Jumat, 21 Oktober 2011

Semalam Sehari di Malaysia

KAMI memasuki Malaysia melalui Singapura pada Kamis malam, 3 Februari 2011, dengan berkendaraan bis. Melewati jembatan dengan panjang sekira 5 kilometer. Jembatan itu bernama link 2 . Ada dua jembatan yang menghubungkan Singapura-Malaysia: link 1 dan link 2. Keduanya didesain dengan gaya eropa, tampak kuat dan tahan lama.

Seperti di Singapura, di Malaysia kami juga harus menghadapi Imigrasi yang cukup ketat. Kami harus antri satu persatu untuk pemeriksaan paspor. Meskipun kantor Imigrasi Malaysia cukup besar, namun satu hal yang kurang menurut kami: toiletnya sangat bau, sepertinya cukup lama tidak dibersihkan.

Gedung-gedung pencakar langit di Malaysia
Johor adalah kota pertama yang kami lalui di Malaysia karena memang berbatasan langsung dengan Singapura. Satu-dua gedung tinggi terlihat berdiri megah di kota ini: mall Giant, Maybank, dan lainnya. Pemerintah Malaysia memang menerapkan pembangunan merata hingga daerah perbatasan. Tidak seperti pemerintah Indonesia.

Kami singgah di Johor untuk makan malam. Kami makan di sebuah restoran yang menyajikan makanan khas Sunda, Saung Sunda Sawargi.

Selepas makan, kami melanjutkan perjalanan menuju kota tujuan utama kami, yaitu Kuala Lumpur. Jarak antara Johor dan Kuala Lumpur sekira 5 jam perjalanan. Kami melalui perjalanan ini dengan tidur pulas.

Sekira pukul 03.00 subuh, kami tiba di Regency Hotel, Kuala Lumpur. Hotel ini terletak di Kampung Baru, di kawasan pasar Cau Kid. Kampung baru adalah tanah yang dihadiahkan Raja Sultan Selangor keturunan Bugis kepada orang-orang Melayu yang merantau dari pulau Sumatera. Oleh orang Sumatera, tanah itu kemudian dikembangkan hingga maju seperti saat ini. Cau Kid sendiri adalah saudagar terkenal keturunan Cina. Saking terkenalnya, namanya diabadikan menjadi nama sebuah pasar.

Dari jendela kamar Regency Hotel, kami bisa melihat sebagian keadaan kota Kuala Lumpur: kemegahan gedung-gedung tinggi, jalur-jalur bis monorel, jalanan yang rapi dan lainnya. Cukup menakjubkan!

Istana Negara
JUMAT pagi, 4 Februari 2011, sekira pukul 09.00, kami memulai jalan-jalan berkeliling kota Kuala Lumpur. Tujuan pertama kami adalah Istana Negara Malaysia.

Istana Negara Malaysia berdiri di atas lahan seluas 11,34 hektar. Didirikan dengan biaya sekira 150 ribu dollar. Dahulunya, hanya sebuah rumah panggung kecil, tapi kemudian berkembang menjadi istana yang sangat megah. Istana ini sempat diduduki oleh penjajah Inggris dan Jepang sebelum dikuasai penuh oleh Malaysia pada 27 Agustus 1957.

Di depannya berdiri dua orang penjaga Istana dengan kuda tunggangannya. Keduanya menjaga pintu gerbang setinggi 3 meter dengan dua kubah mini di kanan-kirinya.

Dataran Merdeka yang rapi
Dataran Merdeka yang bersih
Perjalanan selanjutnya, kami menuju Dataran Merdeka, sebuah lapangan luas yang rumputnya terjaga. Dataran Merdeka adalah saksi kemerdekaan Malaysia pada 30 Agustus 1957. Di lapangan ini, di sebuah tiang setinggi 50 meter, bendera Inggris diturunkan kemudian diganti dengan bendera Malaysia.

Kantor Kementerian
Di depan Dataran Merdeka, berdiri kantor Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia yang bergaya arsitektur India dan di kirinya berdiri Perpustakaan Negara Malaysia yang cukup besar dan megah.

Setelah puas melihat Dataran Merdeka, kami melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi sebuah toko Cokelat. Toko ini menjual cokelat khas Malaysia. Kelebihan cokelat Malaysia adalah cokelatnya lebih banyak dari susunya. Bentuknya pun unik, ada yang berbentuk gedung Petronas, berbentuk hati, dan sebagainya.

Dari toko cokelat, kami makan siang di sebuah restoran sederhana yang menjual makanan dengan gaya prasmanan ala Jawa. Pemiliknya orang Jawa asli.

Di Kuala Lumpur, kami bisa berjalan-jalan dengan lancar, sebab lalu lintas di kota ini cukup rapi, lancar dan aman, baik bagi pengguna kendaraan maupun pejalan kaki. Rambu-rambu lalu lintas dan lampu merah juga berfungsi dengan baik.

Gedung Kembar Petronas
Selepas makan siang, kami melanjutkan kembali perjalanan. Kali ini menuju gedung kembar Petronas yang sangat terkenal di dunia. Gedung ini milik perusahaan energi Malaysia, Petronas, yang dibangun di atas lahan yang dulunya merupakan lapangan untuk pacuan kuda.

Gedung setinggi 88 lantai ini dikerjakan oleh dua kontraktor asal dua negara: Jepang dan Korea, masing-masing mengerjakan satu gedung. Gedung Petronas saat ini menjadi ikon kemajuan Malaysia.

Pada sore hari, kami menuju Genting Highland yang terletak di ujung bukit setinggi 2.100 meter di atas permukaan laut. Genting Highland layak disebut kawasan hiburan dengan konsep one stop entertainment. Kenapa? Karena semua jenis hiburan ada di sini: casino, wahana permainan, mall megabesar, restoran, hotel dan lainnya. Puluhan ribu orang memadati kawasan ini setiap harinya dengan pendapatan perhari mencapai milliaran dalam hitungan rupiah.

Kami menuju gedung utama Genting Higland dengan menggunakan gondola yang berjalan 10 km dengan tali listrik. Dari dalam gondola, kami bisa menikmati kawasan bukit yang ditumbuhi berbagai tanaman: kakao, kopi, pisang, dan lainnya. Gedung Genting Highland yang berada di puncak bukit juga terlihat jelas dari gondola. Kabut tipis menutupi bagian atas gedung.

Gedung utama Genting Highland di atas bukit

Genting Highland didirikan oleh intelektual Cina, Lim Goh Tong. Dia adalah seorang ahli telekomunikasi. Pada saat mengerjakan proyek menara telekomunikasi, dia melihat sebuah bukit yang tinggi. Dari situ, dia terinspirasi untuk membuat kawasan hiburan di atas bukit itu. Tujuannya sebagai tempat melepas penat orang-orang kota pada akhir pekan.

Pada 1960-an, dimulailah pembangunan proyek tersebut hingga berdiri megah seperti saat ini. Hebatnya, Genting Highland dijalankan dengan menggunakan listrik yang dibangun sendiri tanpa mengganggu listrik negara.

Gedung dan bukit tersebut menjadi hak milik Lim Goh Tong dan keluarganya. Orang-orang yang ingin mengganggu bukit atau memanfaatkannya akan ditembak mati. Kini, Lim Goh Tong telah wafat. Pengelolaan Genting Highland dikendalikan penuh oleh anak-anaknya.

Puas menikmati kota kecil Genting highland, kami melanjutkan dengan makan malam di sebuah restoran di dekat Genting Highland. Gedung Genting Highland di atas bukit masih terlihat dari restoran ini dengan kerlap-kerlip lampunya. Cukup indah, menyerupai gunung merapi yang bereaksi dengan larvanya.

Selepas makan malam, kami melanjutkan perjalanan kembali ke kota Johor untuk menginap di salah satu hotel di sana, Selesa Hotel, sebab esok harinya kami akan berjalan-jalan ke Singapura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar