Kamis, 20 November 2014

Cerita Hidup Daeng Noro'

Cerita hidup Daeng Noro’ adalah cerita usang di negeri ini. Seorang kampung yang mencoba peruntungan hidup di kota besar dengan bekerja sebagai pengemis. Awal 2000-an, Daeng Noro’ dan beberapa temannya merantau ke kota Makassar. Mereka terdampar di sebuah rumah kontrakan kecil di jalan Dangko, di sisi kiri kanal besar. Bersama teman-temannya, Daeng Noro’ menyambung hidup dengan mengemis. Uang hasil mengemis dipakai untuk makan sehari-hari dan membayar kontrakan.

Waktu berjalan, teman-teman Daeng Noro’ satu persatu pulang, kembali ke kampung. Tapi Daeng Noro’ memilih bertahan di tengah kerasnya kehidupan kota Makassar. Daeng Noro’ memilih untuk terus melakoni hari-harinya sebagai pengemis. Berjalan kaki keliling kota Makassar demi mencari belas kasih orang-orang berpunya. Hari demi hari, Daeng Noro’ terus berjuang. Hingga usianya menua, rambutnya memutih, dan kulitnya kerut memucat.

Kamis malam, 3 Juli 2014, Daeng Noro’ mengalami ujian berat dalam hidupnya. Dia menjadi korban tabrak lari sebuah motor besar di jalanan depan Pintu II Universitas Hasanuddin. Kata beberapa saksi mata, motor melaju kencang dan menabrak Daeng Noro’ yang hendak menyeberang hingga Daeng Noro’ terlempar sekira 3 meter.

‘Tak ada luka serius pada Daeng Noro’, tapi dia mengeluh sakit pada pinggul sebelah kirinya. Tubuh Daeng Noro' di bagian itulah yang tertabrak motor. Oleh dua warga, Iwan Setiawan dan Sumardi, Daeng Noro' yang menangis kesakitan dan muntah-muntah dibawa ke rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo. Dia dirawat inap di situ.

Jumat malam, 4 Juli 2014, pemilik rumah kontrakan Daeng Noro' bernama Daeng Jarre’ datang ke rumah sakit untuk menjenguk Daeng Noro’. Daeng Jarre’ datang setelah mendapat informasi dari Yayasan Kalla perihal kondisi Daeng Noro’.

Setelah mendapat penjelasan dari dokter perihal kondisi baik Daeng Noro’ sehingga ‘tak perlu dioperasi, Daeng Jarre’ pun berniat segera membawa pulang Daeng Noro’. Daeng Jarre’ beralasan, “Kalau di rumah sakit, tidak ada yang perhatikangi kodong. Kalau mau berak, kencing, makan.” Dengan menggunakan mobil sewaan, Daeng Jarre’ dan keluarganya membawa pulang Daeng. Noro’ kembali ke rumah kontrakannya setelah terlebih dulu membayar biaya perawatan senilai hampir Rp 800 ribu.

Daeng Noro' terbaring lemah di rumahnya.
Jumat sore, 19 Juli 2014, Yayasan Kalla mengunjungi rumah kontrakan Daeng Noro’ di jalan Dangko. Dia masih terbaring lemah di tempat tidurnya (lihat foto). Sesekali berdiri untuk berjalan, meskipun harus terpincang-pincang. Yayasan Kalla memberikan sumbangan kepada Daeng Noro, termasuk mengganti biaya rumah sakit yang telah dikeluarkan Daeng Jarre’.

Semoga Allah Azza Wa Jalla memberkati hidup Daeng Noro dan pihak-pihak yang telah menolongnya. Aamiin!

Dan ingatlah, pada prinsipnya: orang-orang kayalah yang bertanggungjawab menolong orang-orang miskin. Bagaimana caranya? Sudah banyak para teladan yang telah menunjukkan caranya. Kita tinggal mengokohkan niat untuk turut berkontribusi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar