Pak Habibie dan replika R80 (dok. Tribun) |
Namun apa daya, semuanya buyar. Saat krisis ekonomi 1998 menerpa Indonesia, keuangan negara terganggu. IMF yang turun tangan membantu, memberi syarat yang tidak berpihak: hentikan semua program industri nasional, termasuk IPTN. Pesawat N250 yang dirancang sepuluh tahun oleh insinyur-insinyur lokal itu pun menjadi arsip.
Kini, di usia Habibie yang menginjak 80-an tahun, mimpi membuat pesawat nasional masih menggelora. Rancangan pesawatnya pun sudah ada: R80. Pesawat model ATR bermesin baling-baling itu diproyeksikan melayani rute jarak pendek yang sekarang permintaannya sedang meningkat di pelbagai provinsi di Indonesia.
Ilham Habibie, anak Habibie, menjelaskan beberapa keunggulan R80 dibandingkan pesawat sejenis merk lain: kapasitas penumpang lebih besar, bahan bakar lebih irit, dan bisa mendarat di landasan pacu yang pendek.
Namun tantangan terberat ada pada biaya. Proyek pengadaan R80 butuh dana yang tidak sedikit: sekira Rp 20 trilliun. Pemerintah hanya mampu menyiapkan fasilitas, belum sepakat menyiapkan dana. Warga yang ribut-ribut saweran melalui Kitabisa.com pun baru mampu mengumpulkan Rp 6 milliar, jauh dari yang dibutuhkan.
Apakah mimpi pesawat nasional akan terwujud? Kita lihat saja nanti. Doakan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar