Jumat, 12 Juli 2019

Selamat Jalan Ali Baba!

 
Ali Baba (dok. OLE)

Ali Baba. Dua kali saya bertemu langsung dari jarak dekat dengan beliau.

Pertama, di Malino sekira tahun 1996. Beliau bersama skuad PSM sedang latihan fisik di lapangan Prayuda Sechata. Dipimpin langsung pelatih Syamsuddin Umar. Saya bilang ke teman, "Ciniki sai, lompona ngaseng bitisi'na." 


Kedua, di Fakultas Ekonomi Unhas sekira tahun 2006. Beliau nongkrong di pelataran bersama teman-temannya. Mereka lagi menunggu dosen untuk kuliah.

Selepas pensiun dari bola, Ali Baba memang melanjutkan karir dengan menjadi akademisi di bidang Ekonomi. YPUP adalah kampus tempat beliau mengabdi.

Selamat jalan Ali Baba! Semoga Allah memberkahimu!


Dian Sastro dan Ujian Skripsinya

Dian Sastro (dok. Google)
Pada 2007, saat Dian Paramita Sastrowardoyo mau ujian skripsi, isu berkembang: perempuan cantik itu akan dapat privilege dari dosen pembimbing dan penguji karena status keartisannya.

Untuk menepis isu itu, Rocky Gerung (Pembimbing Dian) memutuskan: ujian Dian berlangsung terbuka. Siapa pun bisa datang, duduk, dan melihat Dian ujian.

Menjadi sejarah pertama di UI: ada ujian skripsi berlangsung terbuka. Dan karena Dian artis, wartawan pun ramai meliput.

Dian pun akhirnya mampu melewati ujian itu. Melalui skripsi berjudul Kompleks Industri Kecantikan: Sebuah Kritik Sosio Filosofis, Dian berhasil meraih gelar S.Hum dari Jurusan Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.

Rabu, 19 Juni 2019

Mou

Jose Mourinho
Datang memberi sentuhan dan gelar. Sesederhana itu cara Jose Mourinho menangani sebuah klub. Dan, yang menarik, 'tak butuh waktu terlalu lama. Rata-rata hanya tiga musim.

Kuncinya sederhana saja: pemain yang tepat dan permainan yang efektif. Itu saja!

Koleksi 25 gelar klub, domestik dan Eropa: FC Porto 6 gelar, Chelsea 8 gelar, Inter Milan 5 gelar, Real Madrid 3 gelar, dan Manchester United 3 gelar.

Koleksi 47 gelar individual. Yang menarik adalah gelar Doktor. Atas kemampuannya dalam taktik sepakbola, Mou diberi gelar Doktor Honoris Causa oleh Lisbon Technical University.

*****

Mou mengawali karir gemilang bersama FC Porto pada musim 2002 - 2004. Semua gelar domestik Portugal disabetnya. 'Tak mengherankan sebab Porto memang rajanya. Capaian ini dianggap biasa.

Yang membuat publik bola kagum dengan Mou adalah keberhasilannya membawa Porto meraih dua gelar bergengsi Eropa: Liga Eropa dan Liga Champions dua musim beruntun. Ini dianggap luar biasa.

*****

Salah seorang yang menganggap prestasi Mou di Porto luar biasa adalah Roman Abramovich, pemilik Chelsea.

Tanpa pikir panjang, Abramovich pun langsung merekrut Mou pada musim 2004-2005. Targetnya tidak tanggung-tanggung: juara Liga Inggris. Gelar yang terakhir diraih Chelsea pada musim 1954-1955. Itu 50 tahun lalu saat Perang Dunia II terjadi.

Ajaibnya, di musim pertama, Mou langsung mewujudkannya. Berbekal pembelian pemain-pemain bertipikal cepat dan petarung: Ricardo Carvalho, Joe Cole, Arjen Robben, Damien Duff, dan Didier Drogba.

Tiga musim menangani Chelsea, dari 2005 hingga 2007, semua gelar domestik Inggris dipersembahkannya untuk Chelsea, tanpa kecuali. Sayang, prestasi Chelsea di Liga Champions terhenti di Semi Final.

****

Musim 2008-2009, Mou menerima pinangan Inter Milan. Targetnya kali ini lebih tinggi: juara Liga Champions. Gelar yang diraih terakhir oleh Inter 34 tahun lalu.

Kehilangan Zlatan Ibrahimovic tak membuat Mou kelimpungan. Diego Milito yang jaya bersama Genoa pun direkrutnya. Didampingi Samuel Eto'o yang pengalaman dan Goran Pandev yang efektif di sayap kiri.

Hasilnya, di musim 2009-2010, sejarah bagi Inter Milan tercipta, yaitu trebble winners: juara Liga Champions, Liga Italia, dan Coppa Italia. Capaian yang membuat Mou, pemain, dan supporter Inter Milan 'tak kuasa membendung air mata.

*****

Musim 2010-2011, Mou direkrut Real Madrid. Targetnya sangat berat: menghentikan dominasi Pep Guardiola dan Barcelona di Spanyol plus mengembalikan kejayaan Real Madrid di Liga Champions yang sejak musim 2004 tak pernah lagi menyentuh Semi Final.

Keraguan sempat menghinggapi fans tatkala Madrid digasak Barcelona 0-5. Permainan Madrid kalah jauh dibandingkan Barca. Mou terduduk lesu di kursi official.

Tapi perlahan, Madrid menemukan ritme permainan. Efektifisme ala Mou berjalan. Hingga akhir musim, Madrid terus membuntuti Barcelona di klasemen La Liga dengan hanya selisih 4 poin.

Gagal di La Liga, Mou menebusnya di Copa Del Rey. Madrid keluar sebagai kampiun setelah mengalahkan Barcelona 1-0 lewat gol Cristiano Ronaldo. Mou berhasil memberikan gelar yang terakhir diraih Madrid tahun 1993. Sudah lama.

Musim kedua adalah musim terbaik Mou di Madrid. Dia berhasil mengkudeta Barcelona dengan menjadi juara La Liga. Mou membawa Madrid memperoleh raihan 100 poin. Tertinggi dalam sejarah La Liga.

Di Liga Champions, Mou berhasil mengembalikan Madrid ke Semi Final tiga tahun beruntun. Sayang, ketiga Semi Final itu selalu berujung kegagalan.

Bersama Madrid, Mou menyapu bersih semua gelar domestik.

*****

Musim 2013-2014, Mou kembali ke Chelsea. Dan sejarah terulang. Gelar Liga Inggris plus dua kali juara Piala Liga dipersembahkan Mou.

Sayangnya, Mou dan Chelsea memang tidak berjodoh di Liga Champions. De Javu semi final pun bahkan tak terwujud.

*****

Musim 2016-2017, Mou mengkhianati Chelsea di Inggris. Dia menerima pinangan Manchester United. MU yang redup pascapensiunnya Sir Alex Ferguson coba disentuh oleh Mou.

Lagi-lagi, tak butuh waktu lama, Mou mempersembahkan gelar untuk MU: Piala Liga dan Liga Eropa. Terkhusus Liga Eropa, itu adalah gelar pertama MU sepanjang sejarah gelarannya.

Jumat, 26 April 2019

Lakon Korupsi: Ratu Atut

Ratu Atut (Dok. Tempo)
Ratu Atut Chosiyah. Dia betul-betul Ratu. Saat disidang, pendukungnya datang dari Banten dengan tiga bus besar.

Saat hendak masuk ke dalam toilet Pengadilan, satu-dua pembantu perempuannya masuk duluan: ada yang membersihkan closet, melap westafel, dan mengamankan kondisi.

Gubernur perempuan pertama di Indonesia itu divonis 5 tahun penjara dalam kasus sengketa Pilkada Lebak dan pengadaan alat kesehatan di RSUD Banten.

Lakon Korupsi: Dada Rosada

Dada Rosada (Dok. Tempo)
Walikota Bandung, Dada Rosada, meresmikan Lapas Sukamiskin pada 2012 sebagai penjara khusus koruptor. Beberapa nama menjadi penghuni pertamanya. Satu yang terkenal adalah Gayus Tambunan.

Lapas peninggalan Belanda itu dulunya pernah dihuni Presiden Soekarno. Disitulah Soekarno merangkai Indonesia Menggugat.

Siapa sangka, Dada Rosada ternyata telah meresmikan rumah masa depannya kala itu. Dia kemudian menjadi penghuni Lapas itu setelah divonis terlibat dalam kasus suap Hakim.

Che

Ernesto "Che" Guevara
Pada 1951, dia bersama temannya berkeliling Amerika Selatan sejauh 8.000 kilometer untuk melihat dunia di tempat lain.

Apa yang ditemukannya sungguh menyentuh hatinya: para penderita kusta yang baik hati, pekerja tambang yang diperlakukan tidak manusiawi, komunis yang disiksa, dll.

Dia pun berpikir: kapitalisme ala Amerika tidak berdampak baik. Dan itu harus dilawan. Satu-satunya cara menangkis Amerika yang sangat kuat dengan CIA-nya adalah gerakan bersenjata.

Dia pun membuat keputusan yang mengubah hidupnya seketika: meninggalkan sekolah kedokterannya di Universitas Buenos Aires dan beralih menjadi pemberontak, seorang revolusioner.

Ya, dialah Ernesto Che Guevara.

Kamis, 11 April 2019

Socrates

Socrates (dok. BBC)
Dia bukan pesepakbola sembarangan. Otaknya encer. Dia lulus sebagai dokter berizin praktik; punya gelar PhD pula dalam ilmu filsafat.

Kemampuan akademik diperolehnya bukan tanpa sebab. Ayahnya adalah birokrat keuangan Brazil yang punya banyak koleksi buku. Dia melahap buku-buku itu. Dia juga serius bersekolah.

Kudeta militer Brazil membawa perubahan dalam hidupnya. Ayahnya 'tak lagi mapan secara ekonomi. Dia pun harus berjuang: menyambung hidup dan turut dalam barisan penentang rezim militer.

Kemampuan akademik dan ketidaksukaannya terhadap rezim militer ditumpahkannya ke lapangan bola. Dia menjelma menjadi gelandang serang hebat dan produktif gol.

Walhasil, dia berhasil membawa klubnya Corinthians merajai Liga Brazil. Saat perayaan juara, semua anggota klub memakai baju bertuliskan democracia sebagai bentuk penolakan terhadap rezim militer.

Di Timnas Brazil, dia menjadi bagian dari generasi emas Brazil pada Piala Dunia 1982 yang menampilkan permainan yang apik dan elegan. Pun mereka gagal di tangan Italia, dunia tetap mengakui permainan mereka.

Semasa pensiun, dia mengelola klinik kesehatan untuk atlit olahraga, menjadi pandit sepakbola di tv, dan kolumnis ekonomi-politik di media massa.

Ya, dialah Socrates Braziliero (1954 - 2011).