Tangan Fitri (38 tahun) dengan lincah mencampur adonan beras ketan, gula merah, gula pasir, dan parutan kelapa dalam sebuah cetakan lalu meletakkannya di atas sebuah kukusan. Dalam hitungan menit, putu cangkir pun jadi dan siap dijual.
Itulah rutinitas harian Fitri dan keluarganya: membuat putu cangkir, kue khas Bugis-Makassar, dan menjualnya. Dengan menggunakan gerobak, Fitri yang asli Makassar menjajakan putu cangkirnya seharga Rp 800 per biji dari sore hingga sekira pukul 12 malam. Fitri berjualan di pinggiran jalan dekat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Daya, Makassar.
Gerobak Fitri 'tak pernah sepi dari pembeli. Rasa gula merah yang legit menjadi ciri khas putu cangkir jualannya yang digemari pembeli. Terlebih Fitri juga selalu memberikan bonus kue lebih kepada pembeli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar