Kamis, 09 Mei 2024

Peluit Wasit

Peluit wasit adalah keputusan tertinggi dalam sepakbola. Kalau sudah bunyi, apapun yang terjadi setelahnya akan terabaikan.

Dalam partai Serie A antara AC Milan lawan Spezia, misalnya. Saat skor 1-1, Anti Rebic memberikan umpan datar yang disambut tendangan keras melengkung oleh Junior Messias. Gol tercipta. 

Sayangnya, saat Rebic memberi umpan, dia di-tackling pemain Spezia dan wasit terlanjur meniup peluit tanda pelanggaran. Gol Messias pun dianulir. 

Para pemain Milan protes. Wasit menyambutnya dengan tangan diangkat dan ekspresi sedih tanda permohonan maaf. Selesai. Sesederhana itu.

Contoh lain: partai La Liga antara Valencia lawan Real Madrid. Di menit akhir, saat skor 2-2, Brahim Diaz memberikan umpan silang ke dalam kotak penalti. Umpan itu disambut sundulan terukur Jude Bellingham. Gol tercipta.

Sayangnya, umpan Brahim bersamaan dengan tiupan peluit panjang wasit tanda pertandingan berakhir. Gol pun dianulir. 

Para pemain Madrid protes keras. Wasit mengabaikannya. Wasit bahkan mengeluarkan kartu merah kepada Bellingham yang dianggap berkata kasar. Selesai. Sesederhana itu.

Semalam pun demikian saat Real Madrid bertemu Bayern Muenchen di Semi Final UCL. Gol Matthis De Light jelas diabaikan wasit karena peluit tanda offside sudah tertiup akibat wasit melihat hakim garis mengangkat bendera tanda offside.

Pemain dan official Muenchen protes keras. Wasit mengabaikannya dan memohon maaf. Selesai. Sesederhana itu.

Tapi kalau di Indonesia: Liga 1, Liga 2 atau Liga Tarkam, a'muruki rupanna wasitka napakamma panjaguru'. Remoi.



Smelter Keluarga Kalla

Pabrik Smelter Ferro Nickel (FeNi) PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS) milik keluarga Kalla sudah selesai dibangun di Bua, Luwu. Saat ini, smelter sedang proses commisioning untuk memastikan semua mesin berjalan maksimal sesuai kapasitasnya.

Smelter BMS mulai digarap pada 2014. Diawali pembebasan lahan, lanjut pembangunan setahap demi setahap, sampai jadilah seperti saat ini di 2024. Pas sepuluh tahun. Lumayan lama.

Kelamaan itu terjadi disebabkan karena keterbatasan dana dan tenaga. Terlebih Manajemen juga fokusnya terpecah karena -di sisi lain- membangun PLTA di Malea, Tana Toraja, memanfaatkan aliran air sungai Saddang. PLTA juga sudah selesai dibangun. Presiden Jokowi meresmikannya awal 2022 silam.

Setelah selesai membangun smelter FeNi, BMS selanjutnya dalam proses membangun pabrik Smelter Nickel Sulfat (NiSo). Target selesai 2025.

*****

Mengapa BMS membangun smelter di Bua yang notabene jauh dari sumber bahan baku? Pilihannya memang dua: bangun dekat sumber bahan baku atau dekat sumber listrik. Pilihan pun jatuh: membangun ditengah-tengahnya. Di antara keduanya.

Dengan membangun smelter di Bua, BMS masih bisa memanfaatkan listrik dari PLTA Malea. Sekira 176 tower transmisi dibangun untuk mengalirkan listrik dari PLTA Malea ke gardu induk smelter di Bua. Lewat jalur Mangkendek, tembus Bastem, lalu ke Bua.

Loh, bukannya listrik PLTA Malea buat dijual ke PLN? Ada dua PLTA yang dibangun di Malea: Malea I (2 x 45 MW) dan Malea II (3 x 75 MW). PLN hanya membeli Malea I. Adapun Malea II dimanfaatkan untuk melistriki smelter. 

Untuk bahan baku utama, seperti nikel ore dan batubara, BMS membelinya dari pelbagai perusahaan tambang. Tentunya yang sesuai spesifikasi pabrik. 

Untuk memperlancar proses mobilisasi bahan baku, BMS membangun jetty di pinggir laut dekat smelter. Karena di antara smelter dan jetty dilintasi jalan trans Sulawesi, BMS pun membangun fly over guna menghubungkan keduanya. Agar pengendara umum tidak terganggu.



Senin, 11 Maret 2024

Budak Bahasa

Panji Pragiwaksono pernah bilang: belajarlah bahasa Inggris. Karena kamu bisa kemana saja di belahan dunia ini kalau kamu menguasai bahasa Inggris.

Hmmm, mungkin Panji lupa bahwa yang bisa membuat kita ke luar negeri itu uang, bukan bahasa. Tiket Garuda ke LA di Traveloka itu bisa terbeli kalau ada saldo rekening, bukan karena kita paham arti kata pay.

Orang Cina dan Indonesia di Morowali sana saja bisa saling berkomunikasi tanpa belajar bahasa masing-masing. Mereka saling tolk tu ich ader pakai aplikasi we chat sama alat translator. Toe.. toe... 😁

Pakai penerjemah juga bisa. Cuma terkadang penerjemah pun bingung. Apalagi kalau Cinanya Cina Gunung, bukan Cina kota. Geleng-geleng kepala, sudah!

Moral dari tulisan ini: cukuplah kita jadi budak kapitalis (uang). Jangan ditambah lagi jadi budak bahasa. 😁 Meskipun harus diakui: kue bagea yang harga Rp 15 ribu satu bungkusan mika bisa berubah menjadi Rp 5 ribu per biji hanya dengan mengubah namanya menjadi cookies. Wkwkwk....

*****

Gambar di tulisan ini sekadar ingin menggambarkan betapa pentingnya menyampaikan informasi dan betapa perlunya bahasa Inggris itu diterjemahkan. Karena jangan sampai pelanggan mengira pig skin itu produk skincare. 😁



Jumat, 16 Februari 2024

Anti Prabowo Prabowo Club

Setelah Prabowo-Gibran menang Pilpres, ada satu kelompok yang pergerakannya layak ditunggu. Saya menyebut kelompok itu: ANTI PRABOWO PRABOWO CLUB. Kubu yang mendukung Prabowo, tapi sebenarnya mereka anti Prabowo. Mereka mendukung Prabowo karena faktor Jokowi.


Contoh: PSI beserta tokoh-tokohnya. Grace Natalie, misalnya, dulu beliau selalu jualan narasi minoritas, radikalisme, dan mengaitkannya dengan Prabowo. Gracenat dan partainya bahkan menganugerahi Prabowo Kebohongan Award. Kini, Gracenat memuji-muji Prabowo. Sikap seperti Gracenat itu, menurut Ahok: "bukan sifat Jokowi."

Contoh lain: Tsamara Amany. Eks PSI itu sebenarnya sudah siap pasang badan buat dukung Ganjar. Tapi karena Jokowi membelot ke Prabowo, dia juga ikut. Padahal dulu Tsamy pernah tegas tidak akan berpihak kepada sosok yang punya masalah HAM. Tapi begitulah politik: apapun makanannya, minumannya tetap air ludah sendiri.



Rabu, 14 Februari 2024

Presiden Baru Indonesia

Pasangan Gemoy menang pilpres. Itu sudah terprediksi sebelumnya dalam berbagai perspektif pilpres yang paling populer. Elektabilitas, mereka teratas. Kejawaan, hanya Ganjar yang bisa melawan. Dan yang paling penting: faktor incumbent, faktor Jokowi. Plus faktor Prabowo.

Faktor kecerdasan, mereka mungkin kalah. Tapi separuh lebih warga Indonesia belum menempatkan kecerdasan di level teratas dalam kriteria pilpres. Mereka masih lebih suka kepopuleran, suka orang Jawa yang memimpin bangsa, dan suka tokoh tertentu. Fanatisme. Itu fakta!

Next, kita bicara masa depan: apa yang menarik kalau Gemoy memimpin bangsa?

SATU, kalau pasangan Gemoy menang Pilpres, ada satu kubu yang pergerakannya layak ditunggu. Saya menyebut mereka: ANTI PRABOWO PRABOWO CLUB. Kubu yang mendukung Prabowo, tapi sebenarnya mereka anti Prabowo. Mereka masuk ke kubu Prabowo karena satu: faktor Jokowi. 

Contoh: PSI beserta tokoh-tokohnya. Grace Natalie, misalnya, dulu beliau selalu jualan narasi minoritas, radikalisme, dan mengaitkannya dengan Prabowo. Doi dan partainya bahkan menganugerahi Prabowo Kebohongan Award. Kini, doi ada di kubu Prabowo. Apa yang akan dilakukannya?

Bersyukur doi sudah tidak lagi menjadi Ketum PSI, tapi menyerahkannya ke Kaesang. Ya, meskipun prosesnya super prematur, kehadiran Kaesang mengubah wajah PSI yang awalnya idealis menjadi humoris. Walau akhirnya banyak idealisme PSI yang gugur, humorisnya Kaesang berhasil menyelamatkannya.

DUA, apakah akan terjadi perpecahan di internal kabinet Gemoy? Itu bisa saja terjadi. Faktor Prabowo dan faktor Jokowi sama-sama kuat. Kalau mereka baku tahan ilmu dan tidak bisa kolaborasi, bisa pecah koalisi. Tapi mudah-mudahan mereka bisa saling melengkapi.

TIGA, menarik menunggu kelanjutan pembangunan IKN dan penampakannya setelah jadi. Apakah akan bermanfaat bagi negara atau tidak? Minimal manfaat ekonomi.

EMPAT, bagaimana nasib penegakan hukum di Indonesia? Harus diakui, periode kedua Jokowi kemarin adalah periode dimana hukum mengalami kemunduran tajam. Mulai dari peristiwa Tol KM50, Sambo, kemunduran KPK, dan ditutup dengan polemik MK. Apakah Gemoy bisa memperbaiki kualitas penegakan hukum? Kita tunggu.

*****

Tapi omong-omong, aneh juga. Setelah 26 tahun reformasi, tiga elemen akhirnya berkumpul: keluarga Soeharto, pejabat orde baru, dan aktifis reformasi. Mereka berkumpul untuk merayakan kemenangan dinasti politik, hal yang mereka pertentangkan dulu. 😁

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang berbicara masa depan," kata Prabowo, Presiden terpilih.

Penegakan hukum sepertinya masih berat. Revolusi mental hanyalah narasi 10 tahun lalu.



Kamis, 08 Februari 2024

Dilema Teknokrat

Kalau kita petakan ilmu menjadi tiga: alamiah, ilmiah (teori) dan terapan (produk jadi), Indonesia selalu mentok di ilmiah. Wabilkhusus perihal teknologi. Full mekanikal maupun elektrikal.

Pun sudah banyak kita dengar kabar tokoh-tokoh Indonesia yang raih gelar akademik mentereng di luar sana, tapi karya ilmiah mereka selalu menjadi arsip. Tidak pernah diterapkan. Tidak pernah diubah menjadi produk jadi yang bermanfaat bagi khalayak.

Mungkin juga karya ilmiah mereka tidak menjadi arsip. Tetap termanfaatkan. Tapi orang lain yang memanfaatkannya. Bukan Indonesia. Bukan pemerintah kita yang notabene membiayai kuliah mereka.

Pernah sekali Habibie membuat N250 Gatot Kaca. Pesawat itu diuji tes dan terbang mulus di langit Halim Perdanakusuma. Tapi langkah pemilik puluhan karya ilmiah di jurnal internasional itu dihentikan pemerintah. Ada yang bilang karena krisis moneter. Ada juga yang bilang: petinggi Boeing menghadap Presiden Soeharto dan muncullah keputusan itu.

Nah, kalau ada teknokrat Indonesia yang nongkrong bekerja di luar negeri, itu hal wajar. Di luar sana, ilmu mereka lebih mudah diterapkan daripada di Indonesia. Fasilitas dan biayanya mumpuni. Di Indonesia, Rp 400 trilliun menguap jadi bansos dalam setahun. Mengadakan makanan di atas meja itu lebih penting dibandingkan mengubah teori menjadi produk jadi.

Minggu, 04 Februari 2024

Keinginan Rakyat Indonesia

Banyak survei telah dilakukan para pakar tentang keinginan rakyat Indonesia. Dan hasil survei itu mengerucut kepada tiga hal: terbukanya lapangan kerja, kenaikan pendapatan yang memenuhi kebutuhan hidup, dan kepastian hukum.


Ringkasnya: cuma masalah ekonomi dan hukum.

*****

Terbukanya LAPANGAN KERJA sudah menemukan solusinya: hilirisasi industri. Beberapa smelter nikel di Sulawesi dan Maluku saja sudah bisa menampung belasan ribu orang.

Kalau hilirisasi industri terus berlanjut, amanlah.

Cuma memang hilirisasi industri jangan cuma menyentuh batubara, sawit, dan nikel saja, industri pangan juga perlu dihilirisasi. Kenapa? Anda boleh percaya; boleh tidak, kacang yang dipakai penjual gado-gado itu kebanyakan impor semua. Bagi saya, itu buruk.

Apakah petani kita tidak jago menanam kacang? Apakah tanah kita tidak cocok dengan tumbuh-kembang kacang? Atau apakah ada kartel komoditi kacang yang bermain? Entahlah.

Dengan adanya hilirisasi pangan, lapangan kerja bisa bertambah lagi. Terlebih industri pangan lebih akar rumput dibandingkan industri lain. Masyarakat lebih mudah mengaksesnya.

Cuma memang tantangannya: anak muda sudah kurang yang mau jadi petani dan pekebun. Mereka lebih mau jadi buruh pabrik.

******

Pun skill anak muda Indonesia sudah all item, multitallent, dan dinamis, persepsi mereka tentang PENDAPATAN (take home pay) masih konservatif: terukur oleh kebutuhan dan gaya hidup; dikendalikan oleh kepastian, bukan kemampuan.

Dulu misalnya, waktu jaman sekolah, kita selalu dituntut berjuang demi cita-cita. Belajar baik-baik, lulus, lalu cari kerja. Namun, di tengah perjuangan, selalu ada dua kata sakti yang mengganggu. Bukan cuma mengganggu, mengubah cita-cita malah. Dua kata sakti itu: ikatan dinas.

Mereka yang sudah sekolah di jurusan fisika, tiba-tiba keluar demi masuk ke sekolah ikatan dinas. Yang awalnya dia berpotensi jadi fisikawan, tiba-tiba berbalik arah jadi pegawai pajak.

Pun kalian konservatif dalam memandang pendapatan, tetaplah bersikap idealis. Jangan materialis. Apa bedanya?

Seorang idealis, ketika dia melakukan sesuatu, akan lebih mementingkan rasa puas di jiwanya dalam bekerja ketimbang materi yang diterimanya. Materi tetap penting, tapi tidak menjadi sentral, sehingga sesuatu yang dikerjakan itu kehilangan maknanya, rasanya, esensinya.

Dalam persepsi yang lebih tegas, kita bisa bilang: orang yang idealis akan melakukan sesuatu yang menjadi kewajibannya secara maksimal, sehingga menimbulkan kepuasan dalam jiwanya. Dan kepuasan itu semakin lengkap ketika dia memperoleh haknya berupa materi yang setimpal.

Dan yang terpenting: orang idealis tidak akan pernah mengambil sesuatu yang bukan haknya, yang di luar haknya, karena itu akan merusak kepuasan dalam jiwanya.

Orang materialis sebaliknya, belum selesai kerja dan melakukan kewajibannya, dia sudah berpikir untuk memperoleh haknya. Yang lebih parah, dia juga berpikir bagaimana memperoleh yang bukan haknya.

*****

KEPASTIAN HUKUM. Ini yang masalah. Bukan masalah kecil, tapi sudah menjadi masalah bangsa. Kualitas pemerintahan Indonesia, dari tahun ke tahun, sama saja: kuat dalam pembangunan, tapi berat dalam masalah hukum.

Kalau Jokowi saat ini membangga-banggakan pembangunan infrastrukturnya: jalanan, jembatan, kereta api, dll, itu hal yang biasa. Soeharto dulu malah digelari Bapak Pembangunan.

Yang menarik, dalam masalah penegakan hukum, tak satu pun Presiden yang pernah dan berani membanggakan diri.

Dulu, kita bisa salut sama SBY karena di eranya, KPK berhasil mengibarkan benderanya. Tapi setelah Jokowi memimpin, terutama di periode kedua, bendera KPK turun menjadi setengah tiang.

Puncaknya, tatkala Jokowi mengobok-obok MK, hukum di Indonesia menjadi tidak ada harga dirinya lagi.

Dino Pati Jalal pernah melakukan survey kepada anak-anak muda perihal optimisme mereka soal penegakan hukum saat Indonesia Emas 2045 nanti. Hasilnya, para anak muda itu pesimis. Hukum nantinya akan masih sama seperti sekarang. Korupsi masih merajalela.