Kamis, 23 Januari 2020

PIALA DUNIA 1960-AN: Battle of Santiago, Lahirnya Pele Putih, Seekor Anjing, dan Korea Utara

Piala Dunia 1962 yang berlangsung di Cili diawali dengan kejadian tidak mengenakkan. Dua wartawan Italia, Antonio Ghirelli dan Corrado Pizzinelli menulis berita yang mengritisi kondisi kota Santiago, ibukota Cili, yang tidak layak. Mereka bahkan menyebutnya sebagai "tempat sampah yang miskin". Hal tersebut menyulut kemarahan warga Cili. Demi keamanan, kedua wartawan tersebut pun dipulangkan ke Italia.

Ketegangan tersebut menular ke lapangan saat Cili bertemu Italia di babak delapan besar. Permainan kasar ditunjukkan oleh kedua tim: saling tinju, saling tekkel, dan gaya kasar lain yang di luar nalar. Partai berjuluk Battle of Santiago yang dimenangkan Cili tersebut dikomentari David Coleman, Jurnalis BBC, sebagai partai paling bodoh, mengerikan, menjijikkan, dan memalukan.


Battle of Santiago (dok. FIFA)
Kejadian tidak mengenakkan lain adalah cederanya Pele di babak grup yang membuatnya absen hingga akhir turnamen. Beruntung pengganti Pele, Amarildo, bermain baik dan -bersama Garincha dan Vava- mampu membawa Brasil juara setelah mengalahkan Cili 4-2 di Semi Final dan Cekoslowakia 3-1 di Final. Julukan Pele Putih pun diberikan kepada Amarildo.

*****

Tiga bulan sebelum Piala Dunia 1966 digelar, trofi Jules Rimet dipamerkan di Methodist Central Hall, London. Sayangnya, karena kelengahan penjaga, trofi tersebut dicuri. London pun gempar. Pelbagai upaya dilakukan untuk mencari trofi yang hilang. Polisi disebar di setiap sudut kota.

Trofi tersebut akhirnya ditemukan Pickles, seekor anjing, ketika mengendus-endus tempat sampah. David Corbet, pemilik anjing, yang mengenali trofi itu kemudian lari ke telepon umum dan menghubungi polisi. Corbet dan Pickles pun dihadiahi panitia dengan makanan dan cek senilai 1.000 poundsterling.


Pickles (dok. FIFA)
Tak hanya Pickles yang menarik perhatian, tim Korea Utara juga menjadi berita. Itu karena mereka berhasil lolos ke babak delapan besar setelah menyingkirkan Italia di babak grup dengan 1-0. Di babak delapan besar, Korut bertemu Portugal. Keganasan Korut sepertinya akan berlanjut setelah mereka berhasil unggul 3-0. Namun sayangnya, Portugal punya pembeda bernama Eusebio. Empat golnya berhasil membantu Portugal membalikkan skor menjadi 3-5. Korut pulang. Sambutan untuk mereka luar biasa.

Portugal Vs Korea Utara (dok. FIFA)
Keperkasaan Eusebio 'tak berlanjut di Semi Final. Pergerakannya berhasil dimatikan bek-bek Inggris. Portugal pun harus mengalah 1-2 dari tuan rumah. Di final, Inggris bertemu Jerman Barat dan berhasil menang 4-2. Bobby Charlton menjadi bintang Inggris kala itu. Gelar itu menjadi yang pertama bagi Inggris dan menjadi satu-satunya sampai sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar