Senin, 21 Mei 2012

Libur Panjang di Bandung

KAMIS, 17 Mei 2012, saya dan rombongan teman kantor berjalan-jalan ke Bandung. Pagi-pagi sekali kami sudah berada di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar untuk terbang menuju Jakarta. Dari Jakarta, kami naik bis ke Bandung dengan jarak tempuh 140 kilometer dalam waktu sekira tiga jam lamanya. Bis yang kami tumpangi secara cepat menyusuri jalanan tol yang sangat panjang dan bercabang.

Jujur, baru kali ini penulis menyusuri dan melihat jalanan tol sepanjang itu. Di Makassar sendiri sudah ada jalanan tol, tapi pendek dan hanya digunakan pengendara sebagai akses cepat menuju bandara. Beda dengan yang penulis lalui menuju Bandung, jalanan tolnya benar-benar menghubungkan daerah satu dengan daerah-daerah lain yang jauh.

Jalanan tol menuju Bandung [foto: Muhardi]
Sepanjang perjalanan, kami dapat melihat pemandangan kota, desa, sawah, sungai dan gunung-gunung hijau yang menghampar. Sayang sebagian dari gunung-gunung itu telah hancur menganga karena dieksploitasi perusahaan tambang. Di sisi jalanan, banyak tersedia tempat singgah yang disebut Rest Area. Di situ tersedia toilet, check point kendaraan dan tempat makan-minum, dari yang sederhana sampai yang elit.    

Penulis benar-benar takjub melalui jalan tol itu dan bersyukur bisa menikmatinya. Perjalanan yang menyenangkan. Mengikuti istilah yang lagi tren, penulis menyebutnya joytour. Alhamdulillah tidak setragis joyflight. Turut berduka atas kejadian tragis itu.  

BANDUNG kota tujuan kami adalah ibukota Provinsi Jawa Barat. Kota yang dikelilingi pegunungan itu berdiri di atas tanah dengan kontur sebagian pebukitan dan sebagian dataran. Dua aliran sungai mengalir di tengah-tengahnya: sungai Cikapundung dan sungai Citarum.

Dengan kontur tersebut, Bandung ditumbuhi pohon-pohon dan bunga-bunga dengan sangat suburnya. Suhu juga cukup dingin, terlebih kalau turun hujan. Namun dengan semakin padatnya bangunan dan penduduk, suhu dingin pun perlahan semakin berkurang. Maklum saja, Bandung adalah kota Metropolitan yang penuh aktifitas dengan penduduk ketiga terpadat setelah Jakarta dan Surabaya.

Suasana kota Bandung dari atas [foto: Muhardi]
SAYA pernah memijaki tiga kota dengan kontur seperti Bandung: Parepare sama Soppeng di Sulawesi Selatan dan Baubau di Sulawesi Tenggara. Dugaan saya: tata letak kota Bandung tidak jauh beda dengan ketiga kota itu. Dan ternyata dugaan saya benar. Cuma bedanya, Bandung lebih rapi dan elit. Banyak bangunan yang desainnya unik dan cantik serta mengandung unsur sejarah yang kuat.

Satu lagi perbedaannya, kota Bandung jauh lebih hijau. Hampir di setiap sisi jalanan dan di halaman-halaman bangunan berdiri pohon-pohon besar berdaun rindang. Cukup memberikan kesejukan dan oksigen segar untuk dihirup. Pemerintah Kota Bandung juga membangun beberapa taman kota yang semakin menambah kehijauan dan kesejukan kota. Lingkungan hijau setidaknya mampu menyerap polusi dari kendaraan di jalanan-jalanan Bandung yang padat merayap, macet.

Suasana jalanan di Bandung
Persoalan macet memang menjadi lazim di kota, apalagi kota sekelas Bandung yang tiap akhir pekan menjadi sasaran invasi para wisatawan, dari dalam maupun luar kota. Terlebih beberapa jalanan di Bandung memang berukuran sempit. Sepertinya memang tidak ada solusi lain selain kendaraan harus dibatasi.

BANDUNG memang layak dijadikan kota tujuan wisata. Di kota yang dipimpin walikota Dada Rosada itu, segala bentuk wisata lengkap tersedia: wisata alam, wisata kuliner dan wisata belanja, bahkan wisata sejarah pun ada. Kami melakukan semua jenis wisata itu.

Untuk wisata alam, kami mengunjungi gunung Tangkuban Perahu pada Jumat, 18 Mei 2012. Gunung jenis stratovulcano ini merupakan gunung api aktif yang masuk dalam pengawasan Direktorat Vulkanologi Indonesia. Tanda keaktifan gunung ini adalah letusan lava dan sulfur yang dikeluarkannya, meskipun dalam skala kecil. Gunung ini juga mengeluarkan uap belerang yang baunya sangat menyengat.

Kawah gunung Tangkuban Perahu
Saat kami kunjungi, Tangkuban Perahu ramai dikunjungi wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Kawah di tengah gunung memang memberikan pemandangan yang luar biasa. Di sekeliling kawah kehidupan ekonomi sangat bergairah. Jajaran kios-kios kecil menjajakan makanan dan barang-barang kerajinan khas Bandung.

Perusahaan swasta yang mengelola wisata Tangkuban Perahu juga memberikan fasilitas yang lengkap: toilet yang bersih dan tempat ibadah yang cukup luas. Namun satu hal yang setidaknya mengganggu kenyamanan kami adalah mobil-mobil yang dibiarkan naik sampai ke puncak. Menurut kami, seharusnya mobil-mobil itu ditaruh tidak di lokasi dekat dengan kawasan kawah karena menyebabkan kesemrawutan. Tapi secara keseluruhan, kawasan wisata Gunung Tangkuban Perahu memberikan kepada kami kesan yang mendalam.

Parkir semrawut di puncak Tangkuban Perahu
Untuk wisata kuliner, kami menikmati makanan khas Sunda di beberapa restoran: Wibisana, Praoe, Saung Balibu dan Warung Nasi. Yang khas dari makanan Sunda adalah rasa manisnya yang mendominasi. Sayur, ayam, ikan, semuanya disajikan manis, bahkan sambalnya pun manis. Tapi enak, dan kami menikmatinya.

Selain makanan khas, Bandung juga punya roti dan kue khas yang dijual di toko terkenal bernama Kartika Sari yang tersebar di beberapa titik di kota Bandung. Saya menyempatkan diri ke toko itu di kawasan Dago dan membeli roti molen pisang dan kue brownies.

Makanan khas lain asal Bandung adalah siomay, cimol, batagor, peuyeum dan 'peuyeumpuan'. Weits....untuk kue yang terakhir itu lain, hehehehe. Ya, bagi laki-laki normal, perempuan Bandung memang cukup berkesan. Kata teman: dari 10 perempuan Bandung, rata-rata cantik, beda dengan kota lain yang hanya satu-dua yang cantik. Teman yang lain berkata: kalau dua perempuan Bandung berjalan, empat yang cantik, karena bayangannya pun cantik. Ah lebay. Tapi memang, saya telah membuktikannya, neng gelis eui...  

Pasar Baru, kawasan belanja di Bandung yang termurah
Untuk wisata belanja, Bandung menyediakan banyak lokasi, diantaranya Pasar Baru, Cihampelas, dan Dago. Tidak salah Bandung disebut sebagai Paris van Java, maksudnya kota Paris yang ada di pulau Jawa. Apa hubungannya Bandung dengan Paris? Ya, keduanya sama-sama kota mode. Warga Bandung -terutama anak muda- sangat modis dan memerhatikan penampilan, terkhusus dalam hal pakaian. Makanya di Bandung sangat marak toko-toko pakaian.

Gedung Sate
Untuk wisata sejarah, Bandung memiliki banyak bangunan dan kawasan peninggalan Belanda yang didesain bergaya eropa, seperti gedung Bank Indonesia, gedung Sate, gedung Merdeka di jalan Asia-Afrika, kawasan Braga dan lainnya. Kesemua bangunan itu mengandung unsur sejarah yang kuat dan membuat pengunjungnya seakan-akan berada di sebuah tempat di luar Indonesia. 

SABTU siang, 19 Mei 2012, kami kembali ke Jakarta. Liburan panjang di Bandung yang cukup berkesan. Dan sepertinya kami tidak akan menolak jika ada ajakan lagi menuju ke sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar