Senin, 10 Februari 2020

Smansa Makassar (1999-2002): Apa yang menarik?

SMANSA Makassar (dok. FB Ika Smansa Makassar)
SATU. Sekolah yang beralamat di Jalan Gunung Bawakaraeng No. 53 (Jagung Bakar 53) itu jarang-jarang upacara bendera di hari Senin. Kalau upacara, bisa dipastikan: ada hadiah yang hendak dipamerkan. Hadiah basket, PMR, Paskibraka, dll. Mukhlis Amin itu paling senang kalau ada hadiah PMR.

Jam upacara yang kosong dimanfaatkan guru-guru untuk rapat. Sedangkan bagi siswa, dipakai main-main. Bagi kelas 3, jam itu dimanfaatkan untuk menunjukkan senioritasnya kepada kelas 1 dan 2.

Saya sebagai primus, pria musholla, tentu memanfaatkan jam itu untuk dzikir di musholla Darul Ulum. Biasa juga dzikirnya pindah ke Cosin, Coto Sinjai di jalan Sungai Cerekang. Tinggal manjati tembok samping musholla tembus belakang markas GMKI, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia. Argh... Indahnya toleransi!

DUA. Di samping Cosin, ada warung penjual bakso dan nasi goreng yang cukup jadi andalan anak Smansa. Penjualnya perempuan berambut pendek (saya lupa namanya).

Yang menarik, meja jualannya didesain mirip peti yang bisa dibuka. Di dalam mejanya berjajar minuman keras siap jual. Sungguh smart yah, di atas meja dagangannya bakso dan nasi goreng; di dalamnya miras.

Terakhir waktu minum sara'ba di jalan Sungai Cerekang, saya melihati perempuan berambut pendek itu masih jualan. Fisiknya masih kuat. Mudah-mudahan beliau tidak lagi menjual miras. Aaminn! Masa lalu biarlah masa lalu.

TIGA. Awalnya, penjual sara'ba di jalan Sungai Cerekang itu cuma satu: rumah pas depan Apotek Grestelina. Dulu rumahnya masih kecil dan sederhana. Sekarang, sudah tingkat tiga. Gara-gara sara'ba? Kalau iya, luar biasa! Gorengan adalah pondasi!

Sekarang, penjual sara'ba hampir berjajar ujung pukul ujung jalan Sucer. Tapi saya tetap percaya dengan penjual awal. Apalagi ada isu berkembang, bahkan teman pernah lihat faktanya: ada penjual yang mencampurkan gula kimia (sari manis) ke sara'banya sebagai pengganti gula asli.

Rumusnya sederhana: kalau Anda minum sara'ba, lalu anda rasakan manis, terus anda pulang dan manis itu masih melekat di lidah anda, bisa dipastikan anda telah meminum sara'ba yang dicampuri sari manis.

EMPAT. Di sebuah ruko yang letaknya di samping kanan penjual sara'ba, di samping kiri penjual bakso dan nasi goreng, dan pas di belakang musholla Darul Ulum, ada sebuah tempat karaoke yang -kuat diduga- juga sebagai tempat mesum.

Kalau anak-anak lagi menginap di Musholla Darul Ulum, suara desahan perempuan kerap terdengar dari ruko itu. Entah suara orang yang menyanyi atau orang yang lagi mesum. Entahlah.

Sekarang, ruko tempat karaoke itu masih ada. Bilboardnya juga masih terpampang. Tapi semoga kegiatan di dalamnya sudah positif. Ada acara dzikir, pengajian, atau apalah yang bermanfaat. Heheheheh.

LIMA. Angkatan saya, 2002, adalah angkatan terakhir yang pake NEM masuk Smansa. Setelahnya sudah pake tes. Karena pake NEM, jeleknya: siapa pun bisa masuk, tanpa tes, tanpa kecuali, asal NEM-nya tinggi.

Maka beragamlah model siswa di angkatan 2002 itu. Ada dari jalan Laiya, Kandea, Galangan Kapal, Pasar Terong, Pasar Cidu, Antang, Cendrawasih, Sungguminasa, Sudiang, Batua Raya, bahkan yang tinggal di Takalar juga ada, tiap pagi ke sekolah naik bus PTPN IV. Intinya, banyak anak lorong. Hehehe.

Saya masih ingat, Masa Orientasi Siswa (MOS) hari ke-3 (terakhir). Kami duduk berbaris di dalam ballroom Smansa, bangunan paling Kiri yang modelnya segitiga kayak simbol lluminati (aapakah...?).

Anshar, teman yang dari jalan Laiya, dipanggil seorang senior ke depan. Entah karena apa, senior bernama Maulana Mappainro itu langsung melayangkan tendangan cangkul ke arah Anshar, tendangan serupa Jet Li kalau mau kasih patah dua meja.

Seketika keadaan menjadi tegang. Untung Pak Herman (dipanggil PaHe) sigap mengambil kendali. Melalui mic, beliau seadanya membubarkan kami. Maka pulanglah kami semua kala itu dengan kesan, meskipun tanpa pesan. MOS berakhir tanpa penutupan, apalagi baca doa bersama.

Anshar, saya tidak pernah dengar kabarnya. Tapi Maulana, saya cukup mengikuti jejak beritanya. Selepas tendangan cangkul, beliau lanjut pertukaran pelajar di Swiss, kemudian kembali ke Smansa selesaikan sekolahnya. Setamat SMA, beliau kuliah di Sipil Unhas lalu berkarir di Bukaka. Di Bukaka dapat istri, tapi kemudian beliau keluar dan melanjutkan karir di Sinar Mas Group.

Saya banyak tahu karena perusahaan tempat saya bekerja sekarang bersentuhan langsung dengan Bukaka. Dan istri beliau adalah bos HRD di Bukaka. Dan memang Bukaka, perusahaan milik Jusuf Kalla, cukup banyak dihuni orang Makassar.

ENAM. Pada 2001, terjadi tawuran besar antara 2001 lawan 2002. Seberapa besar? Itu bisa dilihat dari durasinya: kurang lebih dua jam. Kemudian, dari kerusakannya: ratusan bangku melayang dari lantai 2 ke lantai 1. Kaca semua kelas 2 pecah. Sore hari, sekolah bahkan harus mengerahkan truk untuk mengangkut semua kerusakan.

Dari jumlah korban ndak usah ditanya. Bu Rahma yang guru BP saja sampai berdarah kena batu. Teman ada yang bajunya robek, berlumur darah, suma'dang napakamma berkelahi stronghold. Tawuran itu akhirnya dibubarkan paksa oleh polisi. Polisi bahkan sampai masuk ke kelas-kelas mengacungkan pistol.

Dan kembali, ujung dari semuanya adalah pulang dengan kesan, meskipun tanpa pesan.

TUJUH. Ada yang berubah saat saya di kelas 3 IPS 1. Posisi kelas yang biasanya dekat pintu gerbang dipindahkan ke dekat lapangan basket, kelas yang biasanya ditempati 3 IPA 1. Sekolah berpikir, anak IPS lebih mudah diawasi kalau posisinya di situ. Tinggal dilihat-lihati dari balik kaca.

Hasilnya, biasa saja. Cuma mau bilang: anak IPS itu nakal karena hobi, bukan karena tidak diawasi. Wkwkwk.... Yang ada malah anak IPS lebih sering nongkrong di Kantin Dg. Alle. Bikin apa? Ssstttt.... Saya juga ndak tahu.

DELAPAN. Hal lain yang menarik dari 3 IPS 1 adalah Wali Kelasnya: Ibu Titi Setiasih. Sudah berumur tapi paras dan body-nya masih yahud. Kalau beliau bicara, pelan dan lembut. Bisa disandingkanlah dengan Syahrini kalau di kekinian.

Pernah suatu hari, dua orang teman ke rumah beliau. Saat mengetuk pintu, teman itu melihat Bu Titi mengintip di jendela dengan wajah alami tanpa riasan. Walhasil, Bu Titi baru keluar setengah jam kemudian untuk menemui dua teman itu. Tentu saja dengan wajah yang sudah dirias, alis yang sudah dilukis.

SEMBILAN. Gaya baju Junkies paling tren di Smansa kala itu. Baju ketat mengikuti lekukan badan yang kurus. Cewek lebih terlihat seksi; cowok lebih terlihat macho. Sekarang Gaya itu lebih sering disebut slim fit.

Teman-teman yang burenk, buru renking, biasanya berpenampilan apa adanya. Baju longgar sesuai pembagian. Tidak di model-model. Kayak tampilannya Hadyanto Thomas atau kanda Wiwit Wijayanti yang burenk sekali.

Yang dari dulu sudah ada itu hijaber. Yang jilbab segitiga kayak Surya Oktavianty atau Helmiati Sirajuddin atau yang jilbab besar pake cadar.

Kalau yang pake celana cingkrang dulu juga sudah ada, tapi ndak marak. Bahkan Kanda Muhammad Rusmin yang sekarang terkenal dengan bakso Mas Cingkrang juga dulu penampilannya biasa saja.

SMANSA 2002 MAKASSAR (dok. IG smansa2002)
*****

Setelah berdiri 38 tahun (1983-2020), gedung SMA Negeri 1 Makassar akan dirobohkan. Gedung yang ketahanannya diyakini tidak kuat lagi menjadi penyebab rencana itu.

Dengar-dengar gambar gedung barunya sudah ada, pelaksana kerjanya juga sudah ditunjuk. Tinggal menunggu dana cair. Dari Pemerintah, dari bantuan alumni, dari mana pun.

Apapun itu, biarlah gedung lama runtuh bersama budayanya. Dan gedung baru nanti akan menciptakan budaya baru yang lebih baik. Sesuai harapan Nadiem Makarim: kualitas pendidikan bukan ditentukan oleh kebijakan dan anggaran, tapi oleh gerakan perubahan oleh guru dan siswa di sekolah."

Jumat, 24 Januari 2020

PIALA DUNIA 1970-AN: Serba Pertama, Piala Dunia Baru, Total Football, Juara Baru, dan Pengaruh Militer

Banyak hal-hal baru dan pertama terjadi pada Piala Dunia 1970: pertama, untuk pertama kalinya bola disponsori oleh pabrikan, yaitu Adidas. Kedua, untuk pertama kalinya pertandingan disiarkan TV berwarna secara live. Ketiga, untuk pertama kalinya, sisi lapangan dibanjiri papan iklan.

Keempat, untuk pertama kalinya diberlakukan aturan pergantian pemain saat pertandingan sedang berlangsung. Anatoly Puzach, pemain Uni Soviet, adalah pemain pertama yang melakukannya. Kelima, untuk pertama kalinya kartu kuning dan merah digunakan oleh wasit.

Keenam, untuk pertama kalinya dua pemain saling bertukar jersey sehabis pertandingan, yaitu Pele (Brazil) dengan Bobby Moore (Inggris). Pele dan jerseynya pada 1970 memang menarik. Buktinya, Jersey yang dipakai Pele saat final lawan Italia berhasil dilelang senilai Rp 3 milliar pada 2002 oleh Rumah Lelang Christie.
Kostum Pele (goal.com)
Selain serba pertama, PD 1970 juga serba seru. Itu karena pada babak semi final, empat tim terbaik dari dua benua bertemu: Brazil lawan Uruguay; Jerman lawan Italia. Akhirnya, final mempertemukan Brazil lawan Italia.

Final berlangsung seru karena mempertemukan tim yang sama-sama dua kali juara dunia. Artinya, sesuai aturan FIFA, siapa yang juara akan memiliki piala Jules Rimet selamanya. Akhirnya, Brazil yang pertama melakukan itu setelah menang 4-1.
Italia Vs Brazil 1970 (dok. FIFA)
Carlos Alberto, Kapten Brazil, angkat Piala Jules Rimet (dok. Pinterest)
****

Meskipun penggunaan kartu kuning dan merah pertama kali digunakan pada Piala Dunia 1970, tapi kartu merah baru keluar pada PD 1974. Adalah Carlos Caszely, striker Cile, yang pertama merasakannya setelah menekkel keras Berti Vogts, gelandang Jerman Barat.

Selain itu, PD 1974 juga menggunakan piala baru. Piala lama telah menjadi milik Brazil yang telah tiga kali menjuarainya. Piala baru didesain oleh seniman Italia, Silvio Gazzaniga. Dia terpilih melalui sayembara yang diikuti 58 seniman dari tujuh negara.

Piala dunia baru terbuat dari emas 18 karat; berberat 5 kg; bertinggi 36,5 cm. Bentuknya: dua figur manusia sedang memegang bumi. Gazzaniga menjelaskan makna piala, "The lines spring out from the base, rising in spirals, stretching out to receive the world. From the remarkable dynamic tensions of the compact body of the sculpture rise the figures of two athletes at the stirring moment of victory."

Hal lain yang menarik di PD 1974 adalah tim Belanda. Mereka mengikuti turnamen berbekal talenta Ajax yang memenangi Piala Champions tiga kali beruntun: 1971-1973. Modal mereka ada dua: kemampuan fullskill striker Ajax Johan Cruyf yang kala itu telah bermain di Barcelona dan taktik revolusioner pelatih Rinus Michels yang terkenal dengan sebutan Total Football.

Total football, intinya, bermain dengan memanfaatkan seluruh jengkal lapangan. Pelatih Michels menyebutnya manipulasi ruang. Ketika tanpa bola, para pemain menekan lawan untuk mempersempit ruang gerak mereka. Tapi ketika menyerang, pemain berotasi dan melebar untuk membuka celah pertahanan lawan. Bek bisa jadi striker, striker bisa jadi playmaker, dan bahkan kiper bisa jadi bek yang memainkan bola hingga ke tengah lapangan.

Dengan total football, Belanda 'tak terkalahkan hingga laga final. Di final mereka bertemu tuan rumah Jerman Barat yang dihuni talenta Bayern Muenchen, salah satunya kapten Franz Backenbauer, yang baru saja juara Piala Champions 1974. Partai seru tersebut dimenangkan Jerman Barat 2-1 dan Backenbauer menjadi pemain pertama yang menyentuh dan mengangkat piala dunia baru.

Jerman 1974 (dok. goal.com)
*****

Dua tahun sebelum Piala Dunia 1978 digelar di Argentina, ibukota negara Buenos Aires dilanda kudeta militer. Jend. Videla mengudeta Presiden Isabel Peron dan mengambil alih kekuasaan. Walhasil, PD 1978 pun berlangsung di bawah pengaruh militer.

Hal tersebut membuat beberapa negara setengah-setengah ikut serta karena alasan keamanan. Beberapa pemain juga menolak memperkuat negaranya karena tak suka pengaruh militer, salah satunya Johann Cruyf, striker Belanda.

Pengaruh militer diduga kuat terjadi saat partai penentuan grup antara Argentina lawan Peru. Argentina harus menang lima gol kalau ingin menggusur Brazil sebagai pemuncak grup dan lolos ke final. Akhirnya, Argentina dengan mudah menang enam gol tanpa balas.

Militer dan Argentina (dok. FIFA)
Di final, Argentina bertemu Belanda yang tetap kuat dengan total football-nya meskipun tanpa Johann Cruyf. Kedua tim merupakan juara baru kalau bisa menang. Akhirnya kemenangan milik Argentina dengan skor 3-1.

Mario Kempes menjadi bintang Argentina. Pemain berciri rambut gondrong itu, dalam perjalanan karirnya, pernah memperkuat klub Indonesia Pelita Jaya.

Kamis, 23 Januari 2020

PIALA DUNIA 1960-AN: Battle of Santiago, Lahirnya Pele Putih, Seekor Anjing, dan Korea Utara

Piala Dunia 1962 yang berlangsung di Cili diawali dengan kejadian tidak mengenakkan. Dua wartawan Italia, Antonio Ghirelli dan Corrado Pizzinelli menulis berita yang mengritisi kondisi kota Santiago, ibukota Cili, yang tidak layak. Mereka bahkan menyebutnya sebagai "tempat sampah yang miskin". Hal tersebut menyulut kemarahan warga Cili. Demi keamanan, kedua wartawan tersebut pun dipulangkan ke Italia.

Ketegangan tersebut menular ke lapangan saat Cili bertemu Italia di babak delapan besar. Permainan kasar ditunjukkan oleh kedua tim: saling tinju, saling tekkel, dan gaya kasar lain yang di luar nalar. Partai berjuluk Battle of Santiago yang dimenangkan Cili tersebut dikomentari David Coleman, Jurnalis BBC, sebagai partai paling bodoh, mengerikan, menjijikkan, dan memalukan.


Battle of Santiago (dok. FIFA)
Kejadian tidak mengenakkan lain adalah cederanya Pele di babak grup yang membuatnya absen hingga akhir turnamen. Beruntung pengganti Pele, Amarildo, bermain baik dan -bersama Garincha dan Vava- mampu membawa Brasil juara setelah mengalahkan Cili 4-2 di Semi Final dan Cekoslowakia 3-1 di Final. Julukan Pele Putih pun diberikan kepada Amarildo.

*****

Tiga bulan sebelum Piala Dunia 1966 digelar, trofi Jules Rimet dipamerkan di Methodist Central Hall, London. Sayangnya, karena kelengahan penjaga, trofi tersebut dicuri. London pun gempar. Pelbagai upaya dilakukan untuk mencari trofi yang hilang. Polisi disebar di setiap sudut kota.

Trofi tersebut akhirnya ditemukan Pickles, seekor anjing, ketika mengendus-endus tempat sampah. David Corbet, pemilik anjing, yang mengenali trofi itu kemudian lari ke telepon umum dan menghubungi polisi. Corbet dan Pickles pun dihadiahi panitia dengan makanan dan cek senilai 1.000 poundsterling.


Pickles (dok. FIFA)
Tak hanya Pickles yang menarik perhatian, tim Korea Utara juga menjadi berita. Itu karena mereka berhasil lolos ke babak delapan besar setelah menyingkirkan Italia di babak grup dengan 1-0. Di babak delapan besar, Korut bertemu Portugal. Keganasan Korut sepertinya akan berlanjut setelah mereka berhasil unggul 3-0. Namun sayangnya, Portugal punya pembeda bernama Eusebio. Empat golnya berhasil membantu Portugal membalikkan skor menjadi 3-5. Korut pulang. Sambutan untuk mereka luar biasa.

Portugal Vs Korea Utara (dok. FIFA)
Keperkasaan Eusebio 'tak berlanjut di Semi Final. Pergerakannya berhasil dimatikan bek-bek Inggris. Portugal pun harus mengalah 1-2 dari tuan rumah. Di final, Inggris bertemu Jerman Barat dan berhasil menang 4-2. Bobby Charlton menjadi bintang Inggris kala itu. Gelar itu menjadi yang pertama bagi Inggris dan menjadi satu-satunya sampai sekarang.

Kamis, 09 Januari 2020

Mikroalga untuk Masa Depan

Bu Indriyani sedang presentase
Perempuan yang di foto adalah Bu Indriyani, PhD. Dosen Pertanian Universitas Haluoleo Kendari.

Beliau sedang meneliti manfaat industri mikroalga yang bisa menghasilkan produk komersial berupa makanan, kosmetik, obat, biofuel, dan lainnya

Makanya, beliau gencar mempromosikan proses penelitiannya ke ragam perusahaan yang berpotensi menjadi mitra. Salah satunya Bukaka Group.

*****

Mikroalga adalah bagian terkecil dari material rumput laut. Di Indonesia, kita bisa menemukannya di perairan laut dan danau.

Industri mikroalga sendiri masih sangat minim di dunia. Baru AS, Australia, dan Israel yang serius menggarapnya.

Industri ini bisa menjadi solusi di masa depan karena dampaknya terhadap lingkungan yang minim.

Selasa, 24 September 2019

Piala Dunia 1950-an: Lahirnya Puskas, Adidas, Puma, dan Pele

Setelah Piala Dunia 1938 dihelat, FIFA batal menggelar PD 1942 dan 1948 karena Perang Dunia II. PD kembali digelar pada 1950. Makanya, PD yang dilaksanakan di Brazil ini terbilang spesial karena mengobati penantian fans selama 12 tahun.

Logo PD 1950 (dok. FIFA)
Pun demikian, PD ini tampak timpang karena tim-tim eropa tidak full. Jerman dilarang tampil karena terlibat perang. Juara bertahan Italia banyak kehilangan pemainnya yang bermain di Torino akibat tragedi Superga: pesawat klub Torino menabrak bukit Superga di Lisbon. Makanya, meskipun tetap bermain, Italia tampil defensif yang kemudian melahirkan istilah catenacio.

Hal menarik lainnya: India batal jadi peserta karena tidak boleh bertanding tanpa mengenakan sepatu, nomor punggung untuk pertama kalinya dikenakan di baju pemain, dan sistem knockout dihilangkan dan diganti dengan sistem grup.

Dalam sistem grup, peserta dibagi empat grup. Juara masing-masing grup dibuatkan lagi grup dimana juara grup inilah yang menjadi juara PD. Dan dalam penentuan juara grup, tuan rumah Brazil bertemu Uruguay. Tak disangka, Brazil yang diunggulkan kalah 1-2. Uruguay juara.

Ketua FIFA, Jules Rimet, tak bisa berkata apa-apa dalam sambutannya karena yang dia siapkan adalah pidato kemenangan Brazil. Fans Brazil juga banyak yang depresi sampai-sampai pemerintah Brazil menyebar psikolog.

Brazil Vs Uruguay (dok. FIFA)
*****

Piala Dunia 1954 dilaksanakan di Swiss, markas FIFA. Hungaria menjadi tim favorit karena memiliki Ferenc Puskas, striker terbaik Eropa yang membawa Real Madrid juara Piala Champions tiga kali beruntun.

Logo PD Swiss 1954 (dok. FIFA)
Benar saja, Hungaria tampil trengginas sepanjang turnamen. Jerman Barat digilas 8-3 di babak grup; Brazil dan Uruguay dihabisi di babak gugur. Hungaria ke final dengan 25 gol dan hanya kebobolan 7 gol.

Di final, Hungaria kembali bertemu Jerman Barat, tim yang mereka gilas di penyisihan. Hungaria unggul cepat 2-0, tapi entah kenapa, Jerman Barat mampu membalikkan skor menjadi 2-3 dan juara.

Ferenc Puskas (dok. FIFA)
Banyak yang bertanya-tanya, apa rahasia kemenangan Jerman Barat? Salah satu rahasianya adalah sepatu modern yang disiapkan bagian perlengkapan tim, Adi Dasler. Sepatu itu dapat menyesuaikan dengan kondisi hujan saat laga final berlangsung.

Ferenc Puskas menjadi sejarah sebagai striker berkelas. Namanya diabadikan FIFA dalam ajang gol terbaik, Puskas Award. Sementara Adi Dasler, dalam perjalanannya, membuat perusahaan produsen alat olahraga berlabel AdiDas, singkatan dari namanya. Adiknya Rudolf Dasler juga mendirikan perusahaan yang sama berlabel Puma.

Adi & Rudolf Dasler (dok. adidassler.org)
*****

Piala Dunia 1958 awalnya menjadi tidak menarik karena tim kuat Hungaria banyak kehilangan pemainnya akibat revolusi di negaranya. Fans bola tak bisa lagi menonton aksi Ferenc Puskas.
Logo PD Swedia 1958 (dok. FIFA)
Namun, mata fans bola akhirnya tertuju pada sosok pemain muda berusia 17 tahun, Pele. Skillnya yang menari-nari membawa Brasil menjadi juara dengan mengalahkan tuan rumah Swedia 5-2. Julukan tim samba pun muncul untuk Brasil.

Pele mencetak rekor: pemain muda pertama yang mencetak gol dan hattrick di Piala Dunia, yaitu pada usia 17 tahun 29 hari. Sebaliknya, kapten Swedia Nils Liedholm menjadi pencetak gol tertua, yaitu pada usia 35 tahun 263 hari.
Pele (dok. FIFA)
Just Fontaine, striker Prancis, juga mencetak rekor. Bahkan belum terpecahkan sampai sekarang. Dia menjadi top skor dengan 13 gol.

Safawi

Safawi (dok. BolaSport.com)
Nama Muhammad Safawi Rasid mendadak terkenal. Permainannya yang elegan kala membawa Malaysia membungkam Indonesia 3-2 di Gelora Bung Karno menuai pujian.

Tapi tahukah Anda: ternyata bakat Safawi diasah oleh Rahmad Darmawan, pelatih asal Indonesia.

Itu terjadi pada tahun 2015, saat Rahmad dipercaya menjadi pelatih Trengganu Team (T-Team), tim yang bermain di Malaysian Premiere League (MPL), kasta kedua di bawah Malaysian Super League (MSL). Safawi yang kala itu berusia 16 tahun dan bermain di T-Team junior dipercaya Rahmad masuk skuat T-Team senior berkat skill-nya yang mumpuni.

Hasilnya luar biasa: untuk pertama kalinya T-Team finish di posisi tiga klasemen MPL dan naik kasta ke MSL. T-Team bersama Safawi pun menjadi pujaan supporter. Menggusur kepopuleran Trengganu FC sebagai Tim utama Kota Trengganu.

Rahmad dan Safawi akhirnya berpisah pada 2017. Rahmad 'tak mampu menahan keinginan Safawi bergabung dengan Johor Darul Takzim, Tim terbaik MSL. Rahmad sendiri memilih tidak memperpanjang kontrak di T-Team. Dia memilih kembali ke Indonesia menukangi Sriwijaya FC.

Bahlil Lahadalia

Bahlil Lahadalia (dok: Kemendikbud)
Lahir di Fakfak. Ayah tukang batu. Ibu pembantu. Bersaudara delapan orang. Kemiskinan jelas menjadi temannya. Pasti itu.

Tapi dia tidak menyerah. Dia berjuang. Dia bersyukur: berhasil lulus S1 di Sekolah Ekonomi di Jayapura sana.

Ijazah S1 itulah yang membawanya duduk di kursi kantor bank memelototi dokumen-dokumen transaksi.

Tapi dia bosan. Dia merasa menjadi pegawai bukan jiwanya. Akhirnya dia keluar dan memberanikan diri menjadi pengusaha.

Dia berpikir: menjadi pengusahalah yang akan membebaskan keluarganya dari kemiskinan.

Akhirnya dia berhasil! Usahanya berkembang di segala sektor. Diakui di kalangan pengusaha. Pengakuan yang membawanya menjadi pengusaha level nasional.

Ya, dialah Bahlil Lahadalia, Ketua PB Hipmi.