Jatuhnya Pesawat



Jatuhnya Pesawat
Beberapa tahun lalu, kita bersedih. Sebabnya, sebuah berita: seorang lelaki dibakar hidup-hidup karena dituduh maling.
Padahal belum jelas, apakah betul lelaki itu malingnya. Tapi orang-orang terlanjur mencap dan kemudian terjadilah tindakan bar-bar yang membuat kita bersedih itu.
Di media sosial, Saya beberapa kali membaca sebuah artikel opini. Penulisnya secara meyakinkan menuduh orang tertentu sebagai maling.
Setelah Saya baca artikelnya sampai habis, tidak jelas juga apa yang dicuri. Terus, tidak ada alasan atau bukti kuat juga yang mengarahkan bahwa orang tertentu itu malingnya.
Yang menarik, artikel itu banyak yang like. Bahkan love. Terus ada juga yang mencap dan menghardik orang yang dituduh maling di kolom komentar.
Sederhananya: terjadi pembunuhan karakter secara berjamaah.
Mungkin orang bisa bilang: bedalah antara membakar hidup-hidup dengan membunuh karakter. Tapi orang harus ingat, sebabnya sama: menuduh orang.
![]() |
Mohammad Ramdhan Pomanto itu Makassar sekali, meskipun bapaknya asli Gorontalo. Bayangkan, lelaki yang akrab disapa Danny itu lahir di Makassar. Besar di Makassar. Sekolah di Makassar. Kerja di Makassar. Menikah dan punya anak di Makassar.
![]() |
Gibran dan Bobby (dok. Kristianto Purnomo, KOMPAS) |
Ketika Pemerintahannya berjalan 10 tahun, Pak Harto -dengan kekuasaannya- bisa saja mengangkat Noto Suwito, adiknya, yang lurah di Kemusuk menjadi Gubernur Jawa Tengah. Siapa yang berani melarangnya? Tapi Pak Harto tidak mau. Dia Jawa tulen. Paham roso. Ngerti Tepo Seliro. Sangat menghargai hirarki. Dia mau adiknya berusaha dari bawah. Masih banyak orangtua yang hebat di atasnya.
Andi Muchtar Ali Yusuf. Pria kelahiran Tanete 58 tahun lalu itu adalah calon Bupati terkaya keempat pada pemilihan 2020. Kekayaannya, sesuai rilisan KPK, senilai Rp 287 milliar. Maklum saja, alumni Smansa Makassar 82 itu adalah pemilik grup usaha Amaly (sesuai singkatan namanya).
![]() |
Proses evakuasi korban Sriwijaya Air (dok. grid.id) |
Capt. Fella merekam betul kejadian itu di memorinya. Saat akan lepas landas dari Bandara Mutiara Palu, dia merasakan tanah bergoyang. Pesawat bergerak ke kanan dan ke kiri.
Saat sudah mengangkasa, dia mengirim pesan kepada petugas di Menara Air Traffic Controller. Tidak ada jawaban. Menara ATC sudah roboh karena gempa. Sebagian kota Palu luluh lantak. Ribuan orang meninggal dunia.
*****
Kejadian sebaliknya terjadi 9 Januari 2021 kemarin. Sriwijaya Air yang dikemudikan Capt. Afwan justru membawa 59 awak dan penumpangnya meninggalkan dunia. Mereka yang tak jadi terbang, langsung sujud syukur.
Empat menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta, Menara ATC kehilangan komunikasi dengan Capt. Afwan. Sriwijaya Air jatuh di laut lepas dekat Pulau Seribu.
*****
Begitulah kematian. Sangat misterius. Bisa menerpa kita di darat, di laut, di udara, bahkan saat sedang tertidur. Ada juga yang saat sedang duduk-duduk ngopi.
Apapun itu, kita semua akan meninggalkan dunia dengan cara dan keadaan masing-masing. Cepat atau lambat. Tanpa bisa menghindar.
Allah sudah mengingatkan dalam Al Qur'an: "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.…” (An Nisaa: 78)
Desember 2000 silam, FIFA melakukan pemungutan suara untuk memilih Player of the Century. Kurun waktunya: sejak awal sepakbola profesional dimainkan sampai tahun 2000. Dua kali FIFA melakukannya. Hasilnya, dua nama terpilih: Diego Maradona dan Pele.
Hasil yang wajar bila melihat kontribusi keduanya di level negara dan klub. Maradona adalah agama di Argentina dan Tuhan di Napoli. Adapun Pele: striker terbaik Brazil sepanjang masa. Di Santos, dia menjadi topskor untuk satu klub, yaitu 504 gol, sejak 1974. Rekor itu baru dilewati Lionel Messi 46 tahun kemudian di Barcelona.
*****
Desember 2020 barusan, Global Soccer World kembali melakukan pemungutan suara untuk memilih Player of the Century. Kali ini kurun waktunya 2001 sampai 2020. Hasilnya: Cristiano Ronaldo nomor satu. Mengalahkan Messi, Mohamed Salah, Ronaldinho, Robert Lewandowski, Xavi, dll.
Sebenarnya, kalau hitungannya 2001 sampai 2015, Messi mungkin menjadi yang terbaik. Dia punya lima gelar Ballon d'or (Ronaldo baru tiga), empat kali juara Liga Champions (Ronaldo baru dua kali), dan bersama Argentina meraih gelar Piala Dunia U-20 dan Olympiade Beijing 2008 (Ronaldo belum sekalipun bersama Portugal).
Tapi sejak 2016, Ronaldo langsung melejit cepat. Real Madrid dibawanya hattrick juara Liga Champions. Portugal dibawanya juara Piala Eropa dan UEFA Nation League. Dua Ballon d'or pun direngkuhnya.
Adapun Messi, sejak 2016, mengalami keterpurukan yang mengejutkan. Di final Copa Amerika, kalah adu pinalti lawan Chile dimana dia gagal eksekusi. Di Liga Champions, Barcelona gugur dua kali lawan AS Roma dan Liverpool melalui skema epic comeback. Terakhir, gugur dicukur Bayern Muenchen 2-8.
Di beberapa momen itulah Messi terlihat begitu terpuruk. Tidak ada aura bintang dan leadership pada dirinya. Sangat berbeda dengan Ronaldo yang begitu berenergi dan motivator. Saya rasa dunia tidak salah memilih.