Karena bertindak sebagai tuan rumah, Brazil menjadi tim favorit juara. Apalagi, sebelumnya, mereka sukses meraih Piala Konfederasi 2013 dengan mengalahkan Spanyol 3-0 di final. Ekspektasi yang berujung de javu kesedihan.
Pada PD 1950, saat menjadi tuan rumah, Brazil mengalami kesedihan besar karena dikalahkan Uruguay di final 1-2. Di PD 2014, kesedihan itu kembali terulang. Di babak Semi Final, Brazil dicukur habis Jerman 1-7. Selain menyisakan kesedihan, kekalahan Brazil atas Jerman tersebut juga menjadi rekor kekalahan terbesar dalam sejarah tim yang menjuarai Piala Dunia lima kali tersebut.
*****
Bukan Brazil, tapi Jerman-lah yang akhirnya menjadi juara PD 2014. Di final, mereka berhasil mengalahkan Argentina 1-0 lewat gol tunggal Mario Gotze. Ada dua hal menarik dari kemenangan Jerman tersebut: satu, Jerman menjadi tim Eropa pertama yang juara di Benua Amerika sekaligus tim Eropa yang terbanyak menjuarai Piala Dunia, yaitu empat kali.
Kedua, Gotze menjadi pemain paling muda yang mencetak gol di final Piala Dunia. Umur Gotze saat mencetak goal adalah 22 tahun 39 hari.
*****
Hal-hal menarik lain dari PD 2014 adalah: satu, Spanyol menjadi tim juara bertahan kedua beruntun yang tidak lolos fase group. Sebelumnya, pada PD 2010, Italia mengalami hal yang sama. Spanyol juga mengalami kekalahan terbesar sebagai juara bertahan. Mereka dicukur Belanda 1-5.
Dua, striker Uruguay Luis Suarez dihukum larangan tampil empat bulan setelah menggigit bek Italia Giogio Chiellini.
Tiga, PD 2014 menjadi PD pertama yang menggunakan teknologi garsi gawang (goal-line). FIFA sepakat menggunakan tenologi itu guna mencegah terulangnya kembali kasus gol hantu Frank Lampard saat Inggris bertemu jerman di PD 2010.
Empat, setiap gelaran Piala Dunia punya kejutan. Dan kejutan pada PD 2014 adalah tim benua Amerika Latin bernama Kosta Rika. Tergabung dalam grup neraka bersama Uruguay, Italia, dan Inggris, Kosta Rika berhasil lolos sebagai juara grup dengan nilai 7. Hasil menang atas Uruguay 3-1 dan Italia 1-0, plus hasil seri 0-0 lawan Inggris.
Di babak 16 besar, Kosta Rika melanjutkan kejutannya. Mereka berhasil mengalahkan Yunani lewat adu pinalti 5-3 (1-1). Di babak perempat final, kejutan Kosta Rika terhenti. Mereka dikalahkan Belanda lewat adu pinalti 3-4 (0-0).
Keperkasaan Kosta Rika melambungkan satu nama: Keylor Navas, sang kiper. Tampil gemilang di bawah mistar gawang Kosta Rika, Navas dilirik raksasa Spanyol Real Madrid. Navas pun sukses besar di Madrid dengan raihan triple Piala Champions 2016, 2017, 2018 dan ragam gelar lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar