mimpi punya pesawat sendiri. Habibie yang berusia 50-an tahun kala itu menjadi dedengkot. Melalui program Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) yang diinisiasi pemerintah, pesawat N250 bermesin baling-baling dengan kapasitas 50-70 penumpang disiapkan. Pesawat itu bahkan telah uji-coba terbang lebih dari 1.000 jam. Artinya apa, N250 sudah layak dapat sertifikasi FAA untuk kemudian diproduksi massal dan dipasarkan.

Namun apa daya, semuanya buyar. Saat krisis ekonomi 1998 menerpa Indonesia, keuangan negara terganggu. IMF yang turun tangan membantu, memberi syarat yang tidak berpihak: hentikan semua program industri nasional, termasuk IPTN. Pesawat N250 yang dirancang sepuluh tahun oleh insinyur-insinyur lokal itu pun menjadi arsip.

Kini, di usia Habibie yang menginjak 80-an tahun, mimpi membuat pesawat nasional masih menggelora. Rancangan pesawatnya pun sudah ada: R80. Pesawat model ATR bermesin baling-baling itu diproyeksikan melayani rute jarak pendek yang sekarang permintaannya sedang meningkat di pelbagai provinsi di Indonesia.

Ilham Habibie, anak Habibie, menjelaskan beberapa keunggulan R80 dibandingkan pesawat sejenis merk lain: kapasitas penumpang lebih besar, bahan bakar lebih irit, dan bisa mendarat di landasan pacu yang pendek.

Namun tantangan terberat ada pada biaya. Proyek pengadaan R80 butuh dana yang tidak sedikit: sekira Rp 20 trilliun. Pemerintah hanya mampu menyiapkan fasilitas, belum sepakat menyiapkan dana. Warga yang ribut-ribut saweran melalui Kitabisa.com pun baru mampu mengumpulkan Rp 6 milliar, jauh dari yang dibutuhkan.

Apakah mimpi pesawat nasional akan terwujud? Kita lihat saja nanti. Doakan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar