Seperti daun
Mampu meredam panas
Dan mengubahnya menjadi kesejukan
Gesekannya merebakkan bunyi kesunyian
Baunya menebarkan aroma kehidupan
Ulat-ulat hidup darinya
Burung-burung hidup darinya
Manusia pun hidup darinya
Jumat, 30 November 2018
Sabtu, 24 November 2018
WJS Poerwadarminta, Pembuat Kamus Bahasa Indonesia Pertama
Wilfridus Josef Sabarija Poerwadarminta adalah pembuat buku Kamus Bahasa Indonesia pertama. Bukunya terbit tahun 1956. Dan kemudian dicetak ulang hingga 1980-an.
Modalnya untuk membuat kamus tidak main-main: dia menguasai banyak bahasa asing dan dia membaca banyak literatur sastra, salah satunya novel Layar Terkembang karya Sultan Takdir Alisjahbana.
Prinsip yang dipakainya sederhana saja: kalau sebuah kata telah dipakai oleh lima penulis pada lima tempat, maka kata itu adalah kata Indonesia.
Kata yang terkumpul kemudian disusun berdasarkan abjad dengan menggunakan kartu. Prinsip yang dipakai: sederhana dan praktis.
Setelah kata tersusun, tibalah pada bagian tersulit dalam membuat kamus: memberi arti pada setiap kata dengan kalimat yang mudah dipahami.
Terkadang, Poerwadarminta menghabiskan satu hari hanya untuk mengartikan satu kata. Tapi begitulah, Poerwadarminta bekerja keras hingga tersusunlah Kamus Bahasa Indonesia.
'Tak salah jika banyak akademisi dan sastrawan yang menjuluki Poerwadarminta sebagai Leksikograf terbaik Indonesia.
Setelah berhasil membuat Kamus Bahasa Indonesia, Poerwadarminta juga membuat kamus Indonesia-Inggris dan Inggris-Indonesia.
Pertemuan Terakhir Soekarno dan Hatta
Pada 1956, Hatta mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden Soekarno. Dalam tulisan Demokrasi Kita pada majalah Pandji Masyarakat pada 1960, Hatta menuliskan jelas alasannya. Ringkasnya, perbedaan keduanya 'tak dapat lagi dijembatani. Ramalan Soekarno bahwa dirinya akan menjadi pemimpin besar sepertinya tidak membutuhkan orang kedua.
Namun keduanya tidak saling membenci. Hatta bahkan 'tak pernah sekali pun memprovokasi siapa pun untuk membenci Soekarno. Pun ketika Soekarno kebablasan dengan demokrasi terpimpinnya. Bagi Hatta, jasa-jasa Soekarno di masa perjuangan 'tak bisa dilupakan.
Pada 1970, di rumah sakit Gatot Soebroto, Hatta mendatangi Soekarno yang sakit parah. Hatta bertanya, "Apa kabar?" Sambil mengelus-elus tubuh Soekarno. Soekarno menjawab dengan jawaban 'tak jelas; air matanya menetes membasahi bantal. Soekarno minta dipakaikan kacamata agar dapat memandangi Hatta. Keduanya lalu berbicara dari hati ke hati.
Dua hari kemudian, Soekarno menghembuskan nafas terakhir. Keduanya pun berpisah tanpa kebencian.
Abdoel Moeis, Orang Pertama yang Menerima Gelar Pahlawan Nasional
Moehammad Hatta masih sangat muda kala melihat Abdoel Moeis berpidato. "Aku kagum melihat cara Abdoel Moeis berpidato, aku asyik mendengar suaranya yang merdu setengah parau. Sampai pada saat itu, aku belum pernah mendengar pidato yang begitu hebat dan membakar semangat," kata Hatta.
Abdoel Moeis adalah orang Indonesia pertama yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Gelar itu diberikan Presiden Soekarno kepadanya sebulan setelah dia wafat pada 17 Juni 1959.
Apa jasa-jasa pria kelahiran Agam, Sumatera Barat, pada 3 Juli 1883 itu untuk Indonesia? Pertama, Abdoel Moeis adalah jurnalis yang aktif membuat tulisan propaganda menentang Belanda. Saat Belanda menangkap dan mengasingkannya, dia berhasil mengumpulkan pikirannya dan membuat karya novel Salah Asuhan.
Kedua, 'tak hanya aktif lewat tulisan, Abdoel Moeis juga bergerak lewat Partai Sarekat Islam. Dia kemudian menjadi tokoh besar di Partai itu. Saat mewakili PSI dalam pertemuan dengan pemerintahan Belanda, dia banyak menyampaikan tuntutan, salah satunya menuntut Belanda mendirikan Technische Hooge School yang menjadi cikal-bakal Institute Teknologi Bandung.
Langganan:
Postingan (Atom)