Minggu, 30 November 2014

Kembali ke Lembanna

Desa Lembanna
'Tak terasa waktu berlalu. Akhirnya saya kembali ke Lembanna setelah lima tahun.

Banyak perubahan pada desa di kaki gunung Bawakaraeng itu. 'Tak ada lagi rumah kayu. Semua telah berganti rumah batu. Sebagian terlihat cukup mewah. Tanda roda ekonomi berpacu cukup kencang di desa itu.

Tapi, masih seperti dulu, penduduk menyambung hidupnya dengan berkebun. Ragam tumbuhan mereka tanam: kol, kentang, strawbery, dan lainnya. Mereka kerja keras dari pagi sampai sore. Untuk hidup.

Saya memandang lurus ke jalanan aspal yang membelah kampung. Sekelompok pendaki Bawakaraeng tampak gagah berjalan. Mereka mencoba untuk berbagi waktu dengan alam.

Selain sebagai pusat perkebunan, Lembanna juga memang terkenal sebagai pusat berkumpulnya para pendaki yang ingin mendaki gunung Bawakaraeng. Penduduk pun secara terbuka menyiapkan rumah mereka sebagai tempat bersinggah para pendaki.

Hingga petang hampir melukis senja, saya pun harus mengucapkan salam perpisahan pada kampung yang cukup bersahaja itu. Kebun-kebun berlapis kabut mengantar saya pulang meninggalkan kenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar