Jumat, 25 Mei 2012

Hutan Universitas Hasanuddin

Danau Unhas yang indah
Bagi yang pernah berkuliah atau berkunjung ke Universitas Hasanuddin Makassar (Unhas), pasti sepakat bahwa Unhas masuk kategori hutan.

Menurut UU RI No. 41 tahun 1999, hutan berarti: "kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan."

Jalanan Unhas yang dipenuhi pepohonan
Unhas masuk dalam arti tersebut, bukan? Ya, lingkungan Unhas didominasi pepohonan lebat beragam jenis: jati, cempaka, palem dan lainnya.

Bagi yang penat dengan emisi karbondioksida kota Makassar, silahkan mampir ke Unhas. Dijamin akan merasakan oksigen segar yang berkualitas ditambah pemandangan danau Unhas yang indah.

Senin, 21 Mei 2012

Libur Panjang di Bandung

KAMIS, 17 Mei 2012, saya dan rombongan teman kantor berjalan-jalan ke Bandung. Pagi-pagi sekali kami sudah berada di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar untuk terbang menuju Jakarta. Dari Jakarta, kami naik bis ke Bandung dengan jarak tempuh 140 kilometer dalam waktu sekira tiga jam lamanya. Bis yang kami tumpangi secara cepat menyusuri jalanan tol yang sangat panjang dan bercabang.

Jujur, baru kali ini penulis menyusuri dan melihat jalanan tol sepanjang itu. Di Makassar sendiri sudah ada jalanan tol, tapi pendek dan hanya digunakan pengendara sebagai akses cepat menuju bandara. Beda dengan yang penulis lalui menuju Bandung, jalanan tolnya benar-benar menghubungkan daerah satu dengan daerah-daerah lain yang jauh.

Jalanan tol menuju Bandung [foto: Muhardi]
Sepanjang perjalanan, kami dapat melihat pemandangan kota, desa, sawah, sungai dan gunung-gunung hijau yang menghampar. Sayang sebagian dari gunung-gunung itu telah hancur menganga karena dieksploitasi perusahaan tambang. Di sisi jalanan, banyak tersedia tempat singgah yang disebut Rest Area. Di situ tersedia toilet, check point kendaraan dan tempat makan-minum, dari yang sederhana sampai yang elit.    

Penulis benar-benar takjub melalui jalan tol itu dan bersyukur bisa menikmatinya. Perjalanan yang menyenangkan. Mengikuti istilah yang lagi tren, penulis menyebutnya joytour. Alhamdulillah tidak setragis joyflight. Turut berduka atas kejadian tragis itu.  

BANDUNG kota tujuan kami adalah ibukota Provinsi Jawa Barat. Kota yang dikelilingi pegunungan itu berdiri di atas tanah dengan kontur sebagian pebukitan dan sebagian dataran. Dua aliran sungai mengalir di tengah-tengahnya: sungai Cikapundung dan sungai Citarum.

Dengan kontur tersebut, Bandung ditumbuhi pohon-pohon dan bunga-bunga dengan sangat suburnya. Suhu juga cukup dingin, terlebih kalau turun hujan. Namun dengan semakin padatnya bangunan dan penduduk, suhu dingin pun perlahan semakin berkurang. Maklum saja, Bandung adalah kota Metropolitan yang penuh aktifitas dengan penduduk ketiga terpadat setelah Jakarta dan Surabaya.

Suasana kota Bandung dari atas [foto: Muhardi]
SAYA pernah memijaki tiga kota dengan kontur seperti Bandung: Parepare sama Soppeng di Sulawesi Selatan dan Baubau di Sulawesi Tenggara. Dugaan saya: tata letak kota Bandung tidak jauh beda dengan ketiga kota itu. Dan ternyata dugaan saya benar. Cuma bedanya, Bandung lebih rapi dan elit. Banyak bangunan yang desainnya unik dan cantik serta mengandung unsur sejarah yang kuat.

Satu lagi perbedaannya, kota Bandung jauh lebih hijau. Hampir di setiap sisi jalanan dan di halaman-halaman bangunan berdiri pohon-pohon besar berdaun rindang. Cukup memberikan kesejukan dan oksigen segar untuk dihirup. Pemerintah Kota Bandung juga membangun beberapa taman kota yang semakin menambah kehijauan dan kesejukan kota. Lingkungan hijau setidaknya mampu menyerap polusi dari kendaraan di jalanan-jalanan Bandung yang padat merayap, macet.

Suasana jalanan di Bandung
Persoalan macet memang menjadi lazim di kota, apalagi kota sekelas Bandung yang tiap akhir pekan menjadi sasaran invasi para wisatawan, dari dalam maupun luar kota. Terlebih beberapa jalanan di Bandung memang berukuran sempit. Sepertinya memang tidak ada solusi lain selain kendaraan harus dibatasi.

BANDUNG memang layak dijadikan kota tujuan wisata. Di kota yang dipimpin walikota Dada Rosada itu, segala bentuk wisata lengkap tersedia: wisata alam, wisata kuliner dan wisata belanja, bahkan wisata sejarah pun ada. Kami melakukan semua jenis wisata itu.

Untuk wisata alam, kami mengunjungi gunung Tangkuban Perahu pada Jumat, 18 Mei 2012. Gunung jenis stratovulcano ini merupakan gunung api aktif yang masuk dalam pengawasan Direktorat Vulkanologi Indonesia. Tanda keaktifan gunung ini adalah letusan lava dan sulfur yang dikeluarkannya, meskipun dalam skala kecil. Gunung ini juga mengeluarkan uap belerang yang baunya sangat menyengat.

Kawah gunung Tangkuban Perahu
Saat kami kunjungi, Tangkuban Perahu ramai dikunjungi wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Kawah di tengah gunung memang memberikan pemandangan yang luar biasa. Di sekeliling kawah kehidupan ekonomi sangat bergairah. Jajaran kios-kios kecil menjajakan makanan dan barang-barang kerajinan khas Bandung.

Perusahaan swasta yang mengelola wisata Tangkuban Perahu juga memberikan fasilitas yang lengkap: toilet yang bersih dan tempat ibadah yang cukup luas. Namun satu hal yang setidaknya mengganggu kenyamanan kami adalah mobil-mobil yang dibiarkan naik sampai ke puncak. Menurut kami, seharusnya mobil-mobil itu ditaruh tidak di lokasi dekat dengan kawasan kawah karena menyebabkan kesemrawutan. Tapi secara keseluruhan, kawasan wisata Gunung Tangkuban Perahu memberikan kepada kami kesan yang mendalam.

Parkir semrawut di puncak Tangkuban Perahu
Untuk wisata kuliner, kami menikmati makanan khas Sunda di beberapa restoran: Wibisana, Praoe, Saung Balibu dan Warung Nasi. Yang khas dari makanan Sunda adalah rasa manisnya yang mendominasi. Sayur, ayam, ikan, semuanya disajikan manis, bahkan sambalnya pun manis. Tapi enak, dan kami menikmatinya.

Selain makanan khas, Bandung juga punya roti dan kue khas yang dijual di toko terkenal bernama Kartika Sari yang tersebar di beberapa titik di kota Bandung. Saya menyempatkan diri ke toko itu di kawasan Dago dan membeli roti molen pisang dan kue brownies.

Makanan khas lain asal Bandung adalah siomay, cimol, batagor, peuyeum dan 'peuyeumpuan'. Weits....untuk kue yang terakhir itu lain, hehehehe. Ya, bagi laki-laki normal, perempuan Bandung memang cukup berkesan. Kata teman: dari 10 perempuan Bandung, rata-rata cantik, beda dengan kota lain yang hanya satu-dua yang cantik. Teman yang lain berkata: kalau dua perempuan Bandung berjalan, empat yang cantik, karena bayangannya pun cantik. Ah lebay. Tapi memang, saya telah membuktikannya, neng gelis eui...  

Pasar Baru, kawasan belanja di Bandung yang termurah
Untuk wisata belanja, Bandung menyediakan banyak lokasi, diantaranya Pasar Baru, Cihampelas, dan Dago. Tidak salah Bandung disebut sebagai Paris van Java, maksudnya kota Paris yang ada di pulau Jawa. Apa hubungannya Bandung dengan Paris? Ya, keduanya sama-sama kota mode. Warga Bandung -terutama anak muda- sangat modis dan memerhatikan penampilan, terkhusus dalam hal pakaian. Makanya di Bandung sangat marak toko-toko pakaian.

Gedung Sate
Untuk wisata sejarah, Bandung memiliki banyak bangunan dan kawasan peninggalan Belanda yang didesain bergaya eropa, seperti gedung Bank Indonesia, gedung Sate, gedung Merdeka di jalan Asia-Afrika, kawasan Braga dan lainnya. Kesemua bangunan itu mengandung unsur sejarah yang kuat dan membuat pengunjungnya seakan-akan berada di sebuah tempat di luar Indonesia. 

SABTU siang, 19 Mei 2012, kami kembali ke Jakarta. Liburan panjang di Bandung yang cukup berkesan. Dan sepertinya kami tidak akan menolak jika ada ajakan lagi menuju ke sana.

Selasa, 15 Mei 2012

70 Tahun Jusuf Kalla: 15 Mei 1942 - 15 Mei 2012

JK bersama Direksi dan Staf PT Hadji Kalla [foto: Widi Anugrah]
15 Mei 1942: Muhammad Jusuf Kalla lahir di kota Watampone, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Ayahnya bernama Kalla dan Ibunya bernama Athirah.

1942-1950: JK menghabiskan masa kecilnya di kota Watampone. Seperti anak kecil lainnya, JK bermain, belajar di sekolah dasar dan mengaji diajari oleh ibunya. JK juga sesekali membantu ayahnya berdagang di sebuah kios di Pasar Bajoe.

1952: JK dan keluarganya pindah ke kota Makassar dan mendirikan perusahaan dagang bernama NV Hadji Kalla Trading Company.

1952-1960: JK menjalani masa sekolah di Sekolah Islam Datumuseng Makassar dan melanjutkannya di SMA Negeri 3 Makassar. Saat menjadi siswa, JK aktif di organisasi Pemuda Pelajar Islam (PII) Sulawesi Selatan dan kemudian menjadi Ketua di organisasi itu. Di SMA pula, JK pertama kali bertemu dan jatuh hati kepada Mufidah.

1960-1967: JK menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (FE Unhas) Makassar. Saat menjadi mahasiswa, JK aktif di pelbagai organisasi, dari organisasi jurusan, fakultas, senat, sampai organisasi mahasiswa se-Sulawesi Selatan: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). JK kemudian menjadi Ketua di organisasi-organisasi tersebut.

Pada masa kuliah pula, JK melakukan pendekatan kepada Mufidah. Contohnya: Saat Mufidah kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar sambil bekerja di bank sebagai teller, JK mendaftar sebagai asisten dosen di UMI dan menabung di bank tempat Mufidah bekerja. Usaha JK akhirnya berhasil. JK dan Mufidah bertunangan pada 1966.

1967: JK selesai menempuh pendidikan di FE Unhas dan memperoleh gelar Dokturandus. Selanjutnya, JK bekerja membantu ayahnya di NV Hadji Kalla Trading Company sebagai karyawan kemudian naik menjadi manajer. Di tahun ini juga, JK menikahi Mufidah.

1968: JK mewarisi penuh perusahaan ayahnya dengan menjadi Direktur Utama. Tugas JK cukup berat karena perusahaan yang diwariskan ayahnya saat itu sedang terimbas krisis ekonomi 1965. JK kemudian berhasil menyelamatkan perusahaan warisan ayahnya yang berbasis di makassar itu dari krisis menjadi kelompok usaha dinamis yang saat ini kita kenal dengan nama Kalla Group.

Kalla Group kini telah menjadi kelompok usaha mapan yang bergerak di ragam sektor bisnis: otomotif, properti, konstruksi, pembiayaan, pendidikan, dan energi. Gedung perkantoran Wisma Kalla di jalan Dr. Sam Ratulangi Makassar menjadi tanda kemapanan Kalla Group.

Pada tahun ini pula, JK dikaruniai anak pertama yang diberi nama Muchlisa Jusuf. Lisa kini adalah istri dari Susanto Supardjo dan ibu dari Ahmad Fikri, Masyitah dan Jumilah Saffanah. Bersama keluarganya, Lisa mengembangkan bisnis sendiri dan menjadi komisaris di beberapa perusahaan Kalla Group. Lisa sekeluarga menetap di London, Inggris.

1969: JK dikaruniai anak kedua yang diberi nama Musjwirah Jusuf. Ira kini adalah istri dari Langlang Wilangkoro dan ibu dari Emir Thaqib. Ira menduduki posisi komisaris di beberapa perusahaan Kalla Group, sedangkan suaminya menjadi direktur di perusahaan yang mengurusi pesawat pribadi Jusuf Kalla. Ira sekeluarga menetap di Jakarta.

1971: JK dikaruniai anak ketiga yang diberi nama Imelda Jusuf. Imelda kini adalah istri dari Zumadi Anwar dan ibu dari Rania Hamidah dan Aisha Kamilah. Imelda menduduki posisi Direktur Keuangan di beberapa perusahaan Kalla Group, sedangkan suaminya menjadi direktur Utama juga di beberapa perusahaan Kalla Group. Imelda sekeluarga menetap di Makassar.

1973: JK membantu Aksa Mahmud, suami adiknya Ramlah Kalla, mengembangkan CV Moneter. CV inilah yang kemudian berkembang menjadi kelompok usaha Bosowa Group yang kini telah sukses bergerak di ragam sektor bisnis: otomotif, properti, konstruksi, pembiayaan, energi, semen, agrobisnis, dan hotel. Gedung perkantoran Menara Bosowa di jalan Jend. Soedirman Makassar menjadi tanda kesuksesan Bosowa Group.

1975: JK dikaruniai anak keempat yang diberi nama Solichin Jusuf. Ihin adalah suami dari Pinkanova dan ayah dari Siti Shafiyah, Rasheed, Maliq Jibran dan Khalila Azeeza. Ihin menduduki posisi direktur dan komisaris di beberapa perusahaan Kalla Group dan Bukaka Group, dia juga adalah sosok yang membawa radio Prambors masuk ke Makassar, sedangkan istrinya adalah ibu rumah tangga. Ihin sekeluarga menetap di Jakarta.

1977: JK mengikuti sekolah bisnis di The European Institute of Business Administration Fountainebleu, Prancis, guna meningkatkan keilmuannya di bidang bisnis.

1979: JK bertemu Fadel Muhammad, lulusan terbaik Fakultas Teknik Institut Teknologi Bandung. Bersama Fadel, JK mendirikan PT Bukaka Teknik Utama, perusahaan yang kemudian menjadi penopang Bukaka Group, kelompok usaha milik keluarga Kalla yang berbasis di Jakarta. Bukaka Group kini telah menjadi kelompok usaha terkenal yang bergerak di ragam sektor bisnis: konstruksi, energi, dan agrobisnis.

1980: JK dikaruniai anak kelima yang diberi nama Chairani Jusuf. Wanita yang akrab disapa Ade ini belum berkeluarga dan sehari-hari beraktifitas di perusahaan periklanan. Ade menetap bersama ayah-ibunya di Jakarta.

1981: JK membantu Alwi Hamu menggarap bisnis koran berlabel Fajar. Koran itu kemudian bergabung bersama Jawa Pos Group milik Dahlan Iskan dan menjadi kelompok media terbesar di Indonesia Timur menyingkirkan Pedoman Rakyat. Gedung Fajar Graha Pena di jalan Perintis Kemerdekaan Makassar menjadi bukti kebesaran Fajar Group.

1982: Ibunda JK, Athirah, meninggal dunia karena sakit. Selang 86 hari kemudian, ayah JK Hadji Kalla juga menyusul menghadap Sang Ilahi.

1984: Untuk mengenang dan menghargai ibundanya Athirah, JK mendirikan Yayasan Pendidikan Athirah. Sekolah ini masih bertahan sampai sekarang dan berbasis di Makassar dan Bone; menyediakan layanan pendidikan dari TK sampai SMA.

1985: JK menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah Sulawesi Selatan (Kadinda Sulsel). Posisi ini turut membantu JK dalam melihat prospek bisnis yang kemudian dijalankan kelompok usahanya.

1988: JK menjadi Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) melalui Partai Golkar. JK setia dengan Partai Golkar, dari kader muda hingga menjadi Ketua pada periode 2004-2009.

1992: JK menjadi Ketua Ikatan Keluarga Alumni Universitas Hasanuddin (Ika Unhas) Makassar. Jabatan ini masih didudukinya sampai sekarang.

1997-1998: JK mengawal perusahaan-perusahaannya menghadapi krisis ekonomi Asia.

1999-2001: JK menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada masa Presiden Abdurrahman Wahid.

2001-2004: JK menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada masa Presiden Megawati Soekarno Putri. Pada saat menjadi menko kesra, JK terkenal dengan program Sejuta Rumah, program rumah murah untuk rakyat dimana pendanaannya disubsidi oleh pemerintah.

2004-2009: JK menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia mendampingi Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. JK kemudian dikenang sebagai Wapres yang proaktif dalam pengambilan kebijakan negara, bukan hanya ban serep sebagaimana Wapres-Wapres sebelumnya.

Kebijakan JK yang terkenal sebagai Wapres adalah konversi minyak tanah ke gas elpiji, program Bantuan Langsung Tunai (BLT), pemberian cuti bersama, produksi panser dalam negeri, program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan pemberian gaji ke-13 kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS).

2009-sekarang: JK menjadi Ketua Palang Merah Indonesia (PMI). JK berusaha menjadikan PMI mandiri secara finansial dan proaktif dalam penanggulangan bencana.

15 Mei 2012: JK genap berusia 70 tahun.

Kamis, 03 Mei 2012

70 Tahun Jusuf Kalla: Menjadi Legenda Dalam Dunia Bisnis (6)

JK [foto: Awaluddin Paliliran]
Sebagai pengusaha yang sebentar lagi berusia 70 tahun, Jusuf Kalla telah menjadi legenda dalam dunia bisnis. JK sejajar dengan Jacoeb Oetama (80 tahun) pendiri Kompas-Gramedia Group, Ciputra (80 tahun) pendiri Grup Ciputra, Boenyamin Setiawan (78 tahun) pendiri Grup Kalbe Farma, dan beberapa tokoh pengusaha lainnya.

Sama seperti legenda lainnya, meskipun sudah tua, JK masih aktif mengikuti perkembangan bisnisnya di Makassar (Kalla Group) dan di Jakarta (Bukaka Group) yang kini dikelola generasi ketiga.

Kalau dihitung sejak JK mewarisi bisnis ayahnya Hadji Kalla hingga sekarang, JK sudah berbisnis selama 45 tahun. Dari situ, JK hidup dan menghidupi banyak orang.