JK [foto: Solichin Jusuf] |
Saat Soekarno menjadi Presiden pada 1945, JK menghabiskan masa kecilnya di kota Watampone, Bone, Sulawesi Selatan. Awal 1950-an, keluarganya pindah ke Makassar, JK pun menjalani masa sekolahnya di Makassar.
Pada 1966, JK menjadi aktifis mahasiswa dan Ketua organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang lantang mengritisi pemerintahan Soekarno hingga lengser setahun kemudian. Nama JK pun terukir dalam jajaran aktifis ‘66 bersama Akbar Tanjung, Mar’ie Muhammad, Nurcholis Madjid, Soe Hok Gie dan lainnya.
Saat Soeharto menjadi Presiden menggantikan Soekarno pada 1967, JK telah selesai menempuh pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar. Di tahun yang sama, JK juga menikahi Mufidah dan mewarisi perusahaan ayahnya, NV Hadji Kalla Trading Company.
Selama 21 tahun, JK tidak bersentuhan sama sekali dengan pemerintahan Soeharto. JK sibuk mengembangkan perusahaannya dan menjadi ayah dari lima anak: Muchlisa, Muswira, Imelda, Solichin dan Chaerani.
Baru pada 1988, JK memulai karirnya di pemerintahan Soeharto dengan menjadi anggota MPR. Jabatan itu terus berlanjut hingga Presiden Soeharto jatuh pada 1998 karena gerakan reformasi dan posisinya digantikan oleh BJ Habibie.
Pascareformasi, saat Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden pada 1999, JK ditunjuk menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Saat Gus Dur jatuh dan digantikan Megawati Soekarno Putri pada 2001, JK ditunjuk menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.
Saat Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden pada 2004, JK menjadi wakilnya. Saat SBY menjadi Presiden lagi untuk kedua kalinya pada 2009, JK menjadi Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) sampai sekarang.
Itulah JK yang memiliki pengalaman merasakan semua era kepresidenan. Sayang JK gagal menggenapkan pengalamannya dengan merasakan era kepresidenannya sendiri.
JK menceritakan: “Hidup saya itu selalu berjenjang. Waktu di organisasi kemahasiswaan, saya mulai dari anggota kemudian sekjen, kemudian bendahara dan terakhir sebagai Ketua.”
“Di perusahaan, saya mulai dari karyawan, kemudian naik menjadi manajer, kemudian Direktur Utama dan terakhir Komisaris.”
“Di pemerintahan, saya menjadi menteri, kemudian menko, kemudian wakil Presiden. Cuma satu yang kurang. Sekiranya jadi Presiden, lengkap betul hidup ini.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar