Sekarang, perlahan tenang, bisnis telah diwariskan kepada anak-anak, ponakan-ponakan, dan menantu-menantu. Sekali lagi, tanpa ribut-ribut. Tanpa sengketa.
*****
Secara umum, bisnis keluarga Kalla itu ada dua: satu, Kalla Group yang berbasis di Makassar dengan perusahaan intinya bernama PT Hadji Kalla. Kedua, Bukaka Group yang berbasis di Jakarta dengan perusahaan intinya bernama PT Bukaka Teknik Utama.
Kalla Group adalah pondasi dasar bisnis keluarga Kalla. Didirikan H. Kalla dan istrinya Hj. Athirah pada 1952. Bisnis awalnya adalah jualan tekstil (sarung, kain sutra, dll.), jualan hasil bumi (beras, cengkeh, dll.), dan jasa angkutan antarkota trayek Makassar-Bone.
Di tengah perkembangannya, bisnis itu mengalami krisis akibat peristiwa politik 1965. Sampai-sampai Hj. Athirah harus menjual tabungan emasnya demi membayar gaji karyawan. Bisnis itu pun segera diwariskan kepada Jusuf Kalla, anak lelaki pertama, yang baru saja menikah dengan Mufidah.
Oleh Jusuf, Kalla Group dikembangkan dengan memasuki segala sektor bisnis: otomotif, konstruksi, beton, pendidikan, media, dll. Prinsip Jusuf jelas: dia membangun bisnis yang sesuai kemampuan orang-orang dekatnya dan yang sejalan dengan kebutuhan masyarakat.
Jusuf, misalnya, melihat sahabatnya Aksa Mahmud adalah mantan mahasiswa teknik sipil Unhas yang punya banyak teman jago teknik di Unhas. Jusuf pun mendirikan PT Bumi Karsa dan mem-plot Aksa sebagai bosnya.
Dalam perjalanannya, Aksa yang juga suami Ramlah (adik Jusuf), memilih mundur dari PT Bumi Karsa. Dibantu Jusuf, dia kemudian mendirikan bisnis sendiri yang sekarang terkenal dengan nama Bosowa Group. Sama seperti Kalla Group, Bosowa Group juga bergerak di segala sektor bisnis. Bosowa Group kini telah dikelola oleh anak-anak Aksa yang juga ponakan Jusuf: Erwin, Sadikin, Subhan, dan Melinda.
Contoh lain, Jusuf melihat sahabatnya Alwi Hamu punya hobi di bidang pers. Alwi memang waktu mahasiswa aktif di Pers Unhas. Jusuf pun membantu Alwi membangun koran Fajar.
Beberapa tahun tidak berkembang, Jusuf dan Alwi sepakat menggabungkan Fajar ke Grup Jawa Pos milik Dahlan Iskan. Kebetulan Dahlan lagi ingin membangun koran di Indonesia Timur.
Bersama Jawa Pos, Fajar mampu menjadi grup media terbesar di Makassar dan Indonesia Timur. Meruntuhkan dominasi Pedoman Rakyat.
Terkadang juga Jusuf membangun bisnis karena melihat sesuatu yang menarik di ibukota Jakarta lalu ingin mengadakannya di Makassar. Dia, misalnya, pernah melihat usaha cukur yang bersih dan ber-AC di jalan M.H. Thamrin, Jakarta. Dia mau membangun itu di Makassar.
Maka dibangunlah usaha cukur itu. Bekerjasama dengan beberapa tukang cukur Madura. Sayangnya, usaha itu tidak bertahan lama. Bukan karena jelek atau kemahalan, tapi karena orang tiba-tiba punya kebiasaan gondrong ala personil The Beatles. Yang biasanya cukur sekali dua bulan, jadi sekali enam bulan.
Begitulah perjalanan Kalla Group. Dalam membangunnya, Jusuf melibatkan adik-adik dan sepupunya: Saman, Halim, Natsir, Faridah, Fatimah, Adnan, Afifuddin, Suhaemi, Sam'un, dll. Sekarang, bisnis telah dikelola oleh anak dan ponakannya: Solihin, Imelda, Disa, dan Rani.
*****
Bukaka Group didirikan Jusuf pada 1979 karena melihat potensi insinyur-insinyur muda alumni ITB yang sangat mumpuni, seperti Achmad (adik Jusuf), Fadel Muhammad (Presdir Bukaka sampai 1997), dll.
Selain itu, Bukaka juga dibangun untuk membendung kebiasaan impor barang-barang teknik oleh Pemerintahan Soeharto, padahal -dalam keyakinan Jusuf- barang-barang teknik itu bisa dibuat insinyur-insinyur Indonesia.
Pada 1980, misalnya, Pemerintah butuh banyak mobil pemadam kebakaran. Pemerintah sudah mau mengimpornya, tapi Jusuf melakukan lobi dan meyakinkan Pemerintahan Soeharto: Bukaka bisa membuatnya.
Di sebuah bengkel kecil di daerah Cileungsi, Bukaka pun mulai membuat mobil pemadam kebakaran. Itu menjadi produk pertama Bukaka. Dan sampai sekarang produk Mobil berdesain khusus menjadi andalan Bukaka. Terakhir, mereka berhasil membuat mobil Satgas Covid-19 yang mampu memobilisasi Tim dan menyemprotkan disinfektan.
Contoh lain, pada 1989, setelah Bandara Soekarno Terminal 2 dibangun, dibutuhkan jembatan jalan bagi penumpang ke pesawat. Pemerintah sudah mau mengimpornya, tapi Jusuf lagi-lagi berhasil melobi: Bukaka bisa membuatnya.
Dan ternyata Bukaka berhasil membuat produk itu. Presiden Soeharto sendiri yang langsung memberinya nama: garbarata. Produk garbarata kini menjadi produk andalan Bukaka. Bahkan sudah diekspor ke luar negeri.
Dalam mengelola Bukaka, Jusuf dibantu adik dan sepupunya: Achmad, Suhaeli, Hanif, Anwar, dll. Kini, Bukaka telah dikelola full oleh profesional di bidang teknik. Keluarga hanya menempatkan Afifuddin (anak Suhaeli) di jajaran direksi dan Solihin (anak Jusuf) di jajaran Komisaris.
Achmad dan Suhaeli kini sibuk membangun pembangkit listrik di Sulawesi dan Sumatera. Pun masih menggunakan bendera Bukaka.
Keluarga Kalla (dok. Keluarga) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar