Kami lahir di tahun yang sama. Saya malah lebih tua 15 hari. Bekal awal kami juga -rasa-rasanya- sama: seperti yang ada di gambar 😁.
Tapi lingkungan tempat kami tumbuh jelas berbeda. Doi lahir di New York; Saya di Ujung Pandang. Doi kuliah di Harvard; Saya di Hasanuddin.
Doi seorang Yahudi yang di usia 13 memutuskan ateis; Saya di usia segitu sibuk baca majalah Bola dan bergaul dengan Jemaah Tabligh.
Doi di usia 25 berhasil menjadi juragan Facebook; Saya di usia segitu sibuk jadi juragan di Kaskus.
Dan di usia 40, doi jadi pria terkaya; Saya.... Tapi ini bukan soal kaya atau tidak, melainkan soal manfaat atau tidak. Begitulah kehidupan, masing-masing orang beda latar dan belakangnya; beda nasib dan manfaatnya.
Sebagaimana kata pepatah Rusia: manusia bahagia dengan cara yang sama; menderita dengan cara masing-masing 😁.
Kita tutup tulisan ini dengan merenungkan surah Luqman ayat 34: "Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati."