Jumat, 05 Juli 2013

Dalam Kenangan, Usman (Renungan Menjelang Ramadhan)

Ada yang tidak bisa penulis lupa saat kuliah dulu. Seorang sahabat, Usman namanya. Sahabat kuliah, sahabat diskusi, dan kalau ada tingkatan di atas sahabat, pasti dia akan menempatinya.

Usman telah wafat. Waktunya kapan, penulis sudah lupa. Sesaat menjelang subuh, sebuah truk menabraknya saat mengendarai motor di depan Pesantren Immim Makassar, sepulang dari membeli bekal untuk sahur.

Tubuh Usman terpental; kepalanya terbentur keras di aspal jalanan; motornya rusak parah. Tubuh Usman segera dilarikan ke RS Dr. Wahidin Sudirohusodo yang kebetulan dekat dengan lokasi kejadian.  

Siang hari saat penulis menjenguknya di rumah sakit, darah ‘tak berhenti mengalir keluar dari kepalanya. Sungguh miris melihatnya dalam keadaan seperti itu. Ditambah melihat pemandangan duka keluarganya yang jauh datang dari Takalar.

Hingga mendung menginjak senja, Usman ‘tak kuasa lagi. Dia akhirnya menghembuskan nafas terakhir, kembali kepada-Nya.

*****

Mati tidak mengenal usia! Penulis semakin menyadari itu saat kematian Usman. Badannya yang cukup kekar dan semangatnya yang menggebu-gebu 'tak cukup untuk menahan kemauan Sang Pemilik manusia untuk mencabut nyawanya. 

Sebab, hidup hanyalah pergulatan ruang dan waktu dimana kematian akan mengakhirinya, kapan pun itu! Dan kemudian, kita pun kembali kepada-Nya.

Untuk sahabatku Usman, semoga dosa-dosamu diampuni-Nya dan semoga amal-amalmu diterima di sisi-Nya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar