Sejak berumur 12 tahun, Muhammad menetap di Mekkah bersama pamannya, Abu Thalib. Sehari-hari, dia mencari kehidupan dengan mengembala kambing, sesekali juga membantu pamannya itu berdagang.
Dalam berdagang, Muhammad menunjukkan etika yang baik. Dia cerdik dalam menjual tapi tidak licik. Jujur dan amanah sangat dipegang teguh oleh Muhammad. Etika baik Muhammad pun tersebar ke mana-mana.
Ikut Perang
Saat Muhammad berusia 15 tahun, meletus perang di Mekah. Perang itu bernama Perang Fijar yang melibatkan antara pihak Quraisy bersama Kinanah melawan pihak Qais Ailan. Muhammad ikut dalam perang itu. Dia membantu mengumpulkan busur (anak panah) untuk dipakai paman-pamannya berperang.
Pascaperang, terjadi perundingan antara kedua belah pihak yang juga dihadiri Muhammad. Perundingan berujung pada kesepakatan: tidak ada satu pun penduduk Mekkah yang dibiarkan teraniaya. Siapa yang teraniaya, harus dibela. Siapa yang menganiaya, harus dihukum.
Dua pengalaman tersebut di atas sangat berharga bagi Muhammad. Perang dan perundingan, dua pengalaman yang kelak mengasah jiwa kepemimpinan Muhammad.
Keliling Berdagang
Etika baik Muhammad dalam berdagang sampai ke telinga Khadijah, seorang pedagang kaya, cantik dan terkenal. Muhammad pun dipercaya memperdagangkan barang-barang milik Khadijah dengan imbalan bagi hasil.
Maka kelilinglah berdagang anak muda Muhammad yang kala itu berumur 25 tahun. Dia berdagang ke Syam dengan didampingi seorang pembantu utusan Khadijah bernama Maisarah.
Hasilnya: Khadijah kagum dengan omzet dagang melimpah yang diperoleh Muhammad. Ditambah cerita-cerita Maisarah perihal etika Muhammad yang sangat baik, itu semakin menambah kekaguman Khadijah.
Menikah dengan Khadijah
Dalam perjalanannya, kekaguman Khadijah kepada Muhammad berubah menjadi cinta dan keinginan untuk menikah dengan Muhammad. Melalui perantara
seorang perempuan bernama Nafisah, Khadijah menyampaikan keinginannya
kepada Muhammad.
Muhammad sepakat. Dia pun menemui pamannya untuk mengutarakan perihal rencana pernikahannya dengan Khadijah itu.
Maka pernikahan pun dilangsungkan. Muhammad yang berusia 25 tahun menikahi Khadijah yang berusia 40 tahun dengan mahar 20 ekor onta muda.
Pernikahan keduanya berlangsung bahagia hingga membuahkan dua orang putra: Qasim dan Abdullah, dan empat orang putri: Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah Az Zahra.
Referensi: Sirah Nabawiyah, karya Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury, hal. 51 – 53.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar