Rabu, 08 April 2020

Tebang Pilih Penanganan Wabah

Rasa-rasanya memang membubarkan Pasar Daya atau Bandara Sulhas lebih relevan dibandingkan membubarkan Warkop Az Zahrah atau acara pengantin orang. Apalagi kalau tujuannya mencegah penyebaran wabah.

Tapi apa daya. Pakde Joko telah mengecualikannya. Semua tutup, kecuali apotik dan penjual sembako. Demikian sinyal beliau dari dalam Istana. Pasar dan minimarket jelas merasa harus tetap buka.

Pakde Joko dan Bu Sri jelas pusing. Tidak mau kayak Italia, tapi tidak mau juga kayak India. Mau jaga kesehatan warga, tapi mau juga jaga ekonomi warga. Dua hal paradoks coba diseimbangkan.

Tapi kalau tebang pilih begitu, jelas ada yang rugi. Kayak pengusaha rental langganan proyek. Owner-nya tiba-tiba telpon bos: "Ndak mauki rental mobil. Setengah hargamo. 27 mobil menganggur ini."

Termasuk pengusaha warkop. Pasti rugi. Tiap hari laku minimal 500 gelas, tiba-tiba nol. Itulah yang dirasakan Sari Roti dulu. Gara-gara 212, roti yang rutin di-supply minimal 500 biji sehari ke tiga pesantren di Gombara sana, tiba-tiba nol.

Tapi begitulah hidup, serupa angka. Bisa dibagi, bisa dikali, ditambah, dikurang. Dan keseringannya memang itu angka menyusahkan. Ndak percaya, tanya Bu Sri!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar