Jersey Alexi Lalas, Amerika Serikat |
*****
Ada dua tragedi di PD 1994: Satu, ditembak matinya bek Kolombia Andres Escobar. Dia ditembak Humberto Munoz Castro. Castro kemudian ditangkap dan dibebaskan pada 2005 karena kelakuan baik.
Escobar ditembak mati 11 hari setelah gol bunuh diri yang dilakukannya saat timnya Kolombia kalah 1-2 dari tuan rumah AS di partai pembuka grup. Fans bola kemudian mengaitkan gol bunuh diri itu dengan kematian Escobar.
Dua, doping Diego Maradona. PD 1994 adalah kesempatan terakhir bintang Argentina itu membuktikan diri. Usianya sudah 33 tahun. Keseniorannya diharapkan berdampak magis bagi tim.
Pada partai pertama Argentina lawan Yunani, pengaruh Maradona tampak. Timnya menang 4-0 dan sang maestro mencetak satu gol. Begitu pula pada partai kedua saat timnya menang lawan Nigeria 2-1.
Namun itu menjadi partai terakhir Maradona. Selepas lawan Nigeria, Maradona dites urin oleh FIFA. Dia terbukti doping. Dalam tubuhnya ditemukan lima jenis obat-obatan yang mengandung zat epherdine yang dilarang FIFA.
Sebagai sanksi, Maradona dipulangkan. Itu jelas berdampak negatif bagi tim. Partai terakhir grup, Argentina kalah dari Bulgaria 0-2, meskipun lolos fase grup. Di babak perdelapan final, Argentina digasak Rumania 2-3 dan gugur.
*****
Partai final PD 1994 mempertemukan Brazil lawan Italia. Berakhir 0-0 di babak normal, partai tersebut harus diselesaikan dengan adu pinalti. Itu menjadi yang pertama dalam sejarah Piala dunia.
Karena menjadi yang pertama, para penendang pun seolah menjadi tegang. Terkhusus penendang Italia. Bayangkan, dua penendang terbaik Italia: Franco Baresi dan Roberto Baggio, yang biasa berhasil di level klub, tendangannya justru gagal.
Brazil pun menang adu pinalti 3-2 atas Italia dan berhasil mengangkat Piala Dunia untuk ke-4 kalinya.
*****
Selain adu pinalti pertama di final, PD 1994 menyisakan satu rekor yang belum terpecahkan sampai sekarang: Oleg Salenko, striker Rusia, berhasil mencetak 5 gol dalam satu partai. Itu dilakukannya saat timnya menang 6-0 atas Kamerun.
Oleg Salenko (dok. FIFA) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar