Minggu, 14 Juli 2013

Kehidupan Nabi Muhammad (583 - 596): Ikut Perang, Keliling Berdagang, dan Menikah dengan Khadijah

Sejak berumur 12 tahun, Muhammad menetap di Mekkah bersama pamannya, Abu Thalib. Sehari-hari, dia mencari kehidupan dengan mengembala kambing, sesekali juga membantu pamannya itu berdagang.

Dalam berdagang, Muhammad menunjukkan etika yang baik. Dia cerdik dalam menjual tapi tidak licik. Jujur dan amanah sangat dipegang teguh oleh Muhammad. Etika baik Muhammad pun tersebar ke mana-mana.

Ikut Perang
Saat Muhammad berusia 15 tahun, meletus perang di Mekah. Perang itu bernama Perang Fijar yang melibatkan antara pihak Quraisy bersama Kinanah melawan pihak Qais Ailan. Muhammad ikut dalam perang itu. Dia membantu mengumpulkan busur (anak panah) untuk dipakai paman-pamannya berperang.

Pascaperang, terjadi perundingan antara kedua belah pihak yang juga dihadiri Muhammad. Perundingan berujung pada kesepakatan: tidak ada satu pun penduduk Mekkah yang dibiarkan teraniaya. Siapa yang teraniaya, harus dibela. Siapa yang menganiaya, harus dihukum.

Dua pengalaman tersebut di atas sangat berharga bagi Muhammad. Perang dan perundingan, dua pengalaman yang kelak mengasah jiwa kepemimpinan Muhammad.   

Keliling Berdagang
Etika baik Muhammad dalam berdagang sampai ke telinga Khadijah, seorang pedagang kaya, cantik dan terkenal. Muhammad pun dipercaya memperdagangkan barang-barang milik Khadijah dengan imbalan bagi hasil.

Maka kelilinglah berdagang anak muda Muhammad yang kala itu berumur 25 tahun. Dia berdagang ke Syam dengan didampingi seorang pembantu utusan Khadijah bernama Maisarah.

Hasilnya: Khadijah kagum dengan omzet dagang melimpah yang diperoleh Muhammad. Ditambah cerita-cerita Maisarah perihal etika Muhammad yang sangat baik, itu semakin menambah kekaguman Khadijah.

Menikah dengan Khadijah
Dalam perjalanannya, kekaguman Khadijah kepada Muhammad berubah menjadi cinta dan keinginan untuk menikah dengan Muhammad. Melalui perantara seorang perempuan bernama Nafisah, Khadijah menyampaikan keinginannya kepada Muhammad.

Muhammad sepakat. Dia pun menemui pamannya untuk mengutarakan perihal rencana pernikahannya dengan Khadijah itu.

Maka pernikahan pun dilangsungkan. Muhammad yang berusia 25 tahun menikahi Khadijah yang berusia 40 tahun dengan mahar 20 ekor onta muda.

Pernikahan keduanya berlangsung bahagia hingga membuahkan dua orang putra: Qasim dan Abdullah, dan empat orang putri: Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah Az Zahra. 

Referensi: Sirah Nabawiyah, karya Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury, hal. 51 – 53.

Sabtu, 13 Juli 2013

Kehidupan Nabi Muhammad (571 - 583): Lahir dengan Tanda-Tanda Kenabian

Kelahiran dan Penamaan
Senin pagi, 22 April 571, seorang bayi laki-laki lahir di Mekkah dari seorang ibu bernama Aminah. Bayi laki-laki itu lahir dalam keadaan yatim sebab ayahnya Abdullah telah wafat.

Aminah kemudian mengutus seseorang untuk menyampaikan kabar gembira kelahiran bayinya itu kepada Abdul Muththalib, ayah suaminya Abdullah. Ayahnya pun segera datang dengan perasaan suka cita untuk melihat cucunya.

Abdul Muththalib dengan rasa bahagia menggendong cucunya dan membawanya masuk ke dalam Ka’bah. Di dalam Ka’bah, dia memberi nama Muhammad kepada cucunya, sebuah nama yang belum pernah ada yang memiliki sebelumnya.

Nama Muhammad berasal dari kata Al hamdu: yang terpuji. Sering juga disebut Ahmad: yang paling terpuji.

Diasuh Halimah dan Peristiwa Pembelahan Dada
Wanita pertama yang mengasuh dan menyusui Muhammad adalah Tsuwaibah lalu kemudian Halimah. Halimah menceritakan bahwa banyak keberkahan yang diperolehnya saat mengasuh Muhammad.

Pada saat Halimah pertama kali menerima dan menggendong Muhammad, dia seperti tidak merasakan beban apa-apa. Dia pun menuju keledainya dan membawa pergi Muhammad. Keledainya yang telah berjalan cukup jauh terlihat sangat kuat dan perkasa, tanpa lelah sedikit pun.

Setiba di rumahnya, di daerah Bani Sa’d. Halimah melihat bahwa tanah di tempatnya tumbuh dengan sangat subur; domba-domba peliharaannya pun terlihat sangat kenyang dan sehat. Sangat berbeda dengan domba-domba peliharaan tetangganya.

Di bawah asuhan Halimah, Muhammad tumbuh dengan baik. Bahkan di umur dua tahun, pertumbuhannya sangat pesat dibandingkan anak-anak yang lain. Hingga pada saat berumur empat tahun, terjadilah peristiwa besar terhadap Muhammad.

Pada saat Muhammad sedang bermain bersama teman-temannya, Malaikat Jibril datang dan memegangnya. Jibril kemudian menelengtangkannya dan membelah dadanya. Hati (segumpal darah) dikeluarkan dari dadanya. Jibril mengatakan, “Ini adalah bagian setan yang ada pada dirimu.”

Jibril mencuci hati (gumpalan darah) itu dengan air zamzam dalam baskom emas. Setelah dicuci, Jibril memasukkan dan menatanya kembali ke tempat semula.

Teman-teman Muhammad berlarian dan berteriak, “Muhammad telah dibunuh!” Para ibu pun, dengan perasaan panik, datang menghampiri Muhammad. Mereka menemukan Muhammad dalam keadaan baik dan bahkan dengan wajah yang semakin berseri.

Kembali ke Ibu Hingga Menjadi Yatim-Piatu
Setelah peritiwa itu, Halimah menjadi takut. Dia pun mengambil keputusan untuk mengembalikan Muhammad ke pangkuan ibu kandungnya, Aminah. Muhammad pun hidup bersama Aminah.

Suatu ketika, Aminah merasa perlu mengenang suaminya, Abdullah. Dia pun pergi dari Mekkah untuk menziarahi kuburan suaminya di Madinah bersama Muhammad dan pembantu wanitanya, Ummu Aiman. Mereka menetap di Madinah selama satu bulan.

Dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Mekkah, Aminah jatuh sakit dan kemudian wafat. Dia wafat di Abwa’, daerah antara Madinah dan Mekkah.

Diasuh Sang Kakek dan Paman
Sepeninggal ibunya, Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Muththalib. Muhammad diasuh dengan penuh kasih sayang oleh kakeknya. Bahkan, Abdul Muththalib lebih mengutamakan Muhammad daripada anak-anaknya sendiri.

Pada saat Muhammad berusia delapan tahun, Abdul Muththalib wafat. Sebelum wafat, dia menitipkan pesan bahwa pengasuhan Muhammad diserahkan kepada pamannya, Abu Thalib, yang merupakan saudara kandung dari ayah Muhammad, Abdullah.

Sama seperti Abdul Muththalib, Abu Thalib mengasuh Muhammad dengan penuh kasih sayang. Dia juga lebih mementingkan Muhammad dibandingkan anak-anaknya sendiri. Bahkan Abu Thalib rela menjalin permusuhan demi melindungi Muhammad.

Pekerjaan dan Tanda Kenabian
Masa remaja Muhammad banyak dihabiskan dengan bekerja sebagai pengembala kambing. Dari pekerjaan itu, dia memperoleh beberapa imbalan dinar.

Pada saat Muhammad berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajaknya pergi berdagang ke Syam, hingga tiba di Bushra.

Di Bushra, keduanya bertemu dengan seorang rahib Yahudi bernama Bahira. Rahib Bahira menghampiri Muhammad dan memegang tangannya sambil berkata, “Anak ini adalah pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam!”

Abu Thalib bertanya, “Dari mana engkau tahu hal itu?” Rahib Bahira menjawab, “Sebenarnya sejak kalian tiba di Aqabah, tak ada bebatuan dan pepohonan pun melainkan mereka tunduk bersujud. Mereka tidak sujud melainkan kepada seorang Nabi. Aku bisa mengetahui dari stempel nubuwah yang ada di bagian bawah tulang bahunya, yang menyerupai buah apel. Kami juga bisa mendapati tanda itu dalam kitab kami.”

Referensi: Sirah Nabawiyah, karya Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury, hal. 45 – 51.

Jumat, 05 Juli 2013

Dalam Kenangan, Usman (Renungan Menjelang Ramadhan)

Ada yang tidak bisa penulis lupa saat kuliah dulu. Seorang sahabat, Usman namanya. Sahabat kuliah, sahabat diskusi, dan kalau ada tingkatan di atas sahabat, pasti dia akan menempatinya.

Usman telah wafat. Waktunya kapan, penulis sudah lupa. Sesaat menjelang subuh, sebuah truk menabraknya saat mengendarai motor di depan Pesantren Immim Makassar, sepulang dari membeli bekal untuk sahur.

Tubuh Usman terpental; kepalanya terbentur keras di aspal jalanan; motornya rusak parah. Tubuh Usman segera dilarikan ke RS Dr. Wahidin Sudirohusodo yang kebetulan dekat dengan lokasi kejadian.  

Siang hari saat penulis menjenguknya di rumah sakit, darah ‘tak berhenti mengalir keluar dari kepalanya. Sungguh miris melihatnya dalam keadaan seperti itu. Ditambah melihat pemandangan duka keluarganya yang jauh datang dari Takalar.

Hingga mendung menginjak senja, Usman ‘tak kuasa lagi. Dia akhirnya menghembuskan nafas terakhir, kembali kepada-Nya.

*****

Mati tidak mengenal usia! Penulis semakin menyadari itu saat kematian Usman. Badannya yang cukup kekar dan semangatnya yang menggebu-gebu 'tak cukup untuk menahan kemauan Sang Pemilik manusia untuk mencabut nyawanya. 

Sebab, hidup hanyalah pergulatan ruang dan waktu dimana kematian akan mengakhirinya, kapan pun itu! Dan kemudian, kita pun kembali kepada-Nya.

Untuk sahabatku Usman, semoga dosa-dosamu diampuni-Nya dan semoga amal-amalmu diterima di sisi-Nya!

Sabtu, 29 Juni 2013

Ahmadiyah

Pada 2001 silam, penulis bersama teman-teman SMA mengunjungi sebuah panti asuhan di jalan Anuang nomor 112 Makassar. Panti asuhan itu cukup besar. Berada dalam satu kompleks luas bersama masjid dan kantor.

Beberapa waktu lalu, kompleks bangunan itu diserang oleh Forum Pembela Islam (FPI) Makassar. Kenapa? Ya, di kompleks itulah Ahmadiyah Makassar bermarkas. Aliran yang dicap sesat dan menyesatkan.

Ketika penulis bekerja di Fajar TV Makassar, seorang pemuda bertampak alim datang dengan maksud mengajukan kerjasama penyiaran. Dia mengaku perwakilan Muslim TV, perusahaan televisi Islam internasional yang berpusat di 16 Gressen Hall Road SW 18,5 QL London, Inggris.

Intinya, pemuda itu ingin memutar karya dokumentasi Muslim TV dengan membayar sejumlah rupiah. Dia lalu memberikan contoh karya dokumentasinya dalam bentuk CD. Di stiker CD itu tertera logo MTA, singkatan dari Muslim TV Ahmadiyah.

Dalam perjalanannya, kami tidak saling sepakat bekerjasama. Namun, penulis masih menyimpan CD itu hingga kini.

Apa isi CD itu? CD itu berisi profil Khalifatul Masih IV Ahmadiyyah, Mirza Tahir Ahmad, saat berkunjung ke Indonesia Juni 2000 silam. Mirza Tahir Ahmad kemudian wafat pada 2003.

Dalam kunjungan ke Indonesia itu, Mirza Tahir Ahmad melakukan beberapa aktifitas: bertemu Amin Rais (ketua MPR RI saat itu), menjadi keynote speaker dalam Seminar Islam di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan menemui para pengurus Ahmadiyah.

Selama beraktifitas di Indonesia, sang Khalifatul Masih IV dan rombongannya dikawal oleh polisi.


*****

Mirza Ghulam Ahmad dan pengikut Ahmadiyah (alislam.org)
Apa itu Ahmadiyah? Ahmadiyah adalah organisasi Islam yang didirikan Mirza Ghulam Ahmad. Kepada pengikutnya, Mirza Ghulam Ahmad menyatakan dirinya sebagai pemilik nafas Al Masih (cahaya) dan pewaris tahta Imam Mahdi, Imam akhir zaman yang dijanjikan oleh Nabi Muhammad. 

Pernyataan tersebut kemudian menjadi akidah utama jema'at Ahmadiyah. Selanjutnya, pemimpin Ahmadiyah diberi gelar Khalifatul Masih yang berarti pemimpin yang mewarisi nafas Al Masih (cahaya) dan pewaris tahta Imam Mahdi, Imam akhir zaman.

Dalam perkembangannya, setelah Mirza Ghulam Ahmad meninggal pada 1908, Ahmadiyah sudah dipimpin lima orang Khalifatul Masih hingga hari ini: Hakim Maulana Nuruddin (1908-1914), Alhaj Mirza Bashiruddin Mahmod Ahmad (1914-1965), Hafiz Mirza Nasir Ahmad (1965-1982), Mirza Tahir Ahmad (1982-2003), dan Mirza Masroor Ahmad (2003-sekarang).

Setiap jema’at Ahmadiyah wajib berba’iat setia mengikuti sang Khalifatul Masih. Saat ini, sekira 150 juta orang yang tersebar di 174 negara di seluruh dunia telah berbaiat setia kepada sang Khalifatul Masih.

Berikut syair bai’at setia yang penulis kutip dari isi CD:

Oh cahaya tercinta; Pemilik nafas Al Masih
Pewaris Tahta Mahdi, Imam Zaman

Oh Penghulu, Oh Sang Dermawan
Penuntunku penuh kemurahan

Demi Tuhan kami, kami berbai’at setia kepadamu
Kau telah menjadi milik kami, kami telah menjadi milikmu

*****

Dari pengalaman di atas dan dari isi CD, penulis berkesimpulan: satu, Ahmadiyyah adalah organisasi besar bertaraf internasional yang sudah lama berdiri. Bahkan lebih besar dari Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama.

Dua, Ahmadiyah adalah organisasi yang digerakkan dengan dana besar. Kalau mereka tidak punya dana besar, mana mungkin mereka mampu membuat production house televisi.

Tiga, Pemerintah Republik Indonesia dan jajarannya (pejabat, polisi, dan lainnya) sudah lama mengenal dan mengetahui Ahmadiyah, baik secara organisasi maupun pergerakan.

Empat, cendikiawan muslim Indonesia juga sudah bergaul dengan para ulama-ulama Ahmadiyah, salah satunya Amien Rais yang saat itu menjabat sebagai Ketua Muhammadiyah, organisasi yang mengharamkan Ahmadiyah.

Lima, salah satu aqidah jema'at Ahmadiyah adalah menganggap pemimpin mereka sebagai pemilik nafas Al Masih dan pewaris tahta Imam Mahdi, imam akhir zaman.

Dari pemaparan di atas, penulis berharap pembaca secara sendirinya bisa menilai Ahmadiyah, apakah berada di jalan yang lurus atau sesat.

Rabu, 29 Mei 2013

Lumpur Porong

Lumpur Porong (foto: detik.com)





     











Matahari murung di langit Porong
Tanah dan hati dimuntahi bumi
Mungkinkah matahari tersenyum?
Sementara segala kehidupan telah menjadi kubangan

Minggu, 19 Mei 2013

Robert Kearns, Ilmuwan yang Melawan Korporasi Raksasa

Robert Kearns dan temuannya
Banyak hal-hal di dunia ini yang lebih penting dari uang. Prinsip itu dipegang teguh oleh Robert Kearns, seorang Doktor di bidang teknik pada Case Western Reserve University.

Maka ketika temuannya yang telah dipatenkan berupa kipas kaca intermittent (windscreen wiper) pada mobil dibajak oleh Ford Motor Company, dia berjuang menuntutnya. Tawaran uang damai yang menggiurkan dari Ford ditolaknya.

Kearns hanya menginginkan satu hal: temuannya diakui publik dan Ford harus meminta maaf kepada publik melalui media karena telah mencuri idenya. Ford menolaknya. Dan hukum dan perjuangan untuk keadilan pun berlanjut melalui pengadilan.

Butuh 12 tahun bagi Kearns untuk memperjuangkan keadilan atas dirinya. Dalam kurun waktu itu, dia sempat menjadi gila sesaat, waktunya untuk keluarga tidak ada, dan bahkan dia harus berpisah dengan istrinya.

Yang paling menarik, semua pengacara yang membelanya mengundurkan diri. Pengacara itu beralasan sulit mengalahkan korporasi raksasa secara hukum. Kearns pun berjuang sendiri di pengadilan dibantu anak-anaknya.

Perjuangan Kearns berujung sukses. Ford dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus membayar 10 juta dollar kepada Kearns. Dalam perjalanannya, Chrysler Corporation yang juga memakai ide Kearns diwajibkan membayar 18,5 juta dollar kepada Kearns.

Kearns mendapatkan semuanya: keadilan dan kesejahteraan, sebelum dia meninggal dunia pada 2005 di usia 77 tahun. “Ini bukan soal uang, tapi soal salah dan benar,” kata Kearns.

Kipas kaca intermittent adalah teknologi yang berguna menghapus kaca ketika hujan. Kini, teknologi itu dipakai oleh ratusan juta mobil di dunia. Tidak hanya mobil, tapi juga  kereta api dan kapal laut.

Referensi: Artikel Flash of Genius, oleh John Seabrook (dimuat di The New Yorker dan difilmkan oleh Marc Abraham dengan judul yang sama).

Kamis, 16 Mei 2013

71 Tahun Jusuf Kalla

JK (lukisan hadiah Universitas Brawijaya)
Tokoh Di Balik Ujian Nasional
Ribut-ribut soal Ujian Nasional, ternyata Jusuf Kalla adalah salah satu tokoh dibaliknya. Kala itu, di tahun 2002, JK menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra). Dia bersama Malik Fajar, Menteri Pendidikan kala itu, berdiskusi tentang kualitas pendidikan nasional.

Singkat cerita, JK merasa prihatin melihat kurangnya mahasiswa asal Indonesia Timur yang berkuliah di universitas bergengsi di pulau Jawa. JK merasa kualitas pendidikan di Indonesia tidak merata. Untuk meratakan pendidikan di Indonesia, JK melihat bahwa satu-satunya jalan adalah dengan meningkatkan kualitas UN.

Kebijakan taktis pun diambil JK: dia mengutus stafnya di Menko Kesra untuk studi banding melihat UN di beberapa negara tetangga, di antaranya Malaysia, Singapura, dan lainnya. Hasilnya: sejak 2003, standar nilai kelulusan UN meningkat; soal yang diujikan juga semakin tinggi tingkat kesulitannya. Kebijakan itu berlangsung hingga kini. UN pun menjadi momok yang menakutkan.

Hasil dari kebijakan itu, muncul pro-kontra. Beberapa pernyataan sinis terlontar terkait kebijakan itu. Salah satunya: kelulusan idealnya ditentukan oleh guru di sekolah karena merekalah yang mengikuti proses belajar dan perilaku seorang siswa, bukan UN. JK menjawabnya, "Guru mengujikan apa yang telah diajarkannya kepada siswanya, sedangkan UN mengujikan apa yang seharusnya diketahui oleh seorang siswa."

Membawa PMI Mendunia
JK menjadi Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) sejak 2009. Praktis, sudah empat tahun JK mengelola lembaga sosial bercap pemerintah itu. Apa yang telah dilakukan JK?

Pertama, JK telah menabuh gaung eksistensi PMI dengan keras. Eksistensi PMI pun lebih menonjol dan antusias, terutama dalam menangani bencana. Sederhananya, PMI lebih disegani. Yang paling menarik: JK membawa aktifitas donor darah ke dalam mall. Donor darah pun menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Kedua, JK berusaha membuat PMI mandiri secara finansial. Entah bagaimana cara taktis dan strategisnya, mungkin pengakuan anggota PMI ini bisa menjawabnya, "Wah, mantap PMI sekarang, dananya lancar."

Ketiga, JK membawa PMI mendunia. Terakhir, PMI menjadi lembaga sosial pertama yang berhasil menembus blokade Junta Militer Myanmar dan menolong pengungsi di Rohingya.

Menikahkan Anak Bungsu
Dari lima anak kandung JK, sisa satu yang belum menikah, yaitu Chairani atau akrab disapa Ade. Menikahkan anak bungsunya itu jelas menjadi impian JK di usianya yang akan genap 71 tahun pada Rabu, 15 Mei, mendatang.

JK-Ade (dok. keluarga Kalla)
Sepertinya impian itu akan terwujud. Ade yang kini berusia 32 tahun telah menemukan idaman hatinya dalam diri Marah Laut, putra bungsu dari sutradara besar Arifin C. Noer.

Acara lamaran pun telah dilangsungkan. Dan jika JK berusia panjang, hidupnya tentu akan lebih lengkap setelah menikahkan putri kesayangannya itu.

Tujuh Gelar Doktor Honoris Causa
 Secara reguler, JK hanya memperoleh satu gelar akademik, yaitu Dokturandus (Drs.). Gelar itu diperolehnya saat menyelesaiakan kuliah strata satu di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar. Namun, secara penghormatan, JK ternyata telah memperoleh tujuh gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa).

Gelar Doktor pertama diperoleh JK dari Malaya Universiti Malaysia pada 21 Juli 2007. Kebijakan JK memajukan perekonomian Indonesia dengan mencabut subsidi BBM dianggap sangat baik.

Dr. JK (dok. merdeka.com)
Datuk Rafiah Salim, Naib Canselor Malaya Universiti, berkata: “Kalla sukses bermetamorfosis dari aktivis mahasiswa, pengusaha, politisi, menjadi negarawan. Kekuatan itulah yang membuat Kalla sukses menjadi arsitek ekonomi untuk membawa ekonomi Indonesia mendekati masa-masa sebelum krisis ekonomi 1997.”

Gelar Doktor kedua diperoleh JK dari Soka University Jepang pada 2 Februari 2009. Kali ini JK memperoleh gelar Doktor di bidang perdamaian. JK dianggap mampu mengupayakan penyelesaian konflik di beberapa daerah yang rawan, seperti Poso, Ambon, dan Aceh.

Gelar Doktor ketiga diperoleh JK dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada 17 Maret 2011. JK dianggap berkontribusi dalam bidang Pendidikan Kewirausahaan.

Ketua Tim  Promotor UPI, Prof. Dr. H. Suryana, berkata, “Dari aspek akademis maupun non-akademis, saudara Jusuf Kalla tidak diragukan lagi, bahkan beliau adalah tokoh yang memiliki karakter disiplin, loyal, dan menunjukkan kepribadian yang selalu menghargai jati diri bangsa.”

Gelar Doktor keempat diperoleh JK dari Universitas Hasanuddin Makassar pada 10 September 2011. Kali ini JK dianggap memiliki peran penting dalam ekonomi-politik.

Prof. Basri Hasanuddin, mantan Rektor Universitas Hasanuddin yang juga Promotor penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan kepada JK, mengatakan, “Ada tiga alasan utama  penganugerahan gelar Doktor Kehormatan yang akan dilakukan Unhas kepada Wakil Presiden RI kesepuluh itu:

Pertama, pandangan masyarakat tentang ketokohan JK selama ini.

Kedua, pandangan JK tentang ekonomi cukup signifikan yang terungkap dalam berbagai komentar dan kebijakan yang ditempuhnya, khususnya selama menjabat Wakil Presiden RI. Terobosan tersebut kemudian melahirkan ikon “Kallanomic”.

Ketiga, lanjutnya, apa yang dilakukan JK dengan pikiran-pikirannya dan menjaga hubungan antara pemerintah dengan DPR. Jalan yang ditempuh JK adalah dengan merebut kursi pimpinan Partai Golkar, sehingga hubungan antara pemerintah dengan DPR pada masa jabatannya tidak mengalami hambatan.”

Gelar Doktor kelima diperoleh JK dari Universitas Syiah Kuala Aceh pada 12 September 2011. JK dianggap berkontribusi dalam bidang perdamaian, terkhusus di Aceh.

Gelar Doktor Keenam diperoleh JK dari Universitas Brawijaya Malang pada 8 Oktober 2011. JK dianggap memiliki kontribusi dan pemikiran yang andal dalam bidang ekonomi dan bisnis.

Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (UB), Dr  Khusnul Ashar, mengatakan, “Kalla dinilai memiliki visi dan misi yang sama dengan fakultas ekonomi dalam pengembangan ekonomi di Tanah Air."

Gelar Doktor ketujuh diperoleh JK dari Universitas Indonesia pada 9 Februari 2013. JK dianggap berkontribusi dalam bidang kepemimpinan.

Menurut Djoko Santoso, Rektor UI, “Jusuf Kalla merupakan contoh pemimpin yang transformasional saat berkiprah dalam pemerintahan, partai, maupun organisasi masyarakat dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi pemimpin lainnya.”

Kalau Menjadi Presiden
“Seandainya jadi Presiden, lengkap betul hidup ini.” Itulah kata-kata JK saat gagal dalam Pemilihan Presiden 2009 silam. Dan tentu menjadi pertanyaan: apakah di usianya kini, JK akan maju lagi pada Pilpres 2014 mendatang?

Kalau JK maju, itu berarti umurnya telah menginjak 72 tahun. Sebuah umur yang sudah sangat tua tentunya. Umur yang, bagi orang berpemahaman konservatif, sebaiknya digunakan untuk menikmati masa tua: duduk-duduk di teras dan bercanda bersama cucu-cucu.

Namun sepertinya JK bukan orang yang seperti itu. JK adalah seorang aktifis sejati. Dan bicara umur, JK pernah bilang, “Kalau ada yang melarang orang-orang tua jadi Presiden, itu bukan lagi demokrasi namanya.”

Terkait kesehatan di usia tua, dokter istana saja kagum melihat kebugaran JK. Cara JK menjalankan aktifitasnya tidak kalah dengan anak muda, bahkan lebih aktif. Hal itu diakui Yadi Jentak, asisten pribadi JK.

Yadi pernah terpaksa mengganti sepatu boat bertalinya dengan sepatu tanpa tali yang simple. Alasan Yadi sederhana saja: kalau dia selesai sholat dan sementara mengikat sepatunya, JK sudah melangkah jauh meninggalkannya.

Kalau JK menjadi Presiden, ya kita tunggu saja.

Sebuah Gambar Sebuah Cerita

JK muda (dok. Kalla Group)
JK berbicara di ruang kerjanya (dok. Kalla Group)
Keluarga Kalla (dok. Keluarga Kalla)
Keluarga Kalla (dok. Keluarga Kalla)
Jajaran Direksi Kalla Group (dok. Kalla Group)