Minggu, 12 Juli 2020

Bisnis

BISNIS itu dinamis, tidak statis. Ketika kita melakukan satu tambah satu, hasilnya belum tentu dua. Bisa tiga, bisa 10, bisa 100, bahkan bisa nol. Minus juga bisa.

Kenapa bisa demikian? Karena bisnis itu dipengaruhi banyak faktor: modal, teknologi, sosial, politik, agama, kepemimpinan, dan lainnya. Macam-macam.

Faktor mistik juga ada. Maka jangan heran, ada pengusaha yang selain punya penasehat keuangan juga punya penasehat spiritual. Ada juga yang namanya faktor rejeki; yang dalam istilahnya orang Cina disebut faktor hoki.

Pokoknya, faktornya banyak!

*****

Kalla Group, misalnya, hoki-nya ternyata di dagang. Beberapa kali mereka coba masuk ke agrobisnis, semuanya gagal. Terakhir, usaha cokelat mereka tutup di Kendari. Bukan rejeki memang.

Sektor keuangan juga coba mereka masuki dengan membuat perusahaan leasing. Ternyata kembali gagal. Padahal, potensi pendapatannya sangat luar biasa karena leasing itu di-set buat back up perdagangan mobil mereka. Itulah, faktor satu kelihatan ideal, tapi faktor lainnya tidak pas.

Contoh lain: Salim Group. Banyak yang bilang: ketika Soeharto jatuh, Salim Group juga akan jatuh. Apalagi kejatuhan Soeharto bersamaan dengan krisis moneter. Soedono Salim, bos Salim Group, memang dikenal sebagai pengusaha kesayangan Soeharto.

Benar. Salim Group memang kesusahan waktu krismon itu. Waktu Soeharto jatuh itu. Utang mereka bahkan menggunung. Tapi mereka berhasil bangkit. Itu pertanda, politik hanya satu faktor yang mengusik di bisnis mereka, faktor lain tetap stabil.

Kini, Salim Group tetap stabil dengan ragam bisnis mereka. Di makanan, mereka cekatan memproduksi terigu (bogasari) dan mengolahnya menjadi mie instan (indomie) dan roti (sari roti). Mereka juga tetap jualan Suzuki (indomobil). Bank mereka BCA juga tetap menjadi swasta terbaik nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar