SMANSA Makassar (dok. FB Ika Smansa Makassar) |
Jam upacara yang kosong dimanfaatkan guru-guru untuk rapat. Sedangkan bagi siswa, dipakai main-main. Bagi kelas 3, jam itu dimanfaatkan untuk menunjukkan senioritasnya kepada kelas 1 dan 2.
Saya sebagai primus, pria musholla, tentu memanfaatkan jam itu untuk dzikir di musholla Darul Ulum. Biasa juga dzikirnya pindah ke Cosin, Coto Sinjai di jalan Sungai Cerekang. Tinggal manjati tembok samping musholla tembus belakang markas GMKI, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia. Argh... Indahnya toleransi!
DUA. Di samping Cosin, ada warung penjual bakso dan nasi goreng yang cukup jadi andalan anak Smansa. Penjualnya perempuan berambut pendek (saya lupa namanya).
Yang menarik, meja jualannya didesain mirip peti yang bisa dibuka. Di dalam mejanya berjajar minuman keras siap jual. Sungguh smart yah, di atas meja dagangannya bakso dan nasi goreng; di dalamnya miras.
Terakhir waktu minum sara'ba di jalan Sungai Cerekang, saya melihati perempuan berambut pendek itu masih jualan. Fisiknya masih kuat. Mudah-mudahan beliau tidak lagi menjual miras. Aaminn! Masa lalu biarlah masa lalu.
TIGA. Awalnya, penjual sara'ba di jalan Sungai Cerekang itu cuma satu: rumah pas depan Apotek Grestelina. Dulu rumahnya masih kecil dan sederhana. Sekarang, sudah tingkat tiga. Gara-gara sara'ba? Kalau iya, luar biasa! Gorengan adalah pondasi!
Sekarang, penjual sara'ba hampir berjajar ujung pukul ujung jalan Sucer. Tapi saya tetap percaya dengan penjual awal. Apalagi ada isu berkembang, bahkan teman pernah lihat faktanya: ada penjual yang mencampurkan gula kimia (sari manis) ke sara'banya sebagai pengganti gula asli.
Rumusnya sederhana: kalau Anda minum sara'ba, lalu anda rasakan manis, terus anda pulang dan manis itu masih melekat di lidah anda, bisa dipastikan anda telah meminum sara'ba yang dicampuri sari manis.
EMPAT. Di sebuah ruko yang letaknya di samping kanan penjual sara'ba, di samping kiri penjual bakso dan nasi goreng, dan pas di belakang musholla Darul Ulum, ada sebuah tempat karaoke yang -kuat diduga- juga sebagai tempat mesum.
Kalau anak-anak lagi menginap di Musholla Darul Ulum, suara desahan perempuan kerap terdengar dari ruko itu. Entah suara orang yang menyanyi atau orang yang lagi mesum. Entahlah.
Sekarang, ruko tempat karaoke itu masih ada. Bilboardnya juga masih terpampang. Tapi semoga kegiatan di dalamnya sudah positif. Ada acara dzikir, pengajian, atau apalah yang bermanfaat. Heheheheh.
LIMA. Angkatan saya, 2002, adalah angkatan terakhir yang pake NEM masuk Smansa. Setelahnya sudah pake tes. Karena pake NEM, jeleknya: siapa pun bisa masuk, tanpa tes, tanpa kecuali, asal NEM-nya tinggi.
Maka beragamlah model siswa di angkatan 2002 itu. Ada dari jalan Laiya, Kandea, Galangan Kapal, Pasar Terong, Pasar Cidu, Antang, Cendrawasih, Sungguminasa, Sudiang, Batua Raya, bahkan yang tinggal di Takalar juga ada, tiap pagi ke sekolah naik bus PTPN IV. Intinya, banyak anak lorong. Hehehe.
Saya masih ingat, Masa Orientasi Siswa (MOS) hari ke-3 (terakhir). Kami
duduk berbaris di dalam ballroom Smansa, bangunan paling Kiri yang
modelnya segitiga kayak simbol lluminati (aapakah...?).
Anshar, teman yang dari jalan Laiya, dipanggil seorang senior ke depan. Entah karena apa, senior bernama Maulana Mappainro itu langsung melayangkan tendangan cangkul ke arah Anshar, tendangan serupa Jet Li kalau mau kasih patah dua meja.
Seketika keadaan menjadi tegang. Untung Pak Herman (dipanggil PaHe) sigap mengambil kendali. Melalui mic, beliau seadanya membubarkan kami. Maka pulanglah kami semua kala itu dengan kesan, meskipun tanpa pesan. MOS berakhir tanpa penutupan, apalagi baca doa bersama.
Anshar, saya tidak pernah dengar kabarnya. Tapi Maulana, saya cukup mengikuti jejak beritanya. Selepas tendangan cangkul, beliau lanjut pertukaran pelajar di Swiss, kemudian kembali ke Smansa selesaikan sekolahnya. Setamat SMA, beliau kuliah di Sipil Unhas lalu berkarir di Bukaka. Di Bukaka dapat istri, tapi kemudian beliau keluar dan melanjutkan karir di Sinar Mas Group.
Saya banyak tahu karena perusahaan tempat saya bekerja sekarang bersentuhan langsung dengan Bukaka. Dan istri beliau adalah bos HRD di Bukaka. Dan memang Bukaka, perusahaan milik Jusuf Kalla, cukup banyak dihuni orang Makassar.
ENAM. Pada 2001, terjadi tawuran besar antara 2001 lawan 2002. Seberapa besar? Itu bisa dilihat dari durasinya: kurang lebih dua jam. Kemudian, dari kerusakannya: ratusan bangku melayang dari lantai 2 ke lantai 1. Kaca semua kelas 2 pecah. Sore hari, sekolah bahkan harus mengerahkan truk untuk mengangkut semua kerusakan.
Dari jumlah korban ndak usah ditanya. Bu Rahma yang guru BP saja sampai berdarah kena batu. Teman ada yang bajunya robek, berlumur darah, suma'dang napakamma berkelahi stronghold. Tawuran itu akhirnya dibubarkan paksa oleh polisi. Polisi bahkan sampai masuk ke kelas-kelas mengacungkan pistol.
Dan kembali, ujung dari semuanya adalah pulang dengan kesan, meskipun tanpa pesan.
Anshar, teman yang dari jalan Laiya, dipanggil seorang senior ke depan. Entah karena apa, senior bernama Maulana Mappainro itu langsung melayangkan tendangan cangkul ke arah Anshar, tendangan serupa Jet Li kalau mau kasih patah dua meja.
Seketika keadaan menjadi tegang. Untung Pak Herman (dipanggil PaHe) sigap mengambil kendali. Melalui mic, beliau seadanya membubarkan kami. Maka pulanglah kami semua kala itu dengan kesan, meskipun tanpa pesan. MOS berakhir tanpa penutupan, apalagi baca doa bersama.
Anshar, saya tidak pernah dengar kabarnya. Tapi Maulana, saya cukup mengikuti jejak beritanya. Selepas tendangan cangkul, beliau lanjut pertukaran pelajar di Swiss, kemudian kembali ke Smansa selesaikan sekolahnya. Setamat SMA, beliau kuliah di Sipil Unhas lalu berkarir di Bukaka. Di Bukaka dapat istri, tapi kemudian beliau keluar dan melanjutkan karir di Sinar Mas Group.
Saya banyak tahu karena perusahaan tempat saya bekerja sekarang bersentuhan langsung dengan Bukaka. Dan istri beliau adalah bos HRD di Bukaka. Dan memang Bukaka, perusahaan milik Jusuf Kalla, cukup banyak dihuni orang Makassar.
ENAM. Pada 2001, terjadi tawuran besar antara 2001 lawan 2002. Seberapa besar? Itu bisa dilihat dari durasinya: kurang lebih dua jam. Kemudian, dari kerusakannya: ratusan bangku melayang dari lantai 2 ke lantai 1. Kaca semua kelas 2 pecah. Sore hari, sekolah bahkan harus mengerahkan truk untuk mengangkut semua kerusakan.
Dari jumlah korban ndak usah ditanya. Bu Rahma yang guru BP saja sampai berdarah kena batu. Teman ada yang bajunya robek, berlumur darah, suma'dang napakamma berkelahi stronghold. Tawuran itu akhirnya dibubarkan paksa oleh polisi. Polisi bahkan sampai masuk ke kelas-kelas mengacungkan pistol.
Dan kembali, ujung dari semuanya adalah pulang dengan kesan, meskipun tanpa pesan.
TUJUH. Ada yang berubah saat saya di kelas 3 IPS 1. Posisi kelas yang biasanya dekat pintu gerbang dipindahkan ke dekat lapangan basket, kelas yang biasanya ditempati 3 IPA 1. Sekolah berpikir, anak IPS lebih mudah diawasi kalau posisinya di situ. Tinggal dilihat-lihati dari balik kaca.
Hasilnya, biasa saja. Cuma mau bilang: anak IPS itu nakal karena hobi, bukan karena tidak diawasi. Wkwkwk.... Yang ada malah anak IPS lebih sering nongkrong di Kantin Dg. Alle. Bikin apa? Ssstttt.... Saya juga ndak tahu.
DELAPAN. Hal lain yang menarik dari 3 IPS 1 adalah Wali Kelasnya: Ibu
Titi Setiasih. Sudah berumur tapi paras dan body-nya masih yahud. Kalau
beliau bicara, pelan dan lembut. Bisa disandingkanlah dengan Syahrini
kalau di kekinian.
Pernah suatu hari, dua orang teman ke rumah beliau. Saat mengetuk pintu, teman itu melihat Bu Titi mengintip di jendela dengan wajah alami tanpa riasan. Walhasil, Bu Titi baru keluar setengah jam kemudian untuk menemui dua teman itu. Tentu saja dengan wajah yang sudah dirias, alis yang sudah dilukis.
SEMBILAN. Gaya baju Junkies paling tren di Smansa kala itu. Baju ketat mengikuti lekukan badan yang kurus. Cewek lebih terlihat seksi; cowok lebih terlihat macho. Sekarang Gaya itu lebih sering disebut slim fit.
Teman-teman yang burenk, buru renking, biasanya berpenampilan apa adanya. Baju longgar sesuai pembagian. Tidak di model-model. Kayak tampilannya Hadyanto Thomas atau kanda Wiwit Wijayanti yang burenk sekali.
Yang dari dulu sudah ada itu hijaber. Yang jilbab segitiga kayak Surya Oktavianty atau Helmiati Sirajuddin atau yang jilbab besar pake cadar.
Kalau yang pake celana cingkrang dulu juga sudah ada, tapi ndak marak. Bahkan Kanda Muhammad Rusmin yang sekarang terkenal dengan bakso Mas Cingkrang juga dulu penampilannya biasa saja.
*****Pernah suatu hari, dua orang teman ke rumah beliau. Saat mengetuk pintu, teman itu melihat Bu Titi mengintip di jendela dengan wajah alami tanpa riasan. Walhasil, Bu Titi baru keluar setengah jam kemudian untuk menemui dua teman itu. Tentu saja dengan wajah yang sudah dirias, alis yang sudah dilukis.
SEMBILAN. Gaya baju Junkies paling tren di Smansa kala itu. Baju ketat mengikuti lekukan badan yang kurus. Cewek lebih terlihat seksi; cowok lebih terlihat macho. Sekarang Gaya itu lebih sering disebut slim fit.
Teman-teman yang burenk, buru renking, biasanya berpenampilan apa adanya. Baju longgar sesuai pembagian. Tidak di model-model. Kayak tampilannya Hadyanto Thomas atau kanda Wiwit Wijayanti yang burenk sekali.
Yang dari dulu sudah ada itu hijaber. Yang jilbab segitiga kayak Surya Oktavianty atau Helmiati Sirajuddin atau yang jilbab besar pake cadar.
Kalau yang pake celana cingkrang dulu juga sudah ada, tapi ndak marak. Bahkan Kanda Muhammad Rusmin yang sekarang terkenal dengan bakso Mas Cingkrang juga dulu penampilannya biasa saja.
SMANSA 2002 MAKASSAR (dok. IG smansa2002) |
Setelah
berdiri 38 tahun (1983-2020), gedung SMA Negeri 1 Makassar akan
dirobohkan. Gedung yang ketahanannya diyakini tidak kuat lagi menjadi
penyebab rencana itu.
Dengar-dengar gambar gedung barunya sudah ada, pelaksana kerjanya juga sudah ditunjuk. Tinggal menunggu dana cair. Dari Pemerintah, dari bantuan alumni, dari mana pun.
Apapun itu, biarlah gedung lama runtuh bersama budayanya. Dan gedung baru nanti akan menciptakan budaya baru yang lebih baik. Sesuai harapan Nadiem Makarim: kualitas pendidikan bukan ditentukan oleh kebijakan dan anggaran, tapi oleh gerakan perubahan oleh guru dan siswa di sekolah."
Dengar-dengar gambar gedung barunya sudah ada, pelaksana kerjanya juga sudah ditunjuk. Tinggal menunggu dana cair. Dari Pemerintah, dari bantuan alumni, dari mana pun.
Apapun itu, biarlah gedung lama runtuh bersama budayanya. Dan gedung baru nanti akan menciptakan budaya baru yang lebih baik. Sesuai harapan Nadiem Makarim: kualitas pendidikan bukan ditentukan oleh kebijakan dan anggaran, tapi oleh gerakan perubahan oleh guru dan siswa di sekolah."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar