Minggu, 21 Maret 2021

Sawit

Di Sumatera dan Kalimantan, beberapa kebun sawit dikelola asing. Pemiliknya itu -biasanya- orang-orang Tamil: India, Srilanka, dll.

Sejarahnya begini: waktu Inggris menjajah Malaysia, mereka membuka kebun sawit. Karena pekerja-pekerja Melayu malas, Inggris pun mengimpor pekerja-pekerja Tamil dari negara jajahannya yang lain: India, Srilanka, dll.

Dalam perjalanannya, karena sudah menguasai proses bisnis sawit, beberapa orang Tamil menjadi pengusaha. Mereka menginisiasi kebun-kebun sawit di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.

*****

Kebun sawit di Indonesia sudah mulai dikembangkan sejak jaman Belanda, sekutu Inggris. Polanya sama kayak Inggris di Malaysia: pakai pekerja-pekerja Tamil.

Pengembangan kebun sawit dimulai dari daerah Deli di Sumatera, lalu terus berkembang ke daerah-daerah lainnya: Aceh, Jambi, sampai menyeberang ke Kalimantan.

Maka 'tak heran, jejak orang Tamil dengan mudah kita dapatkan di Sumatera. Mereka telah melebur dengan orang Melayu lewat pernikahan. Sebagian orang Tamil juga hijrah ke pulau Jawa untuk berdagang.

Tokoh-tokoh Tamil di Indonesia banyak yang telah memberikan sumbangsih kepada bangsa. Sebut saja politikus H. S. Dillon, pengusaha kakak-adik Marimutu Sinivasan dan Marimutu Manimaren, artis Azhari bersaudara, dan yang paling familiar: keluarga Punjabi. 

Keluarga Punjabi adalah penguasa industri film di Indonesia. Sejak jaman film Warkop DKI sampai sekarang. Sampai-sampai jaman dulu ada peribahasa terkenal: 'tak ada rotan, Ram Punjabi.

*****

Pada 1950-an, Presiden Soekarno menasionalisasi semua perusahaan sawit. Maka terbukalah kesempatan bagi pengusaha lokal untuk mengelola sawit.

Sekarang, beberapa perusahaan lokal telah menjadi raksasa bisnis sawit: Astra, Sinar Mas, Sampoerna, dll. Mereka tidak kalah gesit dibandingkan pengusaha-pengusaha Tamil.

Jadi, secara nasionalisme, Indonesia tidak menjadi babu di bisnis sawit. Indonesia menjadi tuan. Meskipun secara lingkungan, konsekwensi besar harus diterima akibat deforestasi.

Bisnis sawit, dengan segala plus-minusnya- telah menjadi pondasi ekonomi negara ini. Melalui produk-produk yang yang dihasilkannya: sabun, shampo, mentega, minyak goreng, hand body, pomade, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar