Sabtu, 16 Desember 2023

PSM dan Bosowa


Saya ingat, pertama kali Bosowa menangani PSM itu pada 2002. Erwin Aksa mengambil alih manajemen dari Reza Ali. Sejak saat itu, logo Semen Bosowa terpampang besar di jersey PSM. 

Erwin juga memfasilitasi peran supporter melalui koran Tribun Timur miliknya. Koran itu menjadi saksi arsip lahirnya MaczMan yang digawangi Ocha Alim Bahri. Beberapa kelompok supporter lainnya juga turut eksis.

Erwin menangani PSM dari 2002 sampai 2006. Selama eranya, Erwin cukup serius membentuk squad. Beberapa striker asing didatangkan silih berganti: Oscar Aravena, Christian Gonzales, Marcelo Ramos, Aldo Bareto, dan Osvaldo Moreno. Dilapis striker lokal: Andi Oddang dan Ahmad Amiruddin.

Di barisan lini tengah, PSM dihuni pemain-pemain muda dan sangar: Syamsul Chaeruddin, Ponaryo Astaman, Irsyad Aras, Ritham Madubun, dan sang playmaker Ronald Fagundez.

Di barisan lini belakang banyak pula bek-bek terkenal: Charis Yulianto, Jack Comboy, Abanda Herman, dan Ardan Aras.

Meskipun tidak mampu juara dan hanya dua kali finish sebagai runner up, PSM bermain sangat atraktif di bawah asuhan coach asing Miroslav Janu kemudian Fritz Korbach.

Pada 2006, Erwin mengembalikan pengelolaan PSM kepada pemiliknya Pemkot Makassar. Selanjutnya, Walikota Ilham Arief Sirajuddin memegang kemudi PSM.

*****

Pada 2013, Bosowa dan Erwin Aksa kembali mengelola PSM. Kali ini tantangannya sudah lain: klub harus dikelola penuh secara mandiri; tidak boleh lagi pakai dana APBD. Pemilikan klub juga bukan lagi milik Pemkot, tapi dilepas kepada umum. Dan Bosowa memiliki PSM dengan penguasaan saham mayoritas.

Ragam tantangan dihadapi Bosowa di era keduanya mengelola PSM: PSM sempat tersesat di LPI, PSSI disanksi FIFA yang berakibat liga terhenti, stadion Mattoangin yang tidak bisa dipakai karena beberapa fasilitas perlu dibenahi, sengketa stadion, stadion dirobohkan, PSM nyaris terdegradasi, dll.

Semua bisa dihadapi dengan baik. Hasilnya: juara Piala Indonesia 2018 dan juara Liga Indonesia 2023. Tidak ada satu pun yang kurang. PSM juga tak berhenti menelurkan pemain-pemain berkelas, asing maupun lokal: Wiljan Pluim, Mark Klok, Ramadhan Sananta, Asnawi Mangkualam, M. Rahmat, Ananda Raehan, Dzaky Asraf, dll.

*****

Sekarang, di musim 2023 - 2024, PSM mengalami kemunduran secara finansial seiring menurunnya bisnis Bosowa sebagai penangkis utama. Bosowa harus menjual beberapa asetnya guna bertahan menghidupi bisnis, alih-alih menghidupi PSM.

Saya sebenarnya sudah memprediksi Bosowa akan mundur pas covid kemarin. Tapi mereka tetap bertahan dan bahkan membawa PSM juara. Tapi, dengan kondisi sekarang, rasa-rasanya Bosowa tidak akan bertahan lama mengelola PSM.

Terus, apa solusi ke depan? Pertama, Bosowa bisa saja bertahan. Tapi tentu mereka hanya bisa memakai pemain yang sesuai budget. Dampaknya, tentu saja penurunan prestasi, bahkan degradasi seperti yang terjadi pada Persipura dan Sriwijaya.

Kedua, cari penangkis baru yang selevel Bosowa. Siapa? Ini pertanyaan besar. Mencari pengusaha yang gila bola dan cuma mau hambur-hambur uang itu susah.

Ketiga, menjual PSM ke pengusaha luar. Ini berat. Karena PSM kemungkinan pindah markas; bahkan berganti nama sebagaimana Persisam Samarinda yang dibeli Pieter Tanuri kemudian diubah namanya menjadi Bali United.

Kita lihat saja bagaimana nasib PSM ke depannya. Semoga baik-baik saja. Ewako.

Foto: Tribun Timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar