|
Lukisan Somba Opu (Foto: Tidak Diketahui) |
Pada 1593, Kerajaan Gowa dipimpin oleh Raja ke-14, I Mangerangi Daeng
Manrabbia Karaeng Lakiung. Selama memimpin, Karaeng Lakiung sangat
terbuka terhadap ideologi-ideologi yang masuk dari luar, salah satunya
ideologi Islam.
Di Kerajaan Gowa dan daerah sekitarnya, Islam dibawa oleh tiga ulama
asal Minang, Sumatera, yaitu Datuk Ri Bandang, Datuk Ri Tiro, dan Datuk
Patimmang. Islam yang mereka bawa pun akhirnya masuk juga ke Kerajaan
Gowa.
Pada 1605, Kerajaan Gowa akhirnya menganut Islam sebagai agama mereka
mengantikan animisme yang sebelumnya mereka anut. Kerajaan pun secara
ideologi berubah menjadi Kesultanan. Karaeng Lakiung mengikrarkan diri
masuk Islam dan diberi gelar Sultan Alauddin.
Kerajaan Gowa kemudian menyebarkan Islam ke daerah-daerah sekitarnya,
termasuk ke kerajaan-kerajaan kecil yang dikuasainya. Secara damai
maupun melalui perang. Islam pun tersebar di hampir seluruh wilayah
Sulawesi secara cepat.
----------
Sultan Alauddin diakui sebagai tokoh yang berjasa menyebarkan Islam
di Sulawesi Selatan, terkhusus Makassar dan sekitarnya. Untuk
menghargai jasa tersebut, nama Sultan Alauddin disematkan pada nama
Universitas Islam Negeri di Makassar. Nama Sultan Alauddin juga
disematkan menjadi nama jalan protokol di Makassar dimana kampus UIN
berada.
----------
Selain berhasil menyebarkan Islam, Sultan Alauddin juga berhasil
mempertahankan hegemoni Gowa sebagai kerajaan maritim dan pusat
perdagangan. Kapal asing dari negara-negara eropa bersandar di dermaga
Somba Opu untuk bertransaksi rempah-rempah. Pedaganag dari Portugis,
Spanyol, dan Belanda bahkan bekerja sama khusus dengan Kerajaan Gowa.
Dalam perjalanannya, Belanda diliputi keserakahan. Dia ingin
menguasai perdagangan rempah-rempah dunia. Hubungan dengan Kerajaan Gowa
pun menjadi renggang dan bahkan berujung perang. Perang pertama
Kerajaan Gowa dan Belanda pun meletus pertama kalinya pada 1630 di laut
Maluku.
Perang melawan Belanda membuat Kerajaan Gowa banyak membangun benteng-benteng untuk pertahanan. Salah satunya membangun benteng berbentuk hewan penyu yang dinamai Benteng Penyu (
Benteng Panyua) yang terletak di daerah ujung (tepi) laut yang banyak ditumbuhi pohon pandan. Letaknya tidak jauh dari Benteng Somba Opu.
----------
Benteng Penyu diambil alih oleh Belanda (akan dijelaskan pada tulisan selanjutnya) dan diubah namanya menjadi Fort Rotterdam. Benteng itu masih ada sampai sekarang dan dijadikan tempat wisata oleh Pemerintah Kota Makassar.
Daerah ujung (tepi) laut yang banyak ditumbuhi pohon pandan memrakarsai penamaan Ujung Pandang di kemudian hari sebagai nama kota, selain Makassar.
----------
Selama 46 tahun berkuasa, Sultan Alauddin akhirnya wafat pada 1639
dan digantikan anaknya I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Ujung Karaeng
Lakiung bergelar Sultan Malikussaid. Pada era Sultan Malikussaid,
perang melawan Belanda tetap berlangsung. Kerajaan Gowa bahkan bersatu
dengan Kerajaan Ternate menyerang Belanda.
Selain itu, Kerajaan Gowa juga mengalami perkembangan sebagai Kerajaan Maritim. Apalagi Sultan Malikussaid memiliki Mangkubumi yang sangat hebat dalam bernegosiasi dan menguasai banyak bahasa, yaitu Karaeng Patingngalloang.
Dirangkum dari pelbagai sumber bacaan dan informasi.