Minggu, 22 Januari 2017

Kopi

Banyak sudah tulisan tentang kopi: artikel, penelitian, novel, bahkan puisi. Ingin juga menulis tentang jenis biji-bijian itu, namun 'tak ada lagi bahan. Mungkin saking enaknya kopi itu sampai 'tak ada lagi kalimat untuk mengungkapkannya.

Pertama kali suka kopi saat menggarap skripsi 2007 silam. Sebelumnya saya lebih banyak minum teh. Kopi idola saya waktu itu adalah coffemix, kopi susu sachet pertama. Candu. Saya bisa menghabiskan hingga lima sachet perhari sambil mengetik kalimat. Walhasil, skripsi saya selesaikan setahun kemudian. Bisa dibayangkan sudah berapa sachet yang saya habiskan.

Selanjutnya, kesukaan saya terhadap kopi berlanjut seiring mulai menjamurnya warkop-warkop di kota Makassar. Warkop favorit saya adalah Dg. Sija. Entah kenapa, seiring waktu, kopi di warkop Dg. Sija kehilangan rasa. Komersialisasi telah merenggutnya.

Hari demi hari, saya mulai suka nongkrong di warkop lain, apalagi yang ramai: Mappanyukki, Andalas, Dottoro', 51, Az Zahrah, dan lainnya. Perlahan, rasa kopi di warkop-warkop itu juga turut simpang siur. Benar kata El dalam film Filosofi Kopi, "Kopi itu harus dibikin dengan cinta, bukan ambisi." Apalagi ambisi bisnis.

Dalam perjalanannya, kesukaan saya terhadap kopi semakin spesifik. Saya lebih suka memesan kopi Vietnam sekarang, kopi yang terkenal karena adanya kasus Jessica-Mirna. Entahlah, kopi itu rasanya pas saja di lidah. 

Entah sampai kapan candu ini ada. Yang jelas, saya ingin selalu menikmatinya.

Sabar menanti.
Kopi dan bukunya sungguh berisi.
Gerimis di luar pun perlahan teresapi

Sabtu, 07 Januari 2017

Kampala

Bagi yang ingin mengkhayalkan keberadaan Kerajaan Marusu' (Maros) berabad-abad silam, mungkin Kampala bisa mewakilinya.

Tanah yang subur, sungai yang membentang panjang, dan kuburan para tetua bisa membawa kita menerka-nerka, betapa bersahajanya Kerajaan itu dulu.

Dan generasi sekarang punya cerita, semoga mereka bisa membawa Maros menjadi lebih jaya. Dan Kampala hanyalah saksi bisu.

Rumah dengan perahu di depannya
Perahu bersandar di dermaga
Angkutan sungai
Jembatan di atas sungai
Jalan Poros
Angkutan sungai
Perahu kecil
Perahu besar

Kamis, 05 Januari 2017

Pantai Kuri

Wisata pantai sudah sangat lazim di Makassar dan daerah sekitarnya. Tapi Pantai Kuri yang terletak di Maros dijamin memberikan suasana beda.

Pantainya masih alami, belum tersentuh komersialisasi sama sekali. Kehadiran kampung nelayan Kuri Caddi di samping kanannya semakin menambah kealamian.

Foto-foto berikut mungkin bisa menggambarkannya:

Nelayan bersandar
Pohon Bakau
Perahu di belakang rumah nelayan
Dermaga alami
Suasana pantai belakang kampung
Pantai alami
Dahan tumbang yang 'tak dihiraukan
Anugerah Tuhan dalam bentuk alam

Pantai Alami
Bagi yang ingin mengunjungi Pantai Kuri, silahkan lewat jalan Pate'ne di samping jalan tol Ir. Sutami. Tepat di ujung jalan Pate'ne terdapat dua jalan: kalau lurus lalu belok kanan, kita menuju kampung nelayan Kuri Lompo; kalau belok kiri dan berjalan lagi sekira satu kilo lebih, kita menuju Pantai Kuri dan kampung nelayan Kuri Caddi.