Selasa, 24 September 2019

Bahlil Lahadalia

Bahlil Lahadalia (dok: Kemendikbud)
Lahir di Fakfak. Ayah tukang batu. Ibu pembantu. Bersaudara delapan orang. Kemiskinan jelas menjadi temannya. Pasti itu.

Tapi dia tidak menyerah. Dia berjuang. Dia bersyukur: berhasil lulus S1 di Sekolah Ekonomi di Jayapura sana.

Ijazah S1 itulah yang membawanya duduk di kursi kantor bank memelototi dokumen-dokumen transaksi.

Tapi dia bosan. Dia merasa menjadi pegawai bukan jiwanya. Akhirnya dia keluar dan memberanikan diri menjadi pengusaha.

Dia berpikir: menjadi pengusahalah yang akan membebaskan keluarganya dari kemiskinan.

Akhirnya dia berhasil! Usahanya berkembang di segala sektor. Diakui di kalangan pengusaha. Pengakuan yang membawanya menjadi pengusaha level nasional.

Ya, dialah Bahlil Lahadalia, Ketua PB Hipmi.

Selasa, 27 Agustus 2019

Piala Dunia 1930-an: Jules Rimet, Efek Mussolini, dan Keikutsertaan Indonesia

Pada 1930, Piala Dunia digelar untuk pertama kali. Uruguay diangkat menjadi tuan rumah pertama. Alasannya dua: mereka kuat secara tim karena menjuarai Olimpiade dan mereka siap secara infrastruktur.

FIFA, melalui Ketuanya Jules Rimet, berjuang keras melaksanakan PD pertama di Uruguay itu. Mulai menyebarkan undangan sampai membujuk beberapa negara. Tiga belas negara akhirnya bersedia. Sembilan dari benua Amerika; empat dari Eropa. Akomodasi kapal laut peserta, terkhusus tim eropa, sebagian besar ditanggung panitia.

Untuk menghargai perjuangan Jules Rimet, trofi Piala Dunia dinamai dengan namanya.

Jules Rimet (kiri) dan trofi Piala Dunia (dok. FIFA)
Logo Piala Dunia 1930 (dok. Wikipedia)
Uruguay akhirnya melenggang ke partai final bertemu Argentina. Menariknya, masing-masing tim membawa bola sendiri. Wasit memutuskan: babak pertama pakai bola Argentina; babak kedua pakai bola Uruguay. Mungkin pemakaian bola berpengaruh. Argentina unggul 2-1 di babak pertama, tapi kemudian dibaliki 2-4 di babak kedua. Uruguay juara.

Tim Uruguay (dok. FIFA)
*****

Piala Dunia 1934 yang digelar di Italia diwarnai beberapa kontroversi. Pertama, juara bertahan Uruguay menolak ikut sebagai balasan kepada Italia yang menolak ikut pada PD 1930 di Uruguay.

Poster Piala Dunia 1934 (dok. Wikipedia)
Kedua, pengaruh Benito Mussolini, pemimpin fasis Italia, sepanjang turnamen terasa sekali. Salah satunya, dia menunjuk langsung wasit yang memimpin partai semi final antara Italia lawan Austria.

Ketiga, belum ada metode penyelesaian untuk partai yang berakhir seri. Partai perempat final Italia lawan Spanyol yang berakhir seri pun harus diulang 2x45 menit di hari yang sama. Gol semata wayang Gioseppe Meazza memenangkan Italia.

Italia akhirnya menjadi juara setelah mengalahkan Cekoslowakia 2-1 di final. Meskipun ada efek Mussolini, Italia tetap diakui sebagai tim kuat.

Tim Italia bersama Mussolini (dok. FIFA)
*****

Piala Dunia 1938 digelar di Prancis, kampung Jules Rimet, sang Ketua FIFA. Ada beberapa hal menarik dalam even itu. Pertama, beberapa negara batal ikut karena ragam alasan: Spanyol dilanda perang sipil di negaranya; Austria mengalami aneksasi dengan Jerman.

Poster Piala Dunia 1938 (dok. FIFA)
Kedua, final dini terjadi di Semi Final. Sang juara bertahan Italia yang taktis bertemu Brazil yang aktraktif. Karena yakin menang, Brazil bahkan sudah memesan tiket pesawat ke Paris, tempat laga final dihelat. Namun akhirnya Italia yang menang. Sebagai sindiran, Italia nego ke Brazil untuk membeli tiket pesawat yang sudah dibeli, namun ditolak mentah-mentah.

Tim Italia akhirnya naik kereta ke Paris untuk bertemu Hungaria di final. Italia menang 4-2 dan juara untuk kedua kalinya beruntun.

Ketiga, pemain-pemain Indonesia turut bermain di Piala Dunia bersama tim Hindia Belanda. Mereka adalah Anwar Sutan, Achmad Nawir, Hans Taihitu, Tjaak Pattiwael, dan Suvarte Soedarmadji. Mereka gugur setelah dikalahkan Hungaria 6-0.

Tim Hindia Belanda di Piala Dunia 1938 (dok. FIFA)

Rabu, 14 Agustus 2019

As Sudais

Syaikh Abdurrahman As Sudais (dok. Okezone)
Dia sangat nakal saat masih kanak-kanak di Riyadh. Bersyukur ibunya lembut. Meskipun dia nakal, ibunya selalu menegur dengan kalimat doa: semoga engkau menjadi Imam Masjidil Haram!

Tak butuh waktu lama, dia perlahan punya ketertarikan yang luar biasa kepada Al Qur'an. Di usia 12 tahun, dia bahkan sudah menghapalnya.

Dan doa dari ibunya berujung nyata: dia diangkat menjadi Imam Masjidil Haram pada 1990-an. Lantunan ayat-ayat Al Qur'an yang keluar dari mulutnya melegenda ke telinga-telinga umat Muslim di seluruh dunia.

Ya, dialah Syaikh Abdurrahman Al Sudais.

Kaka

Kaka kecil (dok. Google Images)
Bakat sepakbola yang hendak dibangunnya nyaris habis di usia 18. Dia terjatuh di kolam renang. Tulang punggungnya bermasalah. Dia berpotensi lumpuh.

Namun Tuhan masih menolongnya. Dia sembuh dan menemukan lagi titik tertinggi dalam hidupnya. Titik yang 'tak disia-siakannya. Dia terus mengasah kemampuannya bersepak bola.

Akhirnya, dia berhasil meraih level tertinggi dalam karirnya saat bergabung dengan AC Milan. Ragam gelar diraihnya, secara tim maupun individu.

Selebrasi dua tangan menunjuk ke atas adalah bukti kesyukurannya kepada Tuhan atas pencapaiannya.

Ya, dialah Kaka, salah satu playmaker terbaik Brazil dan sepakbola dunia.

Jumat, 12 Juli 2019

Selamat Jalan Ali Baba!

 
Ali Baba (dok. OLE)

Ali Baba. Dua kali saya bertemu langsung dari jarak dekat dengan beliau.

Pertama, di Malino sekira tahun 1996. Beliau bersama skuad PSM sedang latihan fisik di lapangan Prayuda Sechata. Dipimpin langsung pelatih Syamsuddin Umar. Saya bilang ke teman, "Ciniki sai, lompona ngaseng bitisi'na." 


Kedua, di Fakultas Ekonomi Unhas sekira tahun 2006. Beliau nongkrong di pelataran bersama teman-temannya. Mereka lagi menunggu dosen untuk kuliah.

Selepas pensiun dari bola, Ali Baba memang melanjutkan karir dengan menjadi akademisi di bidang Ekonomi. YPUP adalah kampus tempat beliau mengabdi.

Selamat jalan Ali Baba! Semoga Allah memberkahimu!


Dian Sastro dan Ujian Skripsinya

Dian Sastro (dok. Google)
Pada 2007, saat Dian Paramita Sastrowardoyo mau ujian skripsi, isu berkembang: perempuan cantik itu akan dapat privilege dari dosen pembimbing dan penguji karena status keartisannya.

Untuk menepis isu itu, Rocky Gerung (Pembimbing Dian) memutuskan: ujian Dian berlangsung terbuka. Siapa pun bisa datang, duduk, dan melihat Dian ujian.

Menjadi sejarah pertama di UI: ada ujian skripsi berlangsung terbuka. Dan karena Dian artis, wartawan pun ramai meliput.

Dian pun akhirnya mampu melewati ujian itu. Melalui skripsi berjudul Kompleks Industri Kecantikan: Sebuah Kritik Sosio Filosofis, Dian berhasil meraih gelar S.Hum dari Jurusan Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.

Rabu, 19 Juni 2019

Mou

Jose Mourinho
Datang memberi sentuhan dan gelar. Sesederhana itu cara Jose Mourinho menangani sebuah klub. Dan, yang menarik, 'tak butuh waktu terlalu lama. Rata-rata hanya tiga musim.

Kuncinya sederhana saja: pemain yang tepat dan permainan yang efektif. Itu saja!

Koleksi 25 gelar klub, domestik dan Eropa: FC Porto 6 gelar, Chelsea 8 gelar, Inter Milan 5 gelar, Real Madrid 3 gelar, dan Manchester United 3 gelar.

Koleksi 47 gelar individual. Yang menarik adalah gelar Doktor. Atas kemampuannya dalam taktik sepakbola, Mou diberi gelar Doktor Honoris Causa oleh Lisbon Technical University.

*****

Mou mengawali karir gemilang bersama FC Porto pada musim 2002 - 2004. Semua gelar domestik Portugal disabetnya. 'Tak mengherankan sebab Porto memang rajanya. Capaian ini dianggap biasa.

Yang membuat publik bola kagum dengan Mou adalah keberhasilannya membawa Porto meraih dua gelar bergengsi Eropa: Liga Eropa dan Liga Champions dua musim beruntun. Ini dianggap luar biasa.

*****

Salah seorang yang menganggap prestasi Mou di Porto luar biasa adalah Roman Abramovich, pemilik Chelsea.

Tanpa pikir panjang, Abramovich pun langsung merekrut Mou pada musim 2004-2005. Targetnya tidak tanggung-tanggung: juara Liga Inggris. Gelar yang terakhir diraih Chelsea pada musim 1954-1955. Itu 50 tahun lalu saat Perang Dunia II terjadi.

Ajaibnya, di musim pertama, Mou langsung mewujudkannya. Berbekal pembelian pemain-pemain bertipikal cepat dan petarung: Ricardo Carvalho, Joe Cole, Arjen Robben, Damien Duff, dan Didier Drogba.

Tiga musim menangani Chelsea, dari 2005 hingga 2007, semua gelar domestik Inggris dipersembahkannya untuk Chelsea, tanpa kecuali. Sayang, prestasi Chelsea di Liga Champions terhenti di Semi Final.

****

Musim 2008-2009, Mou menerima pinangan Inter Milan. Targetnya kali ini lebih tinggi: juara Liga Champions. Gelar yang diraih terakhir oleh Inter 34 tahun lalu.

Kehilangan Zlatan Ibrahimovic tak membuat Mou kelimpungan. Diego Milito yang jaya bersama Genoa pun direkrutnya. Didampingi Samuel Eto'o yang pengalaman dan Goran Pandev yang efektif di sayap kiri.

Hasilnya, di musim 2009-2010, sejarah bagi Inter Milan tercipta, yaitu trebble winners: juara Liga Champions, Liga Italia, dan Coppa Italia. Capaian yang membuat Mou, pemain, dan supporter Inter Milan 'tak kuasa membendung air mata.

*****

Musim 2010-2011, Mou direkrut Real Madrid. Targetnya sangat berat: menghentikan dominasi Pep Guardiola dan Barcelona di Spanyol plus mengembalikan kejayaan Real Madrid di Liga Champions yang sejak musim 2004 tak pernah lagi menyentuh Semi Final.

Keraguan sempat menghinggapi fans tatkala Madrid digasak Barcelona 0-5. Permainan Madrid kalah jauh dibandingkan Barca. Mou terduduk lesu di kursi official.

Tapi perlahan, Madrid menemukan ritme permainan. Efektifisme ala Mou berjalan. Hingga akhir musim, Madrid terus membuntuti Barcelona di klasemen La Liga dengan hanya selisih 4 poin.

Gagal di La Liga, Mou menebusnya di Copa Del Rey. Madrid keluar sebagai kampiun setelah mengalahkan Barcelona 1-0 lewat gol Cristiano Ronaldo. Mou berhasil memberikan gelar yang terakhir diraih Madrid tahun 1993. Sudah lama.

Musim kedua adalah musim terbaik Mou di Madrid. Dia berhasil mengkudeta Barcelona dengan menjadi juara La Liga. Mou membawa Madrid memperoleh raihan 100 poin. Tertinggi dalam sejarah La Liga.

Di Liga Champions, Mou berhasil mengembalikan Madrid ke Semi Final tiga tahun beruntun. Sayang, ketiga Semi Final itu selalu berujung kegagalan.

Bersama Madrid, Mou menyapu bersih semua gelar domestik.

*****

Musim 2013-2014, Mou kembali ke Chelsea. Dan sejarah terulang. Gelar Liga Inggris plus dua kali juara Piala Liga dipersembahkan Mou.

Sayangnya, Mou dan Chelsea memang tidak berjodoh di Liga Champions. De Javu semi final pun bahkan tak terwujud.

*****

Musim 2016-2017, Mou mengkhianati Chelsea di Inggris. Dia menerima pinangan Manchester United. MU yang redup pascapensiunnya Sir Alex Ferguson coba disentuh oleh Mou.

Lagi-lagi, tak butuh waktu lama, Mou mempersembahkan gelar untuk MU: Piala Liga dan Liga Eropa. Terkhusus Liga Eropa, itu adalah gelar pertama MU sepanjang sejarah gelarannya.