Jumat, 14 Mei 2021

Penyidik Polisi di KPK

Waktu mau dibentuk, KPK kesulitan mencari penyidik bagus di Kepolisian. Cara ninja pun dilakukan: minta tolong kepada Irjen Pol Farouq Muhammad, Gubernur Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), menyeleksi mahasiswanya.

Farouq pun menunjuk beberapa mahasiswanya yang mau selesai pendidikan. Yang menarik, oleh Farouq, para mahasiswa yang polisi itu disuruh meneliti pola korupsi di Kepolisian. Pas libur, mereka disuruh pulang ke kampung masing-masing guna mencari bahan.

Hasilnya nano-nano. Pola korupsi di Kepolisian ramai rasanya: penerimaan harus menyogok, naik pangkat harus menyogok, dan lain-lain. 

Sayangnya, cara ninja ini bocor. Internal Kepolisian ramai dan ricuh. Kapolri Jend. Da'i Bachtiar marah besar. Para mahasiswa itu pun statusnya digantung, tidak dilantik-lantik. 

Sebagai bentuk tanggungjawab, Farouq mendorong semua mahasiswa itu masuk KPK. Jadilah mereka angkatan pertama polisi yang mengabdi di KPK sebagai penyidik.

Rabu, 12 Mei 2021

Cicak Vs Buaya

Ada frasa menarik yang mengatakan bahwa warga negara Indonesia itu terbagi dua: sipil dan militer. Kalau sipil bermasalah, militer menindaki. Tapi kalau militer bermasalah, ya biarlah mereka urus diri sendiri.

KPK sejak awal didirikan Presiden Megawati pada 2002, pun personilnya dihuni beberapa polisi, selalu dianggap sebagai instansi sipil. Oleh karena itu, kerja mereka ya menindaki orang-orang sipil yang korupsi: mulai dari pejabat sipil sampai pengusaha.

Lalu kemudian hal berbeda terjadi pada 2009. KPK mulai menyenggol instansi militer: kepolisian. Sasarannya Kabareskrim Komjenpol Susno Duadji yang diduga terlibat kasus korupsi. 

Susno jelas marah. Sampai-sampai kepada Majalah Tempo dia bilang: cicak kok mau lawan buaya. Cicak dianalogikan sebagai KPK dan buaya adalah polisi. Pernyataan yang kemudian memunculkan jargon: cicak vs buaya.

Ujungnya: Susno diproses hukum oleh Kepolisian dan divonis tiga tahun penjara. Dia sempat melawan dengan mengatakan banyak makelar kasus di internal kepolisian, tapi tuduhan itu berhasil diredam. Susno pun berhenti jadi polisi dan memilih jadi petani.

Pada 2012, KPK kembali menghantam internal kepolisian. Kali ini sasarannya Kakorlantas Irjenpol Djoko Susilo. Objek kasusnya: korupsi pengadaan simulator SIM. Kantor Djoko digeledah dan disegel sama KPK.

Pun ada perlawanan dari internal kepolisian, itu bisa diredam melalui lobi sengit antara Ketua KPK Abraham Samad dengan Kabareskim Komjenpol Sutarman. Akhirnya, KPK berhasil mengadili Djoko. Melalui berkas dakwaan setinggi satu meter lebih, Djoko divonis penjara 15 tahun.

Pada 2019 kemarin, Cicak Vs Buaya mengalami babak baru. KPK diketuai langsung polisi aktif: Komjenpol Firli Bahuri. Banyak yang bilang: KPK sudah tidak independen lagi. Posisinya sama kayak BNN sama BNPT, sama-sama dibawahi kepolisian.

Yang paling rame tentu saja kejadian di bulan Ramadhan 2021 ini. Sebanyak 75 karyawan KPK dinonaktifkan karena tidak lolos tes wawasan kebangsaan untuk menjadi ASN.

Bagaimana kiprah New KPK ke depan? Apakah mereka berani melawan buaya lagi? Kita lihat saja kiprah mereka.

Selasa, 11 Mei 2021

Sjamsul dan New KPK

Sjamsul Nursalim empat kali bikin heboh Pemerintah Indonesia. Pertama pascareformasi silam, pengusaha asal Lampung itu kasih menguap dana BLBI. 

Diutangi negara Rp 47 T buat menyehatkan Bank Dagang miliknya, dia malah bertindak wanprestasi: melakukan transaksi yang cuma menguntungkan dirinya dan menyembunyikan aset bermasalahnya. Ujungnya: Sjamsul dianggap cacat; banknya ditutup.

Ajaibnya pada 2004, Sjamsul dapat Surat Keterangan Lunas dari Pemerintah. Ditandatangani Presiden pula. Berhubung Presiden Megawati merasa tidak tahu-menahu perihal surat itu, maka yang terseret adalah Sjafruddin Temanggung, Ketua BPPN. Sjafruddin dibui 15 tahun. Adapun Sjamsul, tetap lolos. Ajaib, bukan?

Kedua pada 2019, 15 tahun setelah skandal BLBI, KPK menyebutkan nama Sjamsul dalam daftar buronan. KPK, dalam konferensi persnya, mengaku punya dua bukti cukup atas keterkaitan Sjamsul dalam kasus BLBI. 

KPK sudah melayangkan surat pemanggilan kepada Sjamsul. Sayangnya, Sjamsul menghilang. Ada yang bilang sembunyi di Singapura; ada yang bilang lari ke Cina. Entahlah. Yang jelas: hilang.

Ketiga pada 2020, Sjamsul masuk dalam daftar 50 orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes. Kekayaannya sekira Rp 12 T. 

Apa usaha Sjamsul selain Bank Dagang? Dia adalah bos PT Gajah Tunggal, produsen ban GT. Dia juga punya perusahaan ritel yang memegang merek Sogo, Starbucks, Pull & Bear, dll. Dia juga punya saham di beberapa perusahaan di Singapura dan Cina.

Keempat pada 2021, KPK meng-SP3-kan alias menghentikan kasus Sjamsul. Padahal dia masih hidup dan masih banyak potensi asetnya yang bisa disita oleh negara. Tapi begitulah keadaannya. Mau di apa lagi?

Baru kita mau memuji gebrakan Pak Firli yang berani mengorek Sjamsul dan skandal BLBI, eh ternyata berujung antiklimaks. Kalau begini caranya, rasa-rasanya kasus korupsi yang melibatkan kasir kampanye Jokowi-Ma'ruf 2019 bakalan aman-aman saja di Kalimantan sana. 

Kita lihat saja kiprah New KPK yang kini 100 persen dihuni personil berwawasan kebangsaan.

Senin, 10 Mei 2021

Tes Wawasan Kebangsaan

Komedian Arie Kriting bilang: di pelajaran Pendidikan Moral Pancasila dulu, sering digambarkan bahwa salah satu tindakan anak baik adalah membantu nenek-nenek menyeberang jalan.

Arie pun menjadi minder. Seumur hidupnya, dia tidak pernah sekali pun membantu nenek-nenek menyeberang jalan. Dan Arie yakin, banyak anak muda lain yang serupa dengan dia.

Dia kemudian penasaran mengetahui apa penyebabnya. Arie sampai pada kesimpulan: jumlah nenek-nenek lebih banyak dibandingkan jumlah anak baik di Indonesia.

Dan Arie sudah punya rencana di masa depan. Dia mau menguji kesimpulannya itu. Kalau tua nanti, dia mau sering-sering nongkrong di pinggir jalan. Dia mau lihat: stok anak baik masih ada atau tidak?

Jadi, pertanyaan Tes Wawasan Kebangsaannya:

1. Seumur hidup Anda, apakah Anda pernah membantu nenek-nenek menyeberang Jalan?

2. Apakah Anda bersedia membantu nenek-nenek menyeberang jalan?

Bid'ah

Ketika sebuah karya cipta dirilis (tulis, lukis, puisi, lagu, dll.), lalu ada yang mengkritisinya sebagai hasil plagiat, bagaimana reaksi kita? Biasanya kita akan penasaran mencari karya itu, coba menelitinya, dan lalu mencari tahu: mananya yang plagiat?

Itu reaksi yang sangat ideal, bukan? Tentu saja, karena akan membuka ruang diskusi, menciptakan perdebatan yang elok, dan tentu saja banyak pengetahuan yang bisa didapat dari situ. Kalau memang karya itu plagiat sesuai kriteria, kita harus fair mengakuinya.

Sangat tidak ideal kalau kita kemudian bereaksi menyerang si pengkritik. Mengatainya: kau ini sedikit-sedikit plagiat, sedikit-sedikit plagiat. 

*****

Begitu pula soal amalan (ibadah). Kalau ada yang mengkritisi amalan kita bid'ah, reaksi ideal kita: meninjau kembali amalan kita itu, apakah betul bid'ah atau tidak? Apakah tidak ada memang dalilnya atau ada?

Sangat tidak ideal kalau kita kemudian bereaksi menyerang si pengkritik: kau ini sedikit-sedikit bid'ah, sedikit-sedikit bid'ah. Apalagi sampai mengatainya ekstrimis atau radikalis. Atau berafiliasi dengan teroris. Sangat tidak ideal.

Kenapa? Kalau amalan kita bagus, benar, berdasarkan dalil, itu untuk kita, bukan untuk siapa-siapa.

Tauhid

Ketika, dalam sebuah kotak, kita hanya menaruh cincin saja, tidak ada yang lain, itu berarti -secara tindakan- kita telah mentauhidkan cincin itu di dalam kotak. Menjadikannya satu-satunya saja. Tidak ada yang lain.

Kalau kemudian kita taruh yang lain. Gelang, misalnya. Itu berarti kita telah berbuat syirik terhadap cincin itu di dalam kotak. Kita telah menduakannya dengan yang lain.

Sesederhana itu tauhid dan syirik itu.

Kalau kita meyakini rejeki itu dari Allah, kita berusaha dan bekerja saja dengan tenang. Tidak perlu pakai jimat-jimat. Tidak perlu taburi pasir di depan toko saingan. Tidak perlu yang lain-lain.

Rabu, 07 April 2021

Bunuh Diri

Lukman Laksmana pernah mencoba bunuh diri. Vokalis band Superglad itu berada di titik terendah dalam hidupnya. Dia meneguk setengah gelas Baygon dan 16 butir Antimo. 

Gegaranya klasik saja: dia pinjam uang di bank buat bisnis. Sayangnya, bisnisnya bangkrut, kreditnya pun macet. Dia akhirnya depresi berat.

Setelah minum Baygon dan makan Antimo, badannya panas perlahan. Mulai dari kaki sampai ke seluruh badan. Ujungnya, pria yang akrab disapa Buluk itu blackout. Bangun-bangun, dia sudah di kasur rumah sakit. Dia cepat ketahuan dan ditolong keluarganya.

Setelah episode kelam itu, Buluk menata hidupnya kembali. Utang bank dilunasinya setahap demi setahap. Karir bermusik dibangunnya kembali perlahan-lahan.

*****

Lukman yang lain sebaliknya. Dia berhasil bunuh diri. Dengan membawa istrinya, pria Maros itu meledakkan diri di depan Gereja Katedral Makassar. Empat belas orang di sekelilingnya luka berat.

Polisi mengidentifikasi pria 25 tahun dan istrinya itu sebagai teroris. Surat wasiatnya ditemukan. Organisasi tertentu dilekatkan kepada dirinya. Mulai dari yang dekat: JAD, sampai yang jauh: ISIS.

Penyebab bom bunuh dirinya jelas masih misteri. Kalau dia salah tafsir ayat, buku tafsir apa yang dibaca? Kalau dia anggota organisasi tertentu, apa buktinya? Kalau dia terpapar cuci otak ustad, di mana pengajiannya? Kalau dia terpapar video kekerasan di internet, video di situs apa? Penasaran menelusurinya.

Apapun itu, bunuh diri hukumnya haram dalam Islam. Tanpa kecuali. Tanpa alasan.