Lapangan Golf Padivalley |
Sejak saat itu, 'tak ada lagi perampokan di daerah Patallassang. Yang tersisa hanyalah cerita kelam tentang Daeng Jarung dan komplotannya. Dan bagaimana cara mereka merampok.
Suardi (25 tahun), warga asli Patallassang, menceritakan dengan lancar aksi perampokan komplotan Daeng Jarung, "Datangi baik-baik minta satu ekor ayam. Kalau diacuhkangi, tunggumi malam-malam, satu kandang ayam hilang."
Tapi itu cerita lalu. Patallassang kini telah berubah penuh damai. Pemerintah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, bahkan memroyeksikan daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Maros itu sebagai kota idaman.
Lokasi dan jalanan menuju kota idaman sudah ada, tinggal menggaet investor untuk pembangunannya ke depan. Sebagai langkah awal, akan dikembangkan terlebih dahulu Kawasan Industri Gowa (KIWA). Sebelumnya juga telah dibangun Lapangan Golf Padivalley dengan segala fasilitas di dalamnya.
*****
Ahad kemarin, 8 Nopember 2015, saya menyempatkan waktu bersepeda ke daerah Patallassang. Dari rumah di Sudiang, Makassar, saya mengayuh sepeda dengan jarak tempuh sekira 50 kilometer hingga pulang kembali ke rumah.
Jangan kagum! Apa yang saya lakukan itu belumlah seberapa. Pada 1990-an, ketika jalanan di Patallassang masih tanah merah dan belum beraspal mulus seperti sekarang, para orangtua di sana sudah mengayuh sepeda mereka tiap hari menuju Pasar Terong Makassar guna menjajakan hasil kebun mereka.
Mereka mengayuh sepeda mulai pukul 01.00 malam karena pasar dimulai pada subuh hari. Selepas hari pasar, mereka pun kembali ke rumah mereka. Begitulah aktifitas mereka setiap hari. Luar biasa!
Patallassang yang dalam bahasa Indonesia berarti penghidupan, semoga betul-betul menjadi penghidupan dan kota idaman bagi warganya dan warga di daerah sekitarnya. Apapun perkembangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar