Mekkah menjadi daerah dakwah pertama Nabi Muhammad. Itu dikarenakan Mekkah adalah kampung halaman beliau dan pusat agama bangsa Arab. Agama bangsa Arab berupa penyembahan terhadap patung-patung dan berhala lainnya di sekitar Ka'bah.
Nabi Muhammad mendakwahkan Islam secara sembunyi-sembunyi. Dia memulainya dari keluarganya lebih dahulu. Hal itu beliau lakukan berdasarkan wahyu Allah, "Dan berilah peringatan kepada kerebat-kerabatmu yang dekat." (Al Qur'an surah Asy Syu'ara: 214).
Hasilnya, beberapa keluarga beliau masuk Islam: istri beliau Khadijah, pembantu beliau Zaid bin Haritsah, kemenakan beliau Ali bin Abi Thalib, dan sahabat beliau Abu Bakar Ash Shiddiq. Abu Bakar sendiri yang begitu semangatnya berdakwah berhasil meng-Islamkan Utsman bin Affan, Az Zubair bin Al Awwan, Abdurrahman bin AufSa'd bin Abi Waqqash, dan Talhah bin Ubaidillah.
Dari situ, Islam menyebar ke seluruh Mekkah karena banyaknya laki-laki maupun perempuan yang masuk Islam. Selanjutnya, Islam pun menjadi pembicaraan di kalangan bangsa Arab.
Perintah sholat pertama bagi umat Islam adalah sholat di waktu pagi dan petang (sore). Wahyu Allah, "Dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu pagi dan petang." (Al Qur'an surah Al Mukmin: 55).
Paman beliau Abi Thalib pernah melihat Nabi Muhammad dan anaknya Ali bin Abi Thalib melakukan sholat. Abi Thalib kemudian menanyakan hal itu. Setelah mendapatkan penjelasan dari Nabi Muhammad, Abi Thalib lalu menyuruh Nabi Muhammad dan Ali untuk menguatkan hati.
Tiga tahun Nabi Muhammad melakukan dakwah Islam secara sembunyi-sembunyi. Dari situ, telah terbentuk kelompok-kelompok Muslim kecil yang berpencar di daerah Mekkah.
Referensi: Sirah Nabawiyyah, karya Syaikh Safiyyurrahman Al Mubarakfury.
Jumat, 13 September 2013
Senin, 09 September 2013
Kehidupan Nabi Muhammad (611): Menerima Wahyu dan Menjadi Nabi Utusan Allah
Pada saat usia Muhammad hampir genap 40 tahun, dia memiliki kebiasaan mengasingkan diri. Berbekal makanan seadanya, Muhammad mengasingkan diri di sebuah gua kecil bernama gua Hira yang terletak di Jabal Nur (Bukit Cahaya) yang berjarak sekira 2 mil dari Mekkah.
Di gua kecil itu, Muhammad merenungkan kehidupan, meluapkan keresahaannya atas kebiasaan orang-orang Mekkah yang 'tak masuk akal, dan menghayati keindahan alam di sekelilingnya. Dia juga sering berbagi bekal makanan kepada orang-orang miskin yang juga mengasingkan diri di gua hira.
Hingga pada suatu momen di gua Hira, pada 21 Ramadhan atau 10 Agustus 611, Muhammad didatangi Malaikat Jibril, lelaki dengan wajah yang sangat berseri dimana kedua telapak kakinya menginjak ufuk langit. Jibril lalu berkata kepada Muhammad, "Wahai Muhammad, engkau adalah utusan (Rasul) Allah dan aku adalah Jibril."
Jibril kemudian memegang dan merangkul Muhammad seraya berkata, "Bacalah!" Muhammad menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Jibril berkata lagi, "Bacalah!" Muhammad lagi-lagi menjawab, "Aku tidak bisa membaca."
Hingga pada ketiga kalinya, Jibril menyampaikan, "Bacalah! Dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajarkan manusia dengan perantaraan Al Qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Perkataan Jibril itu abadi dalam Al Qur'an surah Al Alaq ayat 1 sampai 5.
Selepas kejadian itu, Muhammad yang gemetar ketakutan pulang menemui istrinya Khadijah sambil berkata, "Selimuti aku, selimuti aku!" Muhammad kemudian menceritakan kejadian yang telah dialaminya di gua Hira kepada Khadijah.
Khadijah yang khawatir akan keadaan suaminya lalu mendatangi kemenakannya Waraqah, seorang yang terkenal sebagai penulis buku dan penginjil berbahasa Ibrani. Mendengar semua perihal kejadian yang menimpa Muhammad dari Khadijah, Waraqah berkata, "...Mukjizat yang pernah datang kepada Musa kini datang kepadanya (Muhammad). Dia adalah benar-benar Nabi umat ini. Katakanlah kepadanya agar dia berteguh hati."
Pascakejadian di gua Hira, selang beberapa waktu, Jibril 'tak jua muncul lagi membawa wahyu. Atas hal itu, Muhammad dirundung kesedihan. Hingga Malaikat Jibril turun kembali membawa wahyu.
Kejadiannya bermula tatkala Muhammad mendengar suara yang berasal dari langit. Dia memandangi langit dan mendapati Jibril yang dilihatnya di gua Hira sedang duduk di sebuah kursi yang menggantung di antara langit dan bumi. Muhammad mendekatinya tapi kemudian terjatuh ke tanah.
Muhammad kembali gemetar dan pulang menemui Khadijah sambil berkata, "Selimuti aku, selimuti aku." Lalu Jibril berkata, "Wahai orang-orang yang berselimut! Bangunlah lalu beri peringatan! Dan Tuhanmu, agungkanlah! Dan pakaianmu, bersihkanlah. Dan perbuatan dosa, tinggalkanlah!" Perkataan Jibril ini diabadikan dalam Al Qur'an surah Al Mudatsir ayat 1 sampai 5.
Mendengar wahyu itu, Muhammad membuka selimutnya dan bangkit dari tidurnya, Dia benar-benar telah menyadari dirinya sebagai Nabi, utusan (Rasul) Allah.
Referensi: Sirah Nabawiyah, karya Syaikh Safiyyurrahman Al Mubarakfury.
Di gua kecil itu, Muhammad merenungkan kehidupan, meluapkan keresahaannya atas kebiasaan orang-orang Mekkah yang 'tak masuk akal, dan menghayati keindahan alam di sekelilingnya. Dia juga sering berbagi bekal makanan kepada orang-orang miskin yang juga mengasingkan diri di gua hira.
Hingga pada suatu momen di gua Hira, pada 21 Ramadhan atau 10 Agustus 611, Muhammad didatangi Malaikat Jibril, lelaki dengan wajah yang sangat berseri dimana kedua telapak kakinya menginjak ufuk langit. Jibril lalu berkata kepada Muhammad, "Wahai Muhammad, engkau adalah utusan (Rasul) Allah dan aku adalah Jibril."
Jibril kemudian memegang dan merangkul Muhammad seraya berkata, "Bacalah!" Muhammad menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Jibril berkata lagi, "Bacalah!" Muhammad lagi-lagi menjawab, "Aku tidak bisa membaca."
Hingga pada ketiga kalinya, Jibril menyampaikan, "Bacalah! Dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajarkan manusia dengan perantaraan Al Qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Perkataan Jibril itu abadi dalam Al Qur'an surah Al Alaq ayat 1 sampai 5.
Selepas kejadian itu, Muhammad yang gemetar ketakutan pulang menemui istrinya Khadijah sambil berkata, "Selimuti aku, selimuti aku!" Muhammad kemudian menceritakan kejadian yang telah dialaminya di gua Hira kepada Khadijah.
Khadijah yang khawatir akan keadaan suaminya lalu mendatangi kemenakannya Waraqah, seorang yang terkenal sebagai penulis buku dan penginjil berbahasa Ibrani. Mendengar semua perihal kejadian yang menimpa Muhammad dari Khadijah, Waraqah berkata, "...Mukjizat yang pernah datang kepada Musa kini datang kepadanya (Muhammad). Dia adalah benar-benar Nabi umat ini. Katakanlah kepadanya agar dia berteguh hati."
Pascakejadian di gua Hira, selang beberapa waktu, Jibril 'tak jua muncul lagi membawa wahyu. Atas hal itu, Muhammad dirundung kesedihan. Hingga Malaikat Jibril turun kembali membawa wahyu.
Kejadiannya bermula tatkala Muhammad mendengar suara yang berasal dari langit. Dia memandangi langit dan mendapati Jibril yang dilihatnya di gua Hira sedang duduk di sebuah kursi yang menggantung di antara langit dan bumi. Muhammad mendekatinya tapi kemudian terjatuh ke tanah.
Muhammad kembali gemetar dan pulang menemui Khadijah sambil berkata, "Selimuti aku, selimuti aku." Lalu Jibril berkata, "Wahai orang-orang yang berselimut! Bangunlah lalu beri peringatan! Dan Tuhanmu, agungkanlah! Dan pakaianmu, bersihkanlah. Dan perbuatan dosa, tinggalkanlah!" Perkataan Jibril ini diabadikan dalam Al Qur'an surah Al Mudatsir ayat 1 sampai 5.
Mendengar wahyu itu, Muhammad membuka selimutnya dan bangkit dari tidurnya, Dia benar-benar telah menyadari dirinya sebagai Nabi, utusan (Rasul) Allah.
Referensi: Sirah Nabawiyah, karya Syaikh Safiyyurrahman Al Mubarakfury.
Sabtu, 07 September 2013
Stop Pornoaksi!
Pornoaksi, melalui video atau gambar, bukanlah sesuatu yang
mengejutkan. Kenapa? Sebab dari dulu sudah ada. Di Indonesia, pornoaksi
telah menggeliat sekira tahun 80-an melalui film-film panas di bioskop
dan majalah-majalah vulgar yang beredar bebas di pasar. Cuma bedanya
sekarang, pornoaksi termediasi secara terbuka melalui media dan
teknologi, serta didukung perkembangan budaya liberal di masyarakat.
Berawal ketika kebebasan pers dicetuskan pertama kali pascareformasi silam, pornoaksi mulai terbuka di media. Para pelaku media mulai mengandalkan pornoaksi sebagai peluru utama meraup rating dan iklan. Tarian ngebor Inul dan serial Komedi Tengah Malam, adalah sebagian fakta tayangan yang melaluinya. Alasan pembenaran diopinikan: seni, kebebasan berkreasi, kemerdekaan berekspresi, penonton sudah semakin cerdas, dan sebagainya.
Dari sisi teknologi, internet dan ponsel berperan besar memediasi pornoaksi. Riset tahun 2008, sekira 4 juta situs pornoaksi beredar di internet. Tinggal nongkrong di cafĂ© dan warnet, atau menyediakan layanan internet di rumah, situs-situs pornoaksi siap diakses. Dan…tanpa batas tentunya!
Ponsel lebih gila lagi. Alat ini tanpa diduga memunculkan trend perilaku, yaitu hobi merekam adegan seks lalu menyebarkannnya di internet. Beberapa pakar bahkan mengkategorikan perilaku ini sebagai penyakit jiwa.
Adapun budaya liberal, budaya ini berperan menjadikan pornoaksi menjadi wajar -tidak tabu dan memalukan- di masyarakat. Budaya ini kemudian meracuni pemikiran masyarakat -khususnya para generasi muda- dan mencederai budaya lokal yang sarat nilai moral dan agama.
Pornoaksi harus segera dihentikan! Tayangan TV harus dibatasi, film-film bioskop harus disensor, dan situs-situs pornoaksi di internet harus diblokir! Dan pemerintah -dengan segala kewenangan dan kekuasaannya- sangat mudah melakukan hal tersebut.
Ah…munafik…hypocrit…!!! Saya menolak pornoaksi bukan karena saya benci, tapi justru karena saya sangat menyukainya. Dan saya yakin semua laki-laki normal di dunia ini sangat menyukainya. Justru karena itu, kalau pornoaksi dibiarkan, itu akan membuat saya dan lelaki normal lainnya -termasuk juga para wanita- akan melakukan hal-hal negatif yang tidak produktif sama sekali. Dan hal ini sangat berbahaya bagi masa depan.
Alasan lain, kalau pornoaksi dibiarkan, itu akan membuat pornoaksi berkembang ke ruang lingkup yang lebih besar, yaitu industri film porno. Apakah kita mau industri film porno berkembang di Indonesia? Apakah kita mau Indonesia menjadi negara porno terbesar di dunia, selain negara Muslim terbesar? Apakah kita mau keturunan kita nanti berprofesi sebagai bintang film porno? Saya yakin kita semua tidak menginginkannya.
Berawal ketika kebebasan pers dicetuskan pertama kali pascareformasi silam, pornoaksi mulai terbuka di media. Para pelaku media mulai mengandalkan pornoaksi sebagai peluru utama meraup rating dan iklan. Tarian ngebor Inul dan serial Komedi Tengah Malam, adalah sebagian fakta tayangan yang melaluinya. Alasan pembenaran diopinikan: seni, kebebasan berkreasi, kemerdekaan berekspresi, penonton sudah semakin cerdas, dan sebagainya.
Dari sisi teknologi, internet dan ponsel berperan besar memediasi pornoaksi. Riset tahun 2008, sekira 4 juta situs pornoaksi beredar di internet. Tinggal nongkrong di cafĂ© dan warnet, atau menyediakan layanan internet di rumah, situs-situs pornoaksi siap diakses. Dan…tanpa batas tentunya!
Ponsel lebih gila lagi. Alat ini tanpa diduga memunculkan trend perilaku, yaitu hobi merekam adegan seks lalu menyebarkannnya di internet. Beberapa pakar bahkan mengkategorikan perilaku ini sebagai penyakit jiwa.
Adapun budaya liberal, budaya ini berperan menjadikan pornoaksi menjadi wajar -tidak tabu dan memalukan- di masyarakat. Budaya ini kemudian meracuni pemikiran masyarakat -khususnya para generasi muda- dan mencederai budaya lokal yang sarat nilai moral dan agama.
Pornoaksi harus segera dihentikan! Tayangan TV harus dibatasi, film-film bioskop harus disensor, dan situs-situs pornoaksi di internet harus diblokir! Dan pemerintah -dengan segala kewenangan dan kekuasaannya- sangat mudah melakukan hal tersebut.
Ah…munafik…hypocrit…!!! Saya menolak pornoaksi bukan karena saya benci, tapi justru karena saya sangat menyukainya. Dan saya yakin semua laki-laki normal di dunia ini sangat menyukainya. Justru karena itu, kalau pornoaksi dibiarkan, itu akan membuat saya dan lelaki normal lainnya -termasuk juga para wanita- akan melakukan hal-hal negatif yang tidak produktif sama sekali. Dan hal ini sangat berbahaya bagi masa depan.
Alasan lain, kalau pornoaksi dibiarkan, itu akan membuat pornoaksi berkembang ke ruang lingkup yang lebih besar, yaitu industri film porno. Apakah kita mau industri film porno berkembang di Indonesia? Apakah kita mau Indonesia menjadi negara porno terbesar di dunia, selain negara Muslim terbesar? Apakah kita mau keturunan kita nanti berprofesi sebagai bintang film porno? Saya yakin kita semua tidak menginginkannya.
Selasa, 03 September 2013
Ramli
“Becak, Daeng!” Teriakku kepada Ramli (29 thn). Dengan sigap dia
menyiapkan becaknya untuk kutumpangi. Dia kemudian menggayungnya dengan
cepat. Gayungan yang sepertinya menyiratkan beban. Beban untuk
memberikan secercah hidup kepada keluarganya.
Ramli memiliki seorang istri dan dua anak. Sehari-hari, dia menghidupi mereka dengan bekerja sebagai tukang becak. Sekira 30 ribu rupiah per hari diperolehnya dari menggayung becak. “Nisyukkurimi anjo (disyukuri itu)!” kata dia, sederhana.
Dulu Ramli pernah bekerja sebagai kuli tambang di Kalimantan. Gajinya lumayan, 1,5 juta rupiah per bulan. Tapi kemudian dia memilih keluar dan kembali ke kampung halamannya, Makassar.
Saat saya tanya alasannya, dia menjawab, “Edede…punna lebba’maki annambang, tenamo ki tanja’ tau (Ah…kalau kita sudah menambang, kita sudah tidak mirip manusia)” Dia menggambarkan dirinya yang sangat kurus dan hitam sekeluar dari lubang tambang.
“Ya…rinnimo, Daeng (Ya…di sini saja, Daeng)!” Tibalah aku di tempat tujuan. Lembaran lima ribu rupiah kuberikan kepada Ramli. Dia mencium uang itu dan menempelkannya di dahi. Ciri khas orang Makassar dalam mengungkapkan rasa syukur karena telah mendapatkan uang. Ah….boyanna doeka (carinya uang)!
“Sebagaimana burung dilahirkan untuk terbang dan ikan untuk berenang, manusia dilahirkan untuk bekerja.” (Nabi Ayyub)
Ramli memiliki seorang istri dan dua anak. Sehari-hari, dia menghidupi mereka dengan bekerja sebagai tukang becak. Sekira 30 ribu rupiah per hari diperolehnya dari menggayung becak. “Nisyukkurimi anjo (disyukuri itu)!” kata dia, sederhana.
Dulu Ramli pernah bekerja sebagai kuli tambang di Kalimantan. Gajinya lumayan, 1,5 juta rupiah per bulan. Tapi kemudian dia memilih keluar dan kembali ke kampung halamannya, Makassar.
Saat saya tanya alasannya, dia menjawab, “Edede…punna lebba’maki annambang, tenamo ki tanja’ tau (Ah…kalau kita sudah menambang, kita sudah tidak mirip manusia)” Dia menggambarkan dirinya yang sangat kurus dan hitam sekeluar dari lubang tambang.
“Ya…rinnimo, Daeng (Ya…di sini saja, Daeng)!” Tibalah aku di tempat tujuan. Lembaran lima ribu rupiah kuberikan kepada Ramli. Dia mencium uang itu dan menempelkannya di dahi. Ciri khas orang Makassar dalam mengungkapkan rasa syukur karena telah mendapatkan uang. Ah….boyanna doeka (carinya uang)!
“Sebagaimana burung dilahirkan untuk terbang dan ikan untuk berenang, manusia dilahirkan untuk bekerja.” (Nabi Ayyub)
Selasa, 13 Agustus 2013
Kehidupan Nabi Muhammad (596 - 611): Menjadi Kepala Keluarga dan Peristiwa Renovasi Ka'bah
Pada 596, di usia 25 tahun, Muhammad menikah dengan Khadijah yang
berusia 40 tahun. Pernikahan keduanya berlangsung bahagia hingga
membuahkan dua orang putra: Qasim dan Abdullah, dan empat orang putri:
Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah Az Zahra. Dalam
perjalananya, semua putra Muhammad meninggal saat masih kecil.
Muhammad menghidupi keluarganya dengan berdagang. ‘Tak salah beliau amat memuliakan profesi yang satu ini. Beliau bahkan berkata, “Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang pria dengan tangannya dan setiap jual beli (perdagangan) yang mabrur.”
Muhammad juga menghiasi keluarganya dengan akhlak yang baik: perkataan lemah-lembut, kerja keras, kejujuran, dan lainnya. Tidak pernah sekalipun dia mencontohkan keluarganya kebiasaan buruk: meminum khamr, salah satunya. Padahal kebiasaan itu umum di kalangan warga Quraisy Mekkah kala itu yang masih jahiliyah.
Yang menarik, Muhammad juga menghindarkan keluarganya dari pemahaman kuat warga Quraisy Mekkah kala itu, yaitu menyembah berhala. Bahkan beliau melarang untuk memakan daging hewan yang disembahkan untuk berhala.
Selain akhlak dan perilaku yang baik, Muhammad juga dikaruniai kemampuan untuk mengambil keputusan. Itu terbukti pada peristiwa renovasi ka’bah saat usia beliau menginjak 35 tahun.
Ka’bah kala itu masih berupa bangunan susunan batu setinggi sembilan hasta (siku manusia dewasa), lebih tinggi dari manusia. Bentuknya yang tanpa atap membuat banyak pencuri yang mengambil isi dalam ka’bah. Dengan keadaan seperti itu, bangunan ka’bah menjadi rapuh karena sering dimanjati.
Banjir yang terjadi di Mekkah semakin membuat Ka’bah rapuh. Para petinggi kaum Quraisy pun sepakat untuk merenovasi bangunan peninggalan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail itu.
Dimulailah renovasi Ka’bah di bawah pengawasan arsitek asal Romawi bernama Baqum. Dana pembangunan disepakati hanya dari yang baik-baik, bukan dari dana pelacuran, dana sistem rente (riba), dan dana dari harta rampasan.
Tatkala pembangunan sampai pada bagian Hajar Aswad, para petinggi kaum Quraisy berdebat perihal siapa yang berhak mengangkat dan memindahkannya. Perdebatan berlangsung hingga berhari-hari, bahkan meruncing ke perang, pertumpahan darah.
Ternyata ditakdirkan: orang yang berhak mengangkat Hajar Aswad adalah Muhammad. Namun Muhammad mengambil sebuah keputusan yang sangat bijak: beliau meminta sebuah selendang lalu meletakkan Hajar Aswad di atasnya.
Muhammad kemudian menyuruh para petinggi kaum Quraisy untuk masing-masing memegang ujung selendang dan mengangkatnya bersama-sama. Saat akan tiba di tempatnya, Muhammad mengambil Hajar Aswad itu dan menaruhnya pada tempatnya semula.
Begitulah peristiwa renovasi Ka’bah sehingga menjadi seperti yang kita lihat saat ini: bangunan setinggi 15 hasta. Pun kemudian dilakukan lagi beberapa renovasi oleh generasi selanjutnya.
Referensi: Buku Sirah Nabawiyah, karya Syaikh Safiyyurrahman Al Mubarakfury.
Muhammad menghidupi keluarganya dengan berdagang. ‘Tak salah beliau amat memuliakan profesi yang satu ini. Beliau bahkan berkata, “Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang pria dengan tangannya dan setiap jual beli (perdagangan) yang mabrur.”
Muhammad juga menghiasi keluarganya dengan akhlak yang baik: perkataan lemah-lembut, kerja keras, kejujuran, dan lainnya. Tidak pernah sekalipun dia mencontohkan keluarganya kebiasaan buruk: meminum khamr, salah satunya. Padahal kebiasaan itu umum di kalangan warga Quraisy Mekkah kala itu yang masih jahiliyah.
Yang menarik, Muhammad juga menghindarkan keluarganya dari pemahaman kuat warga Quraisy Mekkah kala itu, yaitu menyembah berhala. Bahkan beliau melarang untuk memakan daging hewan yang disembahkan untuk berhala.
Selain akhlak dan perilaku yang baik, Muhammad juga dikaruniai kemampuan untuk mengambil keputusan. Itu terbukti pada peristiwa renovasi ka’bah saat usia beliau menginjak 35 tahun.
Ka’bah kala itu masih berupa bangunan susunan batu setinggi sembilan hasta (siku manusia dewasa), lebih tinggi dari manusia. Bentuknya yang tanpa atap membuat banyak pencuri yang mengambil isi dalam ka’bah. Dengan keadaan seperti itu, bangunan ka’bah menjadi rapuh karena sering dimanjati.
Banjir yang terjadi di Mekkah semakin membuat Ka’bah rapuh. Para petinggi kaum Quraisy pun sepakat untuk merenovasi bangunan peninggalan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail itu.
Dimulailah renovasi Ka’bah di bawah pengawasan arsitek asal Romawi bernama Baqum. Dana pembangunan disepakati hanya dari yang baik-baik, bukan dari dana pelacuran, dana sistem rente (riba), dan dana dari harta rampasan.
Tatkala pembangunan sampai pada bagian Hajar Aswad, para petinggi kaum Quraisy berdebat perihal siapa yang berhak mengangkat dan memindahkannya. Perdebatan berlangsung hingga berhari-hari, bahkan meruncing ke perang, pertumpahan darah.
Ternyata ditakdirkan: orang yang berhak mengangkat Hajar Aswad adalah Muhammad. Namun Muhammad mengambil sebuah keputusan yang sangat bijak: beliau meminta sebuah selendang lalu meletakkan Hajar Aswad di atasnya.
Muhammad kemudian menyuruh para petinggi kaum Quraisy untuk masing-masing memegang ujung selendang dan mengangkatnya bersama-sama. Saat akan tiba di tempatnya, Muhammad mengambil Hajar Aswad itu dan menaruhnya pada tempatnya semula.
Begitulah peristiwa renovasi Ka’bah sehingga menjadi seperti yang kita lihat saat ini: bangunan setinggi 15 hasta. Pun kemudian dilakukan lagi beberapa renovasi oleh generasi selanjutnya.
Referensi: Buku Sirah Nabawiyah, karya Syaikh Safiyyurrahman Al Mubarakfury.
Minggu, 14 Juli 2013
Kehidupan Nabi Muhammad (583 - 596): Ikut Perang, Keliling Berdagang, dan Menikah dengan Khadijah
Sejak berumur 12 tahun, Muhammad menetap di Mekkah bersama pamannya, Abu Thalib. Sehari-hari, dia mencari kehidupan dengan mengembala kambing, sesekali juga membantu pamannya itu berdagang.
Dalam berdagang, Muhammad menunjukkan etika yang baik. Dia cerdik dalam menjual tapi tidak licik. Jujur dan amanah sangat dipegang teguh oleh Muhammad. Etika baik Muhammad pun tersebar ke mana-mana.
Ikut Perang
Saat Muhammad berusia 15 tahun, meletus perang di Mekah. Perang itu bernama Perang Fijar yang melibatkan antara pihak Quraisy bersama Kinanah melawan pihak Qais Ailan. Muhammad ikut dalam perang itu. Dia membantu mengumpulkan busur (anak panah) untuk dipakai paman-pamannya berperang.
Pascaperang, terjadi perundingan antara kedua belah pihak yang juga dihadiri Muhammad. Perundingan berujung pada kesepakatan: tidak ada satu pun penduduk Mekkah yang dibiarkan teraniaya. Siapa yang teraniaya, harus dibela. Siapa yang menganiaya, harus dihukum.
Dua pengalaman tersebut di atas sangat berharga bagi Muhammad. Perang dan perundingan, dua pengalaman yang kelak mengasah jiwa kepemimpinan Muhammad.
Keliling Berdagang
Etika baik Muhammad dalam berdagang sampai ke telinga Khadijah, seorang pedagang kaya, cantik dan terkenal. Muhammad pun dipercaya memperdagangkan barang-barang milik Khadijah dengan imbalan bagi hasil.
Maka kelilinglah berdagang anak muda Muhammad yang kala itu berumur 25 tahun. Dia berdagang ke Syam dengan didampingi seorang pembantu utusan Khadijah bernama Maisarah.
Hasilnya: Khadijah kagum dengan omzet dagang melimpah yang diperoleh Muhammad. Ditambah cerita-cerita Maisarah perihal etika Muhammad yang sangat baik, itu semakin menambah kekaguman Khadijah.
Menikah dengan Khadijah
Dalam perjalanannya, kekaguman Khadijah kepada Muhammad berubah menjadi cinta dan keinginan untuk menikah dengan Muhammad. Melalui perantara seorang perempuan bernama Nafisah, Khadijah menyampaikan keinginannya kepada Muhammad.
Muhammad sepakat. Dia pun menemui pamannya untuk mengutarakan perihal rencana pernikahannya dengan Khadijah itu.
Maka pernikahan pun dilangsungkan. Muhammad yang berusia 25 tahun menikahi Khadijah yang berusia 40 tahun dengan mahar 20 ekor onta muda.
Pernikahan keduanya berlangsung bahagia hingga membuahkan dua orang putra: Qasim dan Abdullah, dan empat orang putri: Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah Az Zahra.
Referensi: Sirah Nabawiyah, karya Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury, hal. 51 – 53.
Dalam berdagang, Muhammad menunjukkan etika yang baik. Dia cerdik dalam menjual tapi tidak licik. Jujur dan amanah sangat dipegang teguh oleh Muhammad. Etika baik Muhammad pun tersebar ke mana-mana.
Ikut Perang
Saat Muhammad berusia 15 tahun, meletus perang di Mekah. Perang itu bernama Perang Fijar yang melibatkan antara pihak Quraisy bersama Kinanah melawan pihak Qais Ailan. Muhammad ikut dalam perang itu. Dia membantu mengumpulkan busur (anak panah) untuk dipakai paman-pamannya berperang.
Pascaperang, terjadi perundingan antara kedua belah pihak yang juga dihadiri Muhammad. Perundingan berujung pada kesepakatan: tidak ada satu pun penduduk Mekkah yang dibiarkan teraniaya. Siapa yang teraniaya, harus dibela. Siapa yang menganiaya, harus dihukum.
Dua pengalaman tersebut di atas sangat berharga bagi Muhammad. Perang dan perundingan, dua pengalaman yang kelak mengasah jiwa kepemimpinan Muhammad.
Keliling Berdagang
Etika baik Muhammad dalam berdagang sampai ke telinga Khadijah, seorang pedagang kaya, cantik dan terkenal. Muhammad pun dipercaya memperdagangkan barang-barang milik Khadijah dengan imbalan bagi hasil.
Maka kelilinglah berdagang anak muda Muhammad yang kala itu berumur 25 tahun. Dia berdagang ke Syam dengan didampingi seorang pembantu utusan Khadijah bernama Maisarah.
Hasilnya: Khadijah kagum dengan omzet dagang melimpah yang diperoleh Muhammad. Ditambah cerita-cerita Maisarah perihal etika Muhammad yang sangat baik, itu semakin menambah kekaguman Khadijah.
Menikah dengan Khadijah
Dalam perjalanannya, kekaguman Khadijah kepada Muhammad berubah menjadi cinta dan keinginan untuk menikah dengan Muhammad. Melalui perantara seorang perempuan bernama Nafisah, Khadijah menyampaikan keinginannya kepada Muhammad.
Muhammad sepakat. Dia pun menemui pamannya untuk mengutarakan perihal rencana pernikahannya dengan Khadijah itu.
Maka pernikahan pun dilangsungkan. Muhammad yang berusia 25 tahun menikahi Khadijah yang berusia 40 tahun dengan mahar 20 ekor onta muda.
Pernikahan keduanya berlangsung bahagia hingga membuahkan dua orang putra: Qasim dan Abdullah, dan empat orang putri: Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah Az Zahra.
Referensi: Sirah Nabawiyah, karya Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury, hal. 51 – 53.
Sabtu, 13 Juli 2013
Kehidupan Nabi Muhammad (571 - 583): Lahir dengan Tanda-Tanda Kenabian
Kelahiran dan Penamaan
Senin pagi, 22 April 571, seorang bayi laki-laki lahir di Mekkah dari seorang ibu bernama Aminah. Bayi laki-laki itu lahir dalam keadaan yatim sebab ayahnya Abdullah telah wafat.
Aminah kemudian mengutus seseorang untuk menyampaikan kabar gembira kelahiran bayinya itu kepada Abdul Muththalib, ayah suaminya Abdullah. Ayahnya pun segera datang dengan perasaan suka cita untuk melihat cucunya.
Abdul Muththalib dengan rasa bahagia menggendong cucunya dan membawanya masuk ke dalam Ka’bah. Di dalam Ka’bah, dia memberi nama Muhammad kepada cucunya, sebuah nama yang belum pernah ada yang memiliki sebelumnya.
Nama Muhammad berasal dari kata Al hamdu: yang terpuji. Sering juga disebut Ahmad: yang paling terpuji.
Diasuh Halimah dan Peristiwa Pembelahan Dada
Wanita pertama yang mengasuh dan menyusui Muhammad adalah Tsuwaibah lalu kemudian Halimah. Halimah menceritakan bahwa banyak keberkahan yang diperolehnya saat mengasuh Muhammad.
Pada saat Halimah pertama kali menerima dan menggendong Muhammad, dia seperti tidak merasakan beban apa-apa. Dia pun menuju keledainya dan membawa pergi Muhammad. Keledainya yang telah berjalan cukup jauh terlihat sangat kuat dan perkasa, tanpa lelah sedikit pun.
Setiba di rumahnya, di daerah Bani Sa’d. Halimah melihat bahwa tanah di tempatnya tumbuh dengan sangat subur; domba-domba peliharaannya pun terlihat sangat kenyang dan sehat. Sangat berbeda dengan domba-domba peliharaan tetangganya.
Di bawah asuhan Halimah, Muhammad tumbuh dengan baik. Bahkan di umur dua tahun, pertumbuhannya sangat pesat dibandingkan anak-anak yang lain. Hingga pada saat berumur empat tahun, terjadilah peristiwa besar terhadap Muhammad.
Pada saat Muhammad sedang bermain bersama teman-temannya, Malaikat Jibril datang dan memegangnya. Jibril kemudian menelengtangkannya dan membelah dadanya. Hati (segumpal darah) dikeluarkan dari dadanya. Jibril mengatakan, “Ini adalah bagian setan yang ada pada dirimu.”
Jibril mencuci hati (gumpalan darah) itu dengan air zamzam dalam baskom emas. Setelah dicuci, Jibril memasukkan dan menatanya kembali ke tempat semula.
Teman-teman Muhammad berlarian dan berteriak, “Muhammad telah dibunuh!” Para ibu pun, dengan perasaan panik, datang menghampiri Muhammad. Mereka menemukan Muhammad dalam keadaan baik dan bahkan dengan wajah yang semakin berseri.
Kembali ke Ibu Hingga Menjadi Yatim-Piatu
Setelah peritiwa itu, Halimah menjadi takut. Dia pun mengambil keputusan untuk mengembalikan Muhammad ke pangkuan ibu kandungnya, Aminah. Muhammad pun hidup bersama Aminah.
Suatu ketika, Aminah merasa perlu mengenang suaminya, Abdullah. Dia pun pergi dari Mekkah untuk menziarahi kuburan suaminya di Madinah bersama Muhammad dan pembantu wanitanya, Ummu Aiman. Mereka menetap di Madinah selama satu bulan.
Dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Mekkah, Aminah jatuh sakit dan kemudian wafat. Dia wafat di Abwa’, daerah antara Madinah dan Mekkah.
Diasuh Sang Kakek dan Paman
Sepeninggal ibunya, Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Muththalib. Muhammad diasuh dengan penuh kasih sayang oleh kakeknya. Bahkan, Abdul Muththalib lebih mengutamakan Muhammad daripada anak-anaknya sendiri.
Pada saat Muhammad berusia delapan tahun, Abdul Muththalib wafat. Sebelum wafat, dia menitipkan pesan bahwa pengasuhan Muhammad diserahkan kepada pamannya, Abu Thalib, yang merupakan saudara kandung dari ayah Muhammad, Abdullah.
Sama seperti Abdul Muththalib, Abu Thalib mengasuh Muhammad dengan penuh kasih sayang. Dia juga lebih mementingkan Muhammad dibandingkan anak-anaknya sendiri. Bahkan Abu Thalib rela menjalin permusuhan demi melindungi Muhammad.
Pekerjaan dan Tanda Kenabian
Masa remaja Muhammad banyak dihabiskan dengan bekerja sebagai pengembala kambing. Dari pekerjaan itu, dia memperoleh beberapa imbalan dinar.
Pada saat Muhammad berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajaknya pergi berdagang ke Syam, hingga tiba di Bushra.
Di Bushra, keduanya bertemu dengan seorang rahib Yahudi bernama Bahira. Rahib Bahira menghampiri Muhammad dan memegang tangannya sambil berkata, “Anak ini adalah pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam!”
Abu Thalib bertanya, “Dari mana engkau tahu hal itu?” Rahib Bahira menjawab, “Sebenarnya sejak kalian tiba di Aqabah, tak ada bebatuan dan pepohonan pun melainkan mereka tunduk bersujud. Mereka tidak sujud melainkan kepada seorang Nabi. Aku bisa mengetahui dari stempel nubuwah yang ada di bagian bawah tulang bahunya, yang menyerupai buah apel. Kami juga bisa mendapati tanda itu dalam kitab kami.”
Referensi: Sirah Nabawiyah, karya Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury, hal. 45 – 51.
Senin pagi, 22 April 571, seorang bayi laki-laki lahir di Mekkah dari seorang ibu bernama Aminah. Bayi laki-laki itu lahir dalam keadaan yatim sebab ayahnya Abdullah telah wafat.
Aminah kemudian mengutus seseorang untuk menyampaikan kabar gembira kelahiran bayinya itu kepada Abdul Muththalib, ayah suaminya Abdullah. Ayahnya pun segera datang dengan perasaan suka cita untuk melihat cucunya.
Abdul Muththalib dengan rasa bahagia menggendong cucunya dan membawanya masuk ke dalam Ka’bah. Di dalam Ka’bah, dia memberi nama Muhammad kepada cucunya, sebuah nama yang belum pernah ada yang memiliki sebelumnya.
Nama Muhammad berasal dari kata Al hamdu: yang terpuji. Sering juga disebut Ahmad: yang paling terpuji.
Diasuh Halimah dan Peristiwa Pembelahan Dada
Wanita pertama yang mengasuh dan menyusui Muhammad adalah Tsuwaibah lalu kemudian Halimah. Halimah menceritakan bahwa banyak keberkahan yang diperolehnya saat mengasuh Muhammad.
Pada saat Halimah pertama kali menerima dan menggendong Muhammad, dia seperti tidak merasakan beban apa-apa. Dia pun menuju keledainya dan membawa pergi Muhammad. Keledainya yang telah berjalan cukup jauh terlihat sangat kuat dan perkasa, tanpa lelah sedikit pun.
Setiba di rumahnya, di daerah Bani Sa’d. Halimah melihat bahwa tanah di tempatnya tumbuh dengan sangat subur; domba-domba peliharaannya pun terlihat sangat kenyang dan sehat. Sangat berbeda dengan domba-domba peliharaan tetangganya.
Di bawah asuhan Halimah, Muhammad tumbuh dengan baik. Bahkan di umur dua tahun, pertumbuhannya sangat pesat dibandingkan anak-anak yang lain. Hingga pada saat berumur empat tahun, terjadilah peristiwa besar terhadap Muhammad.
Pada saat Muhammad sedang bermain bersama teman-temannya, Malaikat Jibril datang dan memegangnya. Jibril kemudian menelengtangkannya dan membelah dadanya. Hati (segumpal darah) dikeluarkan dari dadanya. Jibril mengatakan, “Ini adalah bagian setan yang ada pada dirimu.”
Jibril mencuci hati (gumpalan darah) itu dengan air zamzam dalam baskom emas. Setelah dicuci, Jibril memasukkan dan menatanya kembali ke tempat semula.
Teman-teman Muhammad berlarian dan berteriak, “Muhammad telah dibunuh!” Para ibu pun, dengan perasaan panik, datang menghampiri Muhammad. Mereka menemukan Muhammad dalam keadaan baik dan bahkan dengan wajah yang semakin berseri.
Kembali ke Ibu Hingga Menjadi Yatim-Piatu
Setelah peritiwa itu, Halimah menjadi takut. Dia pun mengambil keputusan untuk mengembalikan Muhammad ke pangkuan ibu kandungnya, Aminah. Muhammad pun hidup bersama Aminah.
Suatu ketika, Aminah merasa perlu mengenang suaminya, Abdullah. Dia pun pergi dari Mekkah untuk menziarahi kuburan suaminya di Madinah bersama Muhammad dan pembantu wanitanya, Ummu Aiman. Mereka menetap di Madinah selama satu bulan.
Dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Mekkah, Aminah jatuh sakit dan kemudian wafat. Dia wafat di Abwa’, daerah antara Madinah dan Mekkah.
Diasuh Sang Kakek dan Paman
Sepeninggal ibunya, Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Muththalib. Muhammad diasuh dengan penuh kasih sayang oleh kakeknya. Bahkan, Abdul Muththalib lebih mengutamakan Muhammad daripada anak-anaknya sendiri.
Pada saat Muhammad berusia delapan tahun, Abdul Muththalib wafat. Sebelum wafat, dia menitipkan pesan bahwa pengasuhan Muhammad diserahkan kepada pamannya, Abu Thalib, yang merupakan saudara kandung dari ayah Muhammad, Abdullah.
Sama seperti Abdul Muththalib, Abu Thalib mengasuh Muhammad dengan penuh kasih sayang. Dia juga lebih mementingkan Muhammad dibandingkan anak-anaknya sendiri. Bahkan Abu Thalib rela menjalin permusuhan demi melindungi Muhammad.
Pekerjaan dan Tanda Kenabian
Masa remaja Muhammad banyak dihabiskan dengan bekerja sebagai pengembala kambing. Dari pekerjaan itu, dia memperoleh beberapa imbalan dinar.
Pada saat Muhammad berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajaknya pergi berdagang ke Syam, hingga tiba di Bushra.
Di Bushra, keduanya bertemu dengan seorang rahib Yahudi bernama Bahira. Rahib Bahira menghampiri Muhammad dan memegang tangannya sambil berkata, “Anak ini adalah pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam!”
Abu Thalib bertanya, “Dari mana engkau tahu hal itu?” Rahib Bahira menjawab, “Sebenarnya sejak kalian tiba di Aqabah, tak ada bebatuan dan pepohonan pun melainkan mereka tunduk bersujud. Mereka tidak sujud melainkan kepada seorang Nabi. Aku bisa mengetahui dari stempel nubuwah yang ada di bagian bawah tulang bahunya, yang menyerupai buah apel. Kami juga bisa mendapati tanda itu dalam kitab kami.”
Referensi: Sirah Nabawiyah, karya Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury, hal. 45 – 51.
Jumat, 05 Juli 2013
Dalam Kenangan, Usman (Renungan Menjelang Ramadhan)
Ada yang tidak bisa penulis lupa saat kuliah dulu. Seorang sahabat, Usman namanya. Sahabat kuliah, sahabat diskusi, dan kalau ada tingkatan di atas sahabat, pasti dia akan menempatinya.
Usman telah wafat. Waktunya kapan, penulis sudah lupa. Sesaat menjelang subuh, sebuah truk menabraknya saat mengendarai motor di depan Pesantren Immim Makassar, sepulang dari membeli bekal untuk sahur.
Tubuh Usman terpental; kepalanya terbentur keras di aspal jalanan; motornya rusak parah. Tubuh Usman segera dilarikan ke RS Dr. Wahidin Sudirohusodo yang kebetulan dekat dengan lokasi kejadian.
Siang hari saat penulis menjenguknya di rumah sakit, darah ‘tak berhenti mengalir keluar dari kepalanya. Sungguh miris melihatnya dalam keadaan seperti itu. Ditambah melihat pemandangan duka keluarganya yang jauh datang dari Takalar.
Hingga mendung menginjak senja, Usman ‘tak kuasa lagi. Dia akhirnya menghembuskan nafas terakhir, kembali kepada-Nya.
*****
Mati tidak mengenal usia! Penulis semakin menyadari itu saat kematian Usman. Badannya yang cukup kekar dan semangatnya yang menggebu-gebu 'tak cukup untuk menahan kemauan Sang Pemilik manusia untuk mencabut nyawanya.
Sebab, hidup hanyalah pergulatan ruang dan waktu dimana kematian akan mengakhirinya, kapan pun itu! Dan kemudian, kita pun kembali kepada-Nya.
Untuk sahabatku Usman, semoga dosa-dosamu diampuni-Nya dan semoga amal-amalmu diterima di sisi-Nya!
Usman telah wafat. Waktunya kapan, penulis sudah lupa. Sesaat menjelang subuh, sebuah truk menabraknya saat mengendarai motor di depan Pesantren Immim Makassar, sepulang dari membeli bekal untuk sahur.
Tubuh Usman terpental; kepalanya terbentur keras di aspal jalanan; motornya rusak parah. Tubuh Usman segera dilarikan ke RS Dr. Wahidin Sudirohusodo yang kebetulan dekat dengan lokasi kejadian.
Siang hari saat penulis menjenguknya di rumah sakit, darah ‘tak berhenti mengalir keluar dari kepalanya. Sungguh miris melihatnya dalam keadaan seperti itu. Ditambah melihat pemandangan duka keluarganya yang jauh datang dari Takalar.
Hingga mendung menginjak senja, Usman ‘tak kuasa lagi. Dia akhirnya menghembuskan nafas terakhir, kembali kepada-Nya.
*****
Mati tidak mengenal usia! Penulis semakin menyadari itu saat kematian Usman. Badannya yang cukup kekar dan semangatnya yang menggebu-gebu 'tak cukup untuk menahan kemauan Sang Pemilik manusia untuk mencabut nyawanya.
Sebab, hidup hanyalah pergulatan ruang dan waktu dimana kematian akan mengakhirinya, kapan pun itu! Dan kemudian, kita pun kembali kepada-Nya.
Untuk sahabatku Usman, semoga dosa-dosamu diampuni-Nya dan semoga amal-amalmu diterima di sisi-Nya!
Sabtu, 29 Juni 2013
Ahmadiyah
Pada 2001 silam, penulis bersama teman-teman SMA mengunjungi sebuah panti asuhan di jalan Anuang nomor 112 Makassar. Panti asuhan itu cukup besar. Berada dalam satu kompleks luas bersama masjid dan kantor.
Beberapa waktu lalu, kompleks bangunan itu diserang oleh Forum Pembela Islam (FPI) Makassar. Kenapa? Ya, di kompleks itulah Ahmadiyah Makassar bermarkas. Aliran yang dicap sesat dan menyesatkan.
Ketika penulis bekerja di Fajar TV Makassar, seorang pemuda bertampak alim datang dengan maksud mengajukan kerjasama penyiaran. Dia mengaku perwakilan Muslim TV, perusahaan televisi Islam internasional yang berpusat di 16 Gressen Hall Road SW 18,5 QL London, Inggris.
Intinya, pemuda itu ingin memutar karya dokumentasi Muslim TV dengan membayar sejumlah rupiah. Dia lalu memberikan contoh karya dokumentasinya dalam bentuk CD. Di stiker CD itu tertera logo MTA, singkatan dari Muslim TV Ahmadiyah.
Dalam perjalanannya, kami tidak saling sepakat bekerjasama. Namun, penulis masih menyimpan CD itu hingga kini.
Apa isi CD itu? CD itu berisi profil Khalifatul Masih IV Ahmadiyyah, Mirza Tahir Ahmad, saat berkunjung ke Indonesia Juni 2000 silam. Mirza Tahir Ahmad kemudian wafat pada 2003.
Dalam kunjungan ke Indonesia itu, Mirza Tahir Ahmad melakukan beberapa aktifitas: bertemu Amin Rais (ketua MPR RI saat itu), menjadi keynote speaker dalam Seminar Islam di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan menemui para pengurus Ahmadiyah.
Selama beraktifitas di Indonesia, sang Khalifatul Masih IV dan rombongannya dikawal oleh polisi.
*****
Apa itu Ahmadiyah? Ahmadiyah adalah organisasi Islam yang didirikan Mirza Ghulam Ahmad. Kepada pengikutnya, Mirza Ghulam Ahmad menyatakan dirinya sebagai pemilik nafas Al Masih (cahaya) dan pewaris tahta Imam Mahdi, Imam akhir zaman yang dijanjikan oleh Nabi Muhammad.
Pernyataan tersebut kemudian menjadi akidah utama jema'at Ahmadiyah. Selanjutnya, pemimpin Ahmadiyah diberi gelar Khalifatul Masih yang berarti pemimpin yang mewarisi nafas Al Masih (cahaya) dan pewaris tahta Imam Mahdi, Imam akhir zaman.
Dalam perkembangannya, setelah Mirza Ghulam Ahmad meninggal pada 1908, Ahmadiyah sudah dipimpin lima orang Khalifatul Masih hingga hari ini: Hakim Maulana Nuruddin (1908-1914), Alhaj Mirza Bashiruddin Mahmod Ahmad (1914-1965), Hafiz Mirza Nasir Ahmad (1965-1982), Mirza Tahir Ahmad (1982-2003), dan Mirza Masroor Ahmad (2003-sekarang).
Setiap jema’at Ahmadiyah wajib berba’iat setia mengikuti sang Khalifatul Masih. Saat ini, sekira 150 juta orang yang tersebar di 174 negara di seluruh dunia telah berbaiat setia kepada sang Khalifatul Masih.
Berikut syair bai’at setia yang penulis kutip dari isi CD:
Oh cahaya tercinta; Pemilik nafas Al Masih
Pewaris Tahta Mahdi, Imam Zaman
Oh Penghulu, Oh Sang Dermawan
Penuntunku penuh kemurahan
Demi Tuhan kami, kami berbai’at setia kepadamu
Kau telah menjadi milik kami, kami telah menjadi milikmu
*****
Dari pengalaman di atas dan dari isi CD, penulis berkesimpulan: satu, Ahmadiyyah adalah organisasi besar bertaraf internasional yang sudah lama berdiri. Bahkan lebih besar dari Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama.
Dua, Ahmadiyah adalah organisasi yang digerakkan dengan dana besar. Kalau mereka tidak punya dana besar, mana mungkin mereka mampu membuat production house televisi.
Tiga, Pemerintah Republik Indonesia dan jajarannya (pejabat, polisi, dan lainnya) sudah lama mengenal dan mengetahui Ahmadiyah, baik secara organisasi maupun pergerakan.
Empat, cendikiawan muslim Indonesia juga sudah bergaul dengan para ulama-ulama Ahmadiyah, salah satunya Amien Rais yang saat itu menjabat sebagai Ketua Muhammadiyah, organisasi yang mengharamkan Ahmadiyah.
Lima, salah satu aqidah jema'at Ahmadiyah adalah menganggap pemimpin mereka sebagai pemilik nafas Al Masih dan pewaris tahta Imam Mahdi, imam akhir zaman.
Dari pemaparan di atas, penulis berharap pembaca secara sendirinya bisa menilai Ahmadiyah, apakah berada di jalan yang lurus atau sesat.
Beberapa waktu lalu, kompleks bangunan itu diserang oleh Forum Pembela Islam (FPI) Makassar. Kenapa? Ya, di kompleks itulah Ahmadiyah Makassar bermarkas. Aliran yang dicap sesat dan menyesatkan.
Ketika penulis bekerja di Fajar TV Makassar, seorang pemuda bertampak alim datang dengan maksud mengajukan kerjasama penyiaran. Dia mengaku perwakilan Muslim TV, perusahaan televisi Islam internasional yang berpusat di 16 Gressen Hall Road SW 18,5 QL London, Inggris.
Intinya, pemuda itu ingin memutar karya dokumentasi Muslim TV dengan membayar sejumlah rupiah. Dia lalu memberikan contoh karya dokumentasinya dalam bentuk CD. Di stiker CD itu tertera logo MTA, singkatan dari Muslim TV Ahmadiyah.
Dalam perjalanannya, kami tidak saling sepakat bekerjasama. Namun, penulis masih menyimpan CD itu hingga kini.
Apa isi CD itu? CD itu berisi profil Khalifatul Masih IV Ahmadiyyah, Mirza Tahir Ahmad, saat berkunjung ke Indonesia Juni 2000 silam. Mirza Tahir Ahmad kemudian wafat pada 2003.
Dalam kunjungan ke Indonesia itu, Mirza Tahir Ahmad melakukan beberapa aktifitas: bertemu Amin Rais (ketua MPR RI saat itu), menjadi keynote speaker dalam Seminar Islam di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan menemui para pengurus Ahmadiyah.
Selama beraktifitas di Indonesia, sang Khalifatul Masih IV dan rombongannya dikawal oleh polisi.
*****
Mirza Ghulam Ahmad dan pengikut Ahmadiyah (alislam.org) |
Pernyataan tersebut kemudian menjadi akidah utama jema'at Ahmadiyah. Selanjutnya, pemimpin Ahmadiyah diberi gelar Khalifatul Masih yang berarti pemimpin yang mewarisi nafas Al Masih (cahaya) dan pewaris tahta Imam Mahdi, Imam akhir zaman.
Dalam perkembangannya, setelah Mirza Ghulam Ahmad meninggal pada 1908, Ahmadiyah sudah dipimpin lima orang Khalifatul Masih hingga hari ini: Hakim Maulana Nuruddin (1908-1914), Alhaj Mirza Bashiruddin Mahmod Ahmad (1914-1965), Hafiz Mirza Nasir Ahmad (1965-1982), Mirza Tahir Ahmad (1982-2003), dan Mirza Masroor Ahmad (2003-sekarang).
Setiap jema’at Ahmadiyah wajib berba’iat setia mengikuti sang Khalifatul Masih. Saat ini, sekira 150 juta orang yang tersebar di 174 negara di seluruh dunia telah berbaiat setia kepada sang Khalifatul Masih.
Berikut syair bai’at setia yang penulis kutip dari isi CD:
Oh cahaya tercinta; Pemilik nafas Al Masih
Pewaris Tahta Mahdi, Imam Zaman
Oh Penghulu, Oh Sang Dermawan
Penuntunku penuh kemurahan
Demi Tuhan kami, kami berbai’at setia kepadamu
Kau telah menjadi milik kami, kami telah menjadi milikmu
*****
Dari pengalaman di atas dan dari isi CD, penulis berkesimpulan: satu, Ahmadiyyah adalah organisasi besar bertaraf internasional yang sudah lama berdiri. Bahkan lebih besar dari Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama.
Dua, Ahmadiyah adalah organisasi yang digerakkan dengan dana besar. Kalau mereka tidak punya dana besar, mana mungkin mereka mampu membuat production house televisi.
Tiga, Pemerintah Republik Indonesia dan jajarannya (pejabat, polisi, dan lainnya) sudah lama mengenal dan mengetahui Ahmadiyah, baik secara organisasi maupun pergerakan.
Empat, cendikiawan muslim Indonesia juga sudah bergaul dengan para ulama-ulama Ahmadiyah, salah satunya Amien Rais yang saat itu menjabat sebagai Ketua Muhammadiyah, organisasi yang mengharamkan Ahmadiyah.
Lima, salah satu aqidah jema'at Ahmadiyah adalah menganggap pemimpin mereka sebagai pemilik nafas Al Masih dan pewaris tahta Imam Mahdi, imam akhir zaman.
Dari pemaparan di atas, penulis berharap pembaca secara sendirinya bisa menilai Ahmadiyah, apakah berada di jalan yang lurus atau sesat.
Rabu, 29 Mei 2013
Lumpur Porong
Minggu, 19 Mei 2013
Robert Kearns, Ilmuwan yang Melawan Korporasi Raksasa
Robert Kearns dan temuannya |
Maka ketika temuannya yang telah dipatenkan berupa kipas kaca intermittent (windscreen wiper) pada mobil dibajak oleh Ford Motor Company, dia berjuang menuntutnya. Tawaran uang damai yang menggiurkan dari Ford ditolaknya.
Kearns hanya menginginkan satu hal: temuannya diakui publik dan Ford harus meminta maaf kepada publik melalui media karena telah mencuri idenya. Ford menolaknya. Dan hukum dan perjuangan untuk keadilan pun berlanjut melalui pengadilan.
Butuh 12 tahun bagi Kearns untuk memperjuangkan keadilan atas dirinya. Dalam kurun waktu itu, dia sempat menjadi gila sesaat, waktunya untuk keluarga tidak ada, dan bahkan dia harus berpisah dengan istrinya.
Yang paling menarik, semua pengacara yang membelanya mengundurkan diri. Pengacara itu beralasan sulit mengalahkan korporasi raksasa secara hukum. Kearns pun berjuang sendiri di pengadilan dibantu anak-anaknya.
Perjuangan Kearns berujung sukses. Ford dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus membayar 10 juta dollar kepada Kearns. Dalam perjalanannya, Chrysler Corporation yang juga memakai ide Kearns diwajibkan membayar 18,5 juta dollar kepada Kearns.
Kearns mendapatkan semuanya: keadilan dan kesejahteraan, sebelum dia meninggal dunia pada 2005 di usia 77 tahun. “Ini bukan soal uang, tapi soal salah dan benar,” kata Kearns.
Kipas kaca intermittent adalah teknologi yang berguna menghapus kaca ketika hujan. Kini, teknologi itu dipakai oleh ratusan juta mobil di dunia. Tidak hanya mobil, tapi juga kereta api dan kapal laut.
Referensi: Artikel Flash of Genius, oleh John Seabrook (dimuat di The New Yorker dan difilmkan oleh Marc Abraham dengan judul yang sama).
Kamis, 16 Mei 2013
71 Tahun Jusuf Kalla
JK (lukisan hadiah Universitas Brawijaya) |
Ribut-ribut soal Ujian Nasional, ternyata Jusuf Kalla adalah salah satu tokoh dibaliknya. Kala itu, di tahun 2002, JK menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra). Dia bersama Malik Fajar, Menteri Pendidikan kala itu, berdiskusi tentang kualitas pendidikan nasional.
Singkat cerita, JK merasa prihatin melihat kurangnya mahasiswa asal Indonesia Timur yang berkuliah di universitas bergengsi di pulau Jawa. JK merasa kualitas pendidikan di Indonesia tidak merata. Untuk meratakan pendidikan di Indonesia, JK melihat bahwa satu-satunya jalan adalah dengan meningkatkan kualitas UN.
Kebijakan taktis pun diambil JK: dia mengutus stafnya di Menko Kesra untuk studi banding melihat UN di beberapa negara tetangga, di antaranya Malaysia, Singapura, dan lainnya. Hasilnya: sejak 2003, standar nilai kelulusan UN meningkat; soal yang diujikan juga semakin tinggi tingkat kesulitannya. Kebijakan itu berlangsung hingga kini. UN pun menjadi momok yang menakutkan.
Hasil dari kebijakan itu, muncul pro-kontra. Beberapa pernyataan sinis terlontar terkait kebijakan itu. Salah satunya: kelulusan idealnya ditentukan oleh guru di sekolah karena merekalah yang mengikuti proses belajar dan perilaku seorang siswa, bukan UN. JK menjawabnya, "Guru mengujikan apa yang telah diajarkannya kepada siswanya, sedangkan UN mengujikan apa yang seharusnya diketahui oleh seorang siswa."
Membawa PMI Mendunia
JK menjadi Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) sejak 2009. Praktis, sudah empat tahun JK mengelola lembaga sosial bercap pemerintah itu. Apa yang telah dilakukan JK?
Pertama, JK telah menabuh gaung eksistensi PMI dengan keras. Eksistensi PMI pun lebih menonjol dan antusias, terutama dalam menangani bencana. Sederhananya, PMI lebih disegani. Yang paling menarik: JK membawa aktifitas donor darah ke dalam mall. Donor darah pun menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Kedua, JK berusaha membuat PMI mandiri secara finansial. Entah bagaimana cara taktis dan strategisnya, mungkin pengakuan anggota PMI ini bisa menjawabnya, "Wah, mantap PMI sekarang, dananya lancar."
Ketiga, JK membawa PMI mendunia. Terakhir, PMI menjadi lembaga sosial pertama yang berhasil menembus blokade Junta Militer Myanmar dan menolong pengungsi di Rohingya.
Menikahkan Anak Bungsu
Dari lima anak kandung JK, sisa satu yang belum menikah, yaitu Chairani atau akrab disapa Ade. Menikahkan anak bungsunya itu jelas menjadi impian JK di usianya yang akan genap 71 tahun pada Rabu, 15 Mei, mendatang.
JK-Ade (dok. keluarga Kalla) |
Acara lamaran pun telah dilangsungkan. Dan jika JK berusia panjang, hidupnya tentu akan lebih lengkap setelah menikahkan putri kesayangannya itu.
Tujuh Gelar Doktor Honoris Causa
Secara reguler, JK hanya memperoleh satu gelar akademik, yaitu Dokturandus (Drs.). Gelar itu diperolehnya saat menyelesaiakan kuliah strata satu di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar. Namun, secara penghormatan, JK ternyata telah memperoleh tujuh gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa).
Gelar Doktor pertama diperoleh JK dari Malaya Universiti Malaysia pada 21 Juli 2007. Kebijakan JK memajukan perekonomian Indonesia dengan mencabut subsidi BBM dianggap sangat baik.
Dr. JK (dok. merdeka.com) |
Gelar Doktor kedua diperoleh JK dari Soka University Jepang pada 2 Februari 2009. Kali ini JK memperoleh gelar Doktor di bidang perdamaian. JK dianggap mampu mengupayakan penyelesaian konflik di beberapa daerah yang rawan, seperti Poso, Ambon, dan Aceh.
Gelar Doktor ketiga diperoleh JK dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada 17 Maret 2011. JK dianggap berkontribusi dalam bidang Pendidikan Kewirausahaan.
Ketua Tim Promotor UPI, Prof. Dr. H. Suryana, berkata, “Dari aspek akademis maupun non-akademis, saudara Jusuf Kalla tidak diragukan lagi, bahkan beliau adalah tokoh yang memiliki karakter disiplin, loyal, dan menunjukkan kepribadian yang selalu menghargai jati diri bangsa.”
Gelar Doktor keempat diperoleh JK dari Universitas Hasanuddin Makassar pada 10 September 2011. Kali ini JK dianggap memiliki peran penting dalam ekonomi-politik.
Prof. Basri Hasanuddin, mantan Rektor Universitas Hasanuddin yang juga Promotor penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan kepada JK, mengatakan, “Ada tiga alasan utama penganugerahan gelar Doktor Kehormatan yang akan dilakukan Unhas kepada Wakil Presiden RI kesepuluh itu:
Pertama, pandangan masyarakat tentang ketokohan JK selama ini.
Kedua, pandangan JK tentang ekonomi cukup signifikan yang terungkap dalam berbagai komentar dan kebijakan yang ditempuhnya, khususnya selama menjabat Wakil Presiden RI. Terobosan tersebut kemudian melahirkan ikon “Kallanomic”.
Ketiga, lanjutnya, apa yang dilakukan JK dengan pikiran-pikirannya dan menjaga hubungan antara pemerintah dengan DPR. Jalan yang ditempuh JK adalah dengan merebut kursi pimpinan Partai Golkar, sehingga hubungan antara pemerintah dengan DPR pada masa jabatannya tidak mengalami hambatan.”
Gelar Doktor kelima diperoleh JK dari Universitas Syiah Kuala Aceh pada 12 September 2011. JK dianggap berkontribusi dalam bidang perdamaian, terkhusus di Aceh.
Gelar Doktor Keenam diperoleh JK dari Universitas Brawijaya Malang pada 8 Oktober 2011. JK dianggap memiliki kontribusi dan pemikiran yang andal dalam bidang ekonomi dan bisnis.
Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (UB), Dr Khusnul Ashar, mengatakan, “Kalla dinilai memiliki visi dan misi yang sama dengan fakultas ekonomi dalam pengembangan ekonomi di Tanah Air."
Gelar Doktor ketujuh diperoleh JK dari Universitas Indonesia pada 9 Februari 2013. JK dianggap berkontribusi dalam bidang kepemimpinan.
Menurut Djoko Santoso, Rektor UI, “Jusuf Kalla merupakan contoh pemimpin yang transformasional saat berkiprah dalam pemerintahan, partai, maupun organisasi masyarakat dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi pemimpin lainnya.”
Kalau Menjadi Presiden
“Seandainya jadi Presiden, lengkap betul hidup ini.” Itulah kata-kata JK saat gagal dalam Pemilihan Presiden 2009 silam. Dan tentu menjadi pertanyaan: apakah di usianya kini, JK akan maju lagi pada Pilpres 2014 mendatang?
Kalau JK maju, itu berarti umurnya telah menginjak 72 tahun. Sebuah umur yang sudah sangat tua tentunya. Umur yang, bagi orang berpemahaman konservatif, sebaiknya digunakan untuk menikmati masa tua: duduk-duduk di teras dan bercanda bersama cucu-cucu.
Namun sepertinya JK bukan orang yang seperti itu. JK adalah seorang aktifis sejati. Dan bicara umur, JK pernah bilang, “Kalau ada yang melarang orang-orang tua jadi Presiden, itu bukan lagi demokrasi namanya.”
Terkait kesehatan di usia tua, dokter istana saja kagum melihat kebugaran JK. Cara JK menjalankan aktifitasnya tidak kalah dengan anak muda, bahkan lebih aktif. Hal itu diakui Yadi Jentak, asisten pribadi JK.
Yadi pernah terpaksa mengganti sepatu boat bertalinya dengan sepatu tanpa tali yang simple. Alasan Yadi sederhana saja: kalau dia selesai sholat dan sementara mengikat sepatunya, JK sudah melangkah jauh meninggalkannya.
Kalau JK menjadi Presiden, ya kita tunggu saja.
Sebuah Gambar Sebuah Cerita
JK muda (dok. Kalla Group) |
JK berbicara di ruang kerjanya (dok. Kalla Group) |
Keluarga Kalla (dok. Keluarga Kalla) |
Keluarga Kalla (dok. Keluarga Kalla) |
Jajaran Direksi Kalla Group (dok. Kalla Group) |
Senin, 22 April 2013
Pengemis Rapuh
Hidup
Kamis, 18 April 2013
Menikmati Pantai Parangtritis
Pantai Parangtritis |
Saat berjalan jauh mendekati pantai, saya baru menemukan sesuatu. Pantai Parangtritis memiliki pasir yang bagus dan halus. Dan ternyata, pasir-pasir itulah yang tertabur di halaman Kraton Yogyakarta.
Saya duduk termenung di atas pasir. Dari jauh, saya menikmati suasana pantai: deru ombak dan orang-orang yang asyik main air, main layang-layang, berkuda, naik bendi, dan naik motor-motoran.
Tiba-tiba saya teringat sesuatu. Ya, saya baru sadar, ternyata pantai inilah yang dipakai sebagai lokasi shooting film Perempuan Berkalung Sorban yang dibintangi artis cantik Revalina S. Temat. Kuda yang berjalan itu mengingatkan saya.
Pantai Parangtritis sering juga disebut Pantai Laut Selatan. Letaknya memang terletak di selatan pulau Jawa. Pantai ini, secara mistis, dikaitkan dengan sosok Kanjeng Ratu Kidul. Perempuan itu dipercaya oleh sebagian orang Jawa sebagai penguasa laut selatan. Entahlah, saya sendiri tidak percaya dengan hal itu.
Sabtu, 13 April 2013
Candi Borobudur
Saat di Yogyakarta, saya 'tak melewatkan kesempatan mengunjungi Candi Borobudur. Candi yang diagungkan umat Budha itu terletak di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Ditempuh sekira satu setengah jam perjalanan darat dari kota Yogyakarta.
Memasuki kawasan Candi yang sudah berusia 12 abad itu, saya disambut pemandangan bukit yang menghampar luas. Pohon-pohon dan bunga-bunga tumbuh dengan suburnya, sangat terawat. Hal yang wajar mengingat Candi Borobudur merupakan warisan dunia di bawah pengawasan Unesco. Dana pemeliharaannya pasti sangat besar.
Saat berjalan masuk, saya melihat kemegahan tubuh candi di kejauhan. Sungguh karya seni arsitektur yang luar biasa. Letaknya tepat di atas bukit. Sesuai namanya yang diambil dari bahasa Sangsekerta, Borobudur: biara (boro) di atas bukit (budur).
Ukuran candi cukup besar dan luas. Terdiri dari sepuluh tingkatan ke atas: enam tingkatan berbentuk segiempat, tiga tingkatan berbentuk bundar, dan paling puncak berbentuk stupa. Stupa pada puncak itu bermakna surga bagi umat Budha.
Saya 'tak sendirian menikmati candi yang didesain Gunadharma itu. Wisatawan dari ragam provinsi dan negara juga ramai di situ. Dua orang guide tampak sibuk melayani wisatawan asal eropa dan Jepang. Keduanya menerangkan cerita pada gambar di dinding candi.
Cerita pada gambar di dinding candi harus diikuti dari kiri ke kanan. Apa ceritanya? Saya sendiri 'tak begitu tertarik mengetahuinya. Saya lebih tertarik mengamati bangunan candi yang tampak begitu kuatnya.
Menurut catatan sejarah, Candi Borobudur dibangun dalam kurun waktu sekira 75 - 100 tahun dan melibatkan ribuan pekerja. Dibangun pada masa Dinasti Syailendra di bawah pimpinan Raja Samaratungga berkuasa di nusantara.
Memasuki kawasan Candi yang sudah berusia 12 abad itu, saya disambut pemandangan bukit yang menghampar luas. Pohon-pohon dan bunga-bunga tumbuh dengan suburnya, sangat terawat. Hal yang wajar mengingat Candi Borobudur merupakan warisan dunia di bawah pengawasan Unesco. Dana pemeliharaannya pasti sangat besar.
Saat berjalan masuk, saya melihat kemegahan tubuh candi di kejauhan. Sungguh karya seni arsitektur yang luar biasa. Letaknya tepat di atas bukit. Sesuai namanya yang diambil dari bahasa Sangsekerta, Borobudur: biara (boro) di atas bukit (budur).
Borobudur, biara di atas bukit (foto: Muhardi) |
Saya 'tak sendirian menikmati candi yang didesain Gunadharma itu. Wisatawan dari ragam provinsi dan negara juga ramai di situ. Dua orang guide tampak sibuk melayani wisatawan asal eropa dan Jepang. Keduanya menerangkan cerita pada gambar di dinding candi.
Cerita pada gambar di dinding candi harus diikuti dari kiri ke kanan. Apa ceritanya? Saya sendiri 'tak begitu tertarik mengetahuinya. Saya lebih tertarik mengamati bangunan candi yang tampak begitu kuatnya.
Menurut catatan sejarah, Candi Borobudur dibangun dalam kurun waktu sekira 75 - 100 tahun dan melibatkan ribuan pekerja. Dibangun pada masa Dinasti Syailendra di bawah pimpinan Raja Samaratungga berkuasa di nusantara.
Selasa, 09 April 2013
Perempuan
Pagi
Lihatlah Dirimu!
Jumat, 05 April 2013
Catatan dari Yogyakarta
Udara malam menyambut saya di bandara Adisutjipto. Di bandara tempat terbakarnya pesawat Garuda Indonesia pada 7 Maret 2007 silam itu, saya mewujudkan sebuah keinginan lama: menginjakkan kaki di kota Yogyakarta.
Yogyakarta adalah ibukota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya berada di selatan Pulau Jawa. Nama Yogyakarta diambil dari bahasa sangsekerta yang berarti kedamaian (ayogya) dan kebaikan (karta).
Siapa Adisutjipto? Dia adalah anggota Angkatan Udara Republik Indonesia dan pejuang kemerdekaan. Pesawat yang dikemudikannya ditembak jatuh oleh Belanda pada 1940. Dia pun wafat. Untuk mengenang dan menghargai jasa-jasanya, dinamakanlah bandara itu Adisutjipto.
Tugu Yogya
Selama di Yogya, saya menginap di Hotel Pop. Hotel yang desainnya penuh warna itu terletak tepat di belakang pasar Kranggan, ‘tak jauh dari perempatan Tugu Yogya, dan hanya berjarak sekira satu kilometer dari jalan Malioboro.
Di Tugu Yogya, keramaian terlihat jelas. Banyak muda-mudi foto-foto di situ. Saya jadi bertanya-tanya, apa menariknya Tugu itu? Ternyata Tugu itu adalah lambang kota Yogya yang sangat bersejarah. Dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I pada sekira abad ke-18. Sudah sangat tua, bukan?
Selain itu, secara magis, tugu Yogya -katanya- menjadi pengghubung tiga lokasi: Laut Selatan, Karaton Yogya, dan Gunung Merapi. Di mana letak magisnya? Entahlah, sebagian orang Yogya memang memiliki kepercayaan lain-lain. Saya sendiri sulit memahaminya.
Jalan Malioboro
Nama Malioboro juga berasal dari bahasa sangsekerta. Terdiri dari dua kata: maliya yang berarti mulai dan bara yang berarti mengembara. Ada juga yang mengartikan Malioboro sebagai jalan bunga atau karangan bunga. Yang mana yang benar? Entahlah.
Jalan Malioboro adalah pusat kegiatan bisnis di kota Yogya. Di jalan yang siang-malam ramai dikunjungi orang-orang itu, ragam wisata tersedia.
Pertama, wisata belanja. Di sepanjang jalan Malioboro, berjajar tempat belanja: pasar tradisional Beringharjo, mall Malioboro, dan toko-toko yang menjajakan ragam jenis barang dan makanan. Pokoknya mau belanja apa saja semuanya tersedia.
Tempat belanja itu buka sampai pukul 10.00 malam. Setelahnya, “ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera, orang duduk bersila,” kata Kla Project. Kehidupan berlanjut terus sampai pagi. Dijamin aman dan nyaman. ‘Tak salah Yogya berjargon Berhati Nyaman.
Sambil menikmati sajian makanan, para “musisi jalanan siap beraksi,”
kata Kla Project lagi.
Malam itu saya beruntung menemukan musisi hebat. Jumlah mereka bertiga, masing-masing memegang gitar, bas betok, dan banjo. Sajian musik mereka sangat baik. Hebatnya, mereka dengan fasih menyanyikan lagu Makassar berjudul Anakkukang.
Kedua, wisata sejarah. Di jalan Malioboro dan sekitarnya terdapat beberapa tempat bersejarah: Keraton Yogya, Museum Serangan Umum 1 Maret, Stasiun Kereta Api, Benteng Vredenburg, dan termasuk Tugu Yogya. Tempat-tempat itu -secara kasat mata- tampak terpelihara dengan sangat baik.
Ketiga, wisata pendidikan. Di sekitar jalan Malioboro, terdapat beberapa tempat untuk kepentingan pendidikan: Taman Pintar, Taman Budaya, dan kawasan toko buku murah. Semuanya tampak ramai dikunjungi orang.
Terkait pendidikan, Yogya memang terkenal sebagai kota pelajar. Di kota itu berdiri sekira 187 universitas. Yang paling terkenal jelas adalah Universitas Gajah Mada (UGM). Saya menyempatkan diri jalan-jalan pagi ke kampus itu.
Saya kagum melihat tiga bangunan besar di kampus itu: Graha Sabha, Gedung Rektorat, dan Pertamina Tower. Saya bergumam dalam hati: UGM dibandingkan dengan Universitas Hasanuddin Makassar ibarat langit dengan sumur bor.
Makanan Khas Yogya
Ciri khas makanan Yogya, seperti gudeg, wedang jahe, dan lainnya, adalah rasanya yang sangat manis. Lidah orang Yogya memang terbiasa dengan yang manis-manis. Bahkan ketika saya menikmati kopi joss (kopi yang dicampuri arang), rasanya juga sangat manis: gulanya lebih banyak dari kopinya.
Seorang teman Yogya menimpali, “Di Yogya, sambal pun dibikin pakai gula.” Pun begitu, orang Yogya jarang terkena penyakit diabetes. Mereka selalu mengimbangi makanan manis itu dengan meminum jamu yang rasanya pahit.
Makanan lain yang menjadi ciri khas Yogya adalah kue Bakpia Pathok. Kue ini bahkan dijual di sebuah kawasan tersendiri. Di kawasan itu, berjajar toko-toko yang khusus menjual bakpia. Menariknya, pengunjung bisa melihat proses produksi kue secara langsung.
Jadi teringat sama lagu Project Pop. Liriknya kurang-lebih begini:
Bakpia bakpia bakpia pathok
Kue Yogya, kecil, dan mencolok
Sakit encok, sakit gondok atau gigi bengkok
Dijamin sembuh besok
Andong
Kalau Anda ingin menikmati andong (sejenis kereta kuda), datanglah ke Yogyakarta. Di jalan Malioboro, banyak berjajar andong yang siap mengantar Anda ke tujuan. Andong-andong itu datang jauh dari Bantul. Tarifnya bisa dinegosiasikan.
Jangan salah, di Yogya, andong itu berbeda makna dengan bendi. Kalau
andong rodanya empat, bendi hanya dua. Andong juga lebih banyak
menampung penumpang dibandingkan bendi.
Pasar Subuh
Saat saya melintasi belakang Pasar Kranggan pukul 01.00 malam, saya merasa iba melihat satu-dua orangtua tidur di jalanan. Saya berpikir: di Yogya banyak juga orangtua tuna wisma.
Ternyata saya salah. Orangtua itu adalah penjual di Pasar Kranggan. Mereka menginap dan tidur di jalanan karena besok kehidupan pasar dimulai subuh hari. Merekalah yang duluan membuka pintu kehidupan.
Batik dan Blangkon
Bersama Solo, Yogya juga dikenal sebagai kota batik. Segala jenis kerajinan batik ada di kota itu: batik tulis (asli), batik cap (pakai stempel), dan batik print (pakai mesin).
Di sepanjang jalan Malioboro, dijajakan ragam jenis batik. Dari yang paling mahal sampai yang termurah. Dari yang berkualitas tinggi sampai berkualitas rendah.
Batik berasal dari bahasa Jawa. Merupakan gabungan dari dua kata: amba yang berarti garis dan titik yang berarti titik. Jadi, batik adalah garis yang menghubungkan titik-titik. Kurang-lebih begitulah.
Apa perbedaan batik Yogya dengan batik Solo? Saya tidak menemukan penjelasan tentang itu. Yang saya temukan hanya penjelasan tentang beda antara blangkon Yogya dengan blangkon Solo.
Apa bedanya? Kalau blangkon Yogya ada bandulnya (gundukan) di belakangnya, sedangkan batik solo tidak ada. Makna bandul itu adalah walaupun orang Yogya merasa jengkel, dia tetap mampu menyembunyikan rasa jengkel itu di balik wajahnya yang tetap ramah.
Pun banyak orang yang memaknainya lain: orang Yogya itu manis di depan tapi menikam di belakang. Entahlah, saya rasa standar moral di setiap tempat sama saja, tinggal pengendalian diri masing-masing. Yang penting, Yogya Berhati Nyaman-lah.
Yogyakarta adalah ibukota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya berada di selatan Pulau Jawa. Nama Yogyakarta diambil dari bahasa sangsekerta yang berarti kedamaian (ayogya) dan kebaikan (karta).
Siapa Adisutjipto? Dia adalah anggota Angkatan Udara Republik Indonesia dan pejuang kemerdekaan. Pesawat yang dikemudikannya ditembak jatuh oleh Belanda pada 1940. Dia pun wafat. Untuk mengenang dan menghargai jasa-jasanya, dinamakanlah bandara itu Adisutjipto.
Saya di sekitaran Stasiun Kereta Api (foto: Muhardi) |
Selama di Yogya, saya menginap di Hotel Pop. Hotel yang desainnya penuh warna itu terletak tepat di belakang pasar Kranggan, ‘tak jauh dari perempatan Tugu Yogya, dan hanya berjarak sekira satu kilometer dari jalan Malioboro.
Di Tugu Yogya, keramaian terlihat jelas. Banyak muda-mudi foto-foto di situ. Saya jadi bertanya-tanya, apa menariknya Tugu itu? Ternyata Tugu itu adalah lambang kota Yogya yang sangat bersejarah. Dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I pada sekira abad ke-18. Sudah sangat tua, bukan?
Selain itu, secara magis, tugu Yogya -katanya- menjadi pengghubung tiga lokasi: Laut Selatan, Karaton Yogya, dan Gunung Merapi. Di mana letak magisnya? Entahlah, sebagian orang Yogya memang memiliki kepercayaan lain-lain. Saya sendiri sulit memahaminya.
Tugu Yogya (foto: Muhardi) |
Nama Malioboro juga berasal dari bahasa sangsekerta. Terdiri dari dua kata: maliya yang berarti mulai dan bara yang berarti mengembara. Ada juga yang mengartikan Malioboro sebagai jalan bunga atau karangan bunga. Yang mana yang benar? Entahlah.
Jalan Malioboro adalah pusat kegiatan bisnis di kota Yogya. Di jalan yang siang-malam ramai dikunjungi orang-orang itu, ragam wisata tersedia.
Pertama, wisata belanja. Di sepanjang jalan Malioboro, berjajar tempat belanja: pasar tradisional Beringharjo, mall Malioboro, dan toko-toko yang menjajakan ragam jenis barang dan makanan. Pokoknya mau belanja apa saja semuanya tersedia.
Tempat belanja itu buka sampai pukul 10.00 malam. Setelahnya, “ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera, orang duduk bersila,” kata Kla Project. Kehidupan berlanjut terus sampai pagi. Dijamin aman dan nyaman. ‘Tak salah Yogya berjargon Berhati Nyaman.
Musisi jalanan (foto: Muhardi) |
Malam itu saya beruntung menemukan musisi hebat. Jumlah mereka bertiga, masing-masing memegang gitar, bas betok, dan banjo. Sajian musik mereka sangat baik. Hebatnya, mereka dengan fasih menyanyikan lagu Makassar berjudul Anakkukang.
Kedua, wisata sejarah. Di jalan Malioboro dan sekitarnya terdapat beberapa tempat bersejarah: Keraton Yogya, Museum Serangan Umum 1 Maret, Stasiun Kereta Api, Benteng Vredenburg, dan termasuk Tugu Yogya. Tempat-tempat itu -secara kasat mata- tampak terpelihara dengan sangat baik.
Ketiga, wisata pendidikan. Di sekitar jalan Malioboro, terdapat beberapa tempat untuk kepentingan pendidikan: Taman Pintar, Taman Budaya, dan kawasan toko buku murah. Semuanya tampak ramai dikunjungi orang.
Terkait pendidikan, Yogya memang terkenal sebagai kota pelajar. Di kota itu berdiri sekira 187 universitas. Yang paling terkenal jelas adalah Universitas Gajah Mada (UGM). Saya menyempatkan diri jalan-jalan pagi ke kampus itu.
Saya kagum melihat tiga bangunan besar di kampus itu: Graha Sabha, Gedung Rektorat, dan Pertamina Tower. Saya bergumam dalam hati: UGM dibandingkan dengan Universitas Hasanuddin Makassar ibarat langit dengan sumur bor.
Jalan Malioboro (foto: Muhardi) |
Ciri khas makanan Yogya, seperti gudeg, wedang jahe, dan lainnya, adalah rasanya yang sangat manis. Lidah orang Yogya memang terbiasa dengan yang manis-manis. Bahkan ketika saya menikmati kopi joss (kopi yang dicampuri arang), rasanya juga sangat manis: gulanya lebih banyak dari kopinya.
Seorang teman Yogya menimpali, “Di Yogya, sambal pun dibikin pakai gula.” Pun begitu, orang Yogya jarang terkena penyakit diabetes. Mereka selalu mengimbangi makanan manis itu dengan meminum jamu yang rasanya pahit.
Makanan lain yang menjadi ciri khas Yogya adalah kue Bakpia Pathok. Kue ini bahkan dijual di sebuah kawasan tersendiri. Di kawasan itu, berjajar toko-toko yang khusus menjual bakpia. Menariknya, pengunjung bisa melihat proses produksi kue secara langsung.
Jadi teringat sama lagu Project Pop. Liriknya kurang-lebih begini:
Bakpia bakpia bakpia pathok
Kue Yogya, kecil, dan mencolok
Sakit encok, sakit gondok atau gigi bengkok
Dijamin sembuh besok
Andong
Kalau Anda ingin menikmati andong (sejenis kereta kuda), datanglah ke Yogyakarta. Di jalan Malioboro, banyak berjajar andong yang siap mengantar Anda ke tujuan. Andong-andong itu datang jauh dari Bantul. Tarifnya bisa dinegosiasikan.
Andong (foto: Muhardi) |
Pasar Subuh
Saat saya melintasi belakang Pasar Kranggan pukul 01.00 malam, saya merasa iba melihat satu-dua orangtua tidur di jalanan. Saya berpikir: di Yogya banyak juga orangtua tuna wisma.
Ternyata saya salah. Orangtua itu adalah penjual di Pasar Kranggan. Mereka menginap dan tidur di jalanan karena besok kehidupan pasar dimulai subuh hari. Merekalah yang duluan membuka pintu kehidupan.
Batik dan Blangkon
Bersama Solo, Yogya juga dikenal sebagai kota batik. Segala jenis kerajinan batik ada di kota itu: batik tulis (asli), batik cap (pakai stempel), dan batik print (pakai mesin).
Di sepanjang jalan Malioboro, dijajakan ragam jenis batik. Dari yang paling mahal sampai yang termurah. Dari yang berkualitas tinggi sampai berkualitas rendah.
Blangkon Yogya |
Apa perbedaan batik Yogya dengan batik Solo? Saya tidak menemukan penjelasan tentang itu. Yang saya temukan hanya penjelasan tentang beda antara blangkon Yogya dengan blangkon Solo.
Apa bedanya? Kalau blangkon Yogya ada bandulnya (gundukan) di belakangnya, sedangkan batik solo tidak ada. Makna bandul itu adalah walaupun orang Yogya merasa jengkel, dia tetap mampu menyembunyikan rasa jengkel itu di balik wajahnya yang tetap ramah.
Pun banyak orang yang memaknainya lain: orang Yogya itu manis di depan tapi menikam di belakang. Entahlah, saya rasa standar moral di setiap tempat sama saja, tinggal pengendalian diri masing-masing. Yang penting, Yogya Berhati Nyaman-lah.
Selasa, 26 Maret 2013
Akhir
Minggu, 17 Maret 2013
Daun Manusia
Minggu, 10 Maret 2013
Cinta
Lukisan: Vincent Van Gogh |
Cinta bukanlah daun yang mudah layu
Melainkan akar yang tertanam kuat
Kuat 'tak terjamah mimpi-mimpi
Dari para pemimpi yang 'tak pernah mengerti
Cinta bukanlah laut yang mudah surut
Melainkan karang yang berdiri kokoh
Kokoh 'tak terusik janji-janji
Dari para pejanji yang 'tak pernah menepati
Cinta 'tak seperih tajamnya duri
Melainkan seindah mawar bersemi
Merah mewarnai jiwa
Membawa berlabuh ke surga yang indah
Selasa, 22 Januari 2013
Banda Aceh
Masjid Baiturrahman, Banda Aceh |
Pertengahan 2008, saya mengunjungi Banda Aceh. Pesawat Sriwijaya Air yang saya tumpangi memutar di atas pantai kemudian mendarat di bandara yang memang dekat dengan pantai.
Melihat pantai dari balik kaca pesawat, terbayang dalam pikiran saya kejadian 2004 silam: air bah melaju cepat dari pantai lalu menyapu semua daratan yang dicapainya, termasuk bandara yang akan saya pijak.
Pascagempa dan tsunami, bandara Sultan Iskandar Muda memang rusak berat. Banyak karyawan yang bekerja di situ menjadi korban. Pun demikian di wilayah Aceh lainnya. Keadaan itu abadi dalam dokumentasi media.
Saya dijemput oleh seorang teman yang telah menunggu dengan mobilnya. Saya pun diajaknya berjalan-jalan melihat kota Banda Aceh.
Kesunyian, itulah yang saya rasakan sepanjang perjalanan. Entahlah, apakah itu suasana traumatik pascagempa dan tsunami atau apa. Yang jelas, suasana betul-betul sunyi. Kata teman: "Memang begini Aceh kalau masih jam delapan pagi."
Ya, jam delapan pagi di Aceh sama suasananya seperti jam enam pagi di Makassar, aktifitas belum terlalu menggeliat. Wajar saja, letak Aceh di posisi paling barat Indonesia membuatnya paling terakhir didatangi matahari.
Pagi-pagi, warga Aceh biasanya ramai berkumpul di warung kopi. Menikmati kopi Aceh yang terkenal, bercerita sambil lalu atau sekadar membaca koran. Saya sempat menikmati kopi Aceh secangkir. Nikmat memang.
*****
Wajar jika Aceh disebut serambi Mekkah. Di jalanan-jalanan yang saya lalui, banyak terlihat masjid-masjid berukuran besar. Satu yang paling terkenal adalah Masjid Baiturrahman. Saya sholat Maghrib di masjid itu.
Masjid itu menjadi penopang banyak warga ketika bencana terjadi. Di televisi, pemandangan itu begitu mengharukannya. Warga berkumpul dan berteriak-teriak menyebut Allah.
Kontras dengan kata teman saya: "Bagaimana bencana tidak terjadi, di situ (sambil menunjuk halaman masjid Baiturrahman yang besar) banyak muda-mudi pacaran tiap malam."
*****
Malam menjelang, mata saya silau melihat pemandangan di jalanan kota Banda Aceh. Puluhan kendaraan lalu-lalang dengan kencangnya. Sebuah motor terlihat melaju dengan gilanya. Pengemudinya seorang wanita berjilbab dengan dua boncengan teman perempuan di belakangnya yang juga berjilbab. Ketiganya tidak memakai helm.
Saya dan teman makan malam di sebuah warung seafood sederhana di pinggiran jalan. Di dinding warung itu, terpampang poster tim sepakbola kebanggaan warga Banda Aceh: Persiraja. Pelayan warung berkata: "Semua pemain yang di gambar itu meninggal dunia saat tsunami terjadi."
Selasa, 01 Januari 2013
Kehidupan John Lennon (1970 - 1980): Kebahagiaan dan Kematian
Yoko, Sean, dan John |
Dalam berkeluarga, John juga meraih kebahagiaan bersama Yoko. Terlebih setelah kelahiran buah hati mereka, Sean Lennon, pada 1975. Boleh dikata, bersama Yoko, perilaku John berubah drastis. 'Tak ada lagi perilaku hippies, John malah menjadi aktifis kemanusiaan: menolak Perang Vietnam, menyerukan perdamaian dunia. John juga sangat perhatian terhadap keluarga. Waktunya selalu dihabiskan bersama Yoko dan Sean.
John dan Yoko berpose telanjang |
Cara-cara unik dilakukan John untuk mengabadikan kebahagiaannya bersama Yoko. Salah satunya berfoto bersama Yoko dengan pose telanjang. Dia mengundang fotografer Anne Leibovitz ke apartemennya kemudian mengambil beberapa gambar dimana keduanya telanjang bersama. Foto itu menjadi abadi sekaligus kontroversi. Sebagian foto itu telah dilelang di Balai Lelang Duke.
Hingga pada 1980, kebahagiaan itu berganti kematian. John ditembak mati penggemarnya bernama Mark David Chapman. Di depan apartemennya di New York; di depan istrinya yang sangat mencintainya. John tersungkur berlumur darah. Berita kematiannya segera tersebar ke seluruh Amerika Serikat, Inggris, dan seluruh dunia.
*****
Mark David Chapman |
Terkhusus John Lennon, Chapman menganggap pemikirannya sangat berbahaya bagi agama dan negara, seperti yang dituliskan John dalam lagu Imagine. Chapman kemudian mencetuskan niat gila: membunuh John Lennon. Lirik lagu Imagine dirubahnya, “Imagine John Lennon Dead,” rubah Chapman.
Langkah awal, Chapman terbang dari Hawaii menuju New York pada Sabtu, 6 Desember 1980. Dia kemudian menginap di tempat penginapan murah YMCA, sekira sembilan blok dari apartemen The Dakota, tempat John tinggal bersama istrinya, Yoko Ono, dan anaknya, Sean Lennon.
Chapman memulai aksinya dengan sering modar-mandir di depan apartemen John menggunakan taksi. Dia bahkan membual kepada Mark Snyder, supir taksi yang membawanya, bahwa dia adalah seorang teknisi suara yang menangani album rekaman John.
Minggu, 7 Desember 1980, Chapman kembali mondar-mandir di depan apartemen John. Dia bahkan berpindah tempat inap ke hotel Sheraton Centre yang jaraknya lebih dekat.
Senin sore, 8 Desember 1980, hari ketiga Chapman modar-mandir di depan apartemen John. Kali ini, dia tidak sendiri, dia bersama seorang fotografer amatir, Paul Goresh, yang juga penggemar John. “Saya sudah tiga hari keluyuran disini dan berharap dapat menjumpai Lennon dan meminta tandatangannya,” kata Chapman kepada Goresh.
Sekira pukul 17.00, John dan Yoko keluar dari apartemennya untuk pergi rekaman di studio Record Plant. Chapman mendekati John sambil menyodorkan album baru John, Double Fantasy. John menerimanya dan mencoretkan tandatangannya di atas sampul album itu. Goresh mengabadikan moment itu.
Chapman sangat gembira. “John Lennon menandatangani album saya. Tak seorang pun di Hawaii yang akan percaya kepada saya,” kata Chapman.
John saat menandatangani album Double Fantasy milik Chapman |
John dan Yoko melakukan rekaman untuk lagu baru berjudul Walkin on Thin Ice yang akan dirilis awal tahun baru 1981. Single itu dinyanyikan oleh Yoko; John hanya mengiringinya dengan gitar. Keduanya juga melakukan wawancara dengan RKO radio hingga pukul 22.30 malam.
Selepas rekaman dan wawancara, John dan Yoko berencana untuk makan malam, namun tidak jadi karena John ingin sekali melihat anaknya Sean sebelum tidur. “Jangan! Kita pulang saja, soalnya saya mau melihat Sean sebelum tidur,” kata John. Keduanya kemudian pulang.
Mobil limousine sewaan mereka kembali ke apartemen pada pukul 22.50 malam. Limousine menepi di pinggir jalan. Yoko keluar dari mobil diiringi John. Saat keduanya berjalan dan mendekati pintu gerbang apartemen yang dijaga oleh seorang penjaga, Chapman yang telah lama menunggu memanggil John dengan sopan, “Mr. Lennon!” John berbalik dan Chapman pun melaksanakan niatnya.
Ketika John berbalik ke arahnya, Chapman mengarahkan pistol dengan kedua tangannya ke arah John dan menembaknya lima kali dari jarak dekat. Empat peluru bersarang di pundak John, satu meleset. John sempoyongan dan sempat berjalan enam langkah sambil berteriak, “Saya tertembak!” sebelum dia terjatuh. Tubuh John tergeletak berlumur darah.
Yoko histeris dan menyandarkan kepala John di tangannya. Chapman membuang senjatanya ke tanah yang kemudian ditendang jauh oleh penjaga pintu. “Apakah kau menyadari apa yang kau lakukan?” Tanya penjaga pintu kepada Chapman. “Saya baru saja menembak John Lennon,” jawab Chapman, tenang tapi kebingungan.
Lama kemudian, polisi datang atas panggilan penjaga pintu. Chapman menunggu dengan tenang sambil membaca novel klasik karangan J. D. Silinger, The Catcther in The Rye. Dua orang polisi menggeledah dan memborgol Chapman; dua polisi lainnya memeriksa tubuh John. “Tubuhnya bermandikan darah, semuanya merah. Orang ini sedang sekarat, lekas angkat!” Seru seorang polisi.
John yang setengah sadar lalu diangkat ke jok belakang mobil patroli polisi milik James Moran. “Tahukah siapa Anda?” Tanya Moran hendak menguji kesadaran John. John mengerang sambil menganggukkan kepalanya. Ketika Moran melarikan John ke Roosevelt Hospital yang berjarak 15 blok dari lokasi kejadian, Palma membuntutinya bersama Yoko.
Meskipun John tiba di rumah sakit tanpa detak jantung, tim dokter tetap berusaha menyelamatkan nyawanya menggunakan berbagai prosedur medis. Transfusi darah dan pemijatan jantung diusahakan untuk menyelamatkan jiwanya. Namun semua itu terlambat. John Lennon diumumkan meninggal dunia.
Disaat John dinyatakan telah meninggal dunia di Roosevelt Hospital, Chapman langsung ditangkap oleh petugas dan dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi. Anehnya, saat disuruh menuliskan namanya, Chapman menuliskan John Lennon sebagai namanya. Dia bahkan mengaku membunuh John karena mendapatkan wahyu.
Atas tindakannya, Chapman dihukumi 25 tahun penjara. Sementara Yoko harus berjuang hidup bersama Sean tanpa John. Hingga kini, Yoko tidak pernah memaafkan tindakan Chapman.
Referensi dan foto diambil dari pelbagai sumber.
Langganan:
Postingan (Atom)