Minggu, 29 November 2020

Floyd

Tinju bukan cuma persoalan menyerang, tapi juga bertahan. Di titik inilah Saya kemudian mengagumi Floyd Mayweather Jr.

51 kali lelaki Amerika itu bertinju, dari usia remaja sampai 41 tahun, 51 kali pula dia menang. Sempurna. Luar biasa.

Nama-nama hebat tidak mampu menaklukkan pertahanannya. Mulai dari Oscar De La Hoya, Shane Mosley, Juan Marquez, Carlos Maidana, sampai Manny Pacquiao.

Yang lucu: dua partai pamungkasnya sebelum pensiun. Dua atlit mixed martial art (MMA) coba menantangnya bertinju: Connor MacGregor dan Tenshin Nasukawa. Dua-duanya 'tak berdaya. Padahal dua-duanya jauh lebih muda. 

Inilah mungkin yang dibilang seni dalam bertarung: ketika kamu mampu mengendalikan dirimu, fisikmu, teknikmu, bahkan usiamu.

*****

Sebenarnya Floyd pernah kalah sekali. Waktu lawan Carlos Maidana, Mei 2014. Agresifitas Maidana mampu membuat Floyd kerepotan. Bahkan sempat tersungkur.

Sayangnya, wasit berkata lain: Floyd dinyatakan menang angka. Kubu Maidana 'tak terima dan menuntut tarung ulang.

Empat bulan kemudian, tarung ulang diadakan. Di momen ini, Floyd betul-betul menunjukkan kelasnya sebagai petinju cerdas. Dia mampu meredam Maidana.

*****

Waktu lawan Manny Pacquiao lain lagi. Banyak yang kecewa karena pertarungan 'tak berjalan agresif. Salah satunya Mike Tyson. Dia kecewa berat.


Tapi begitulah Floyd. Dia konsisten dengan gaya bertahannya. Dan harus diakui: Pacquiao lebih sering meninju angin dibandingkan muka Floyd.

Dan, sekali lagi, harus diakui: Floyd adalah petinju terhebat selama berkarir dari 1996 sampai 2018. Unbeatable.

Floyd
Floyd (Foto: Sean M. Haffey, Getty)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar