Senin, 30 April 2012

70 Tahun Jusuf Kalla: Aktif di Usia Senja (5)

JK [foto: Awaluddin Paliliran]
Ekspresi life start at seventy sepertinya cocok untuk Jusuf Kalla. Di umurnya yang sebentar lagi genap 70 tahun, JK masih terlihat sangat aktif. Wisnu Nugroho, wartawan koran Kompas, dalam tulisannya Tertawa Bersama Pak Kalla mengatakan: "Mengikuti aktifitas Pak Kalla adalah mengikuti dinamika yang seperti tidak ada habisnya."

Sebagai contoh: JK pernah berpanas-panas meninjau proyek pembangkit listrik di Poso, Sulawesi Tengah, yang dikelola PT Poso Energy miliknya. Setelahnya, JK langsung terbang menuju Sulawesi Tenggara untuk meninjau keadaan kapal laut Windu Karsa milik perusahaannya PT Bumi Lintas Tama yang tenggelam di Teluk Bone. JK juga menyantuni beberapa korban dari tenggelamnya kapal itu. 

Apa rahasia JK untuk tetap aktif? Makanan yang terjaga, tidur yang cukup, olahraga yang teratur atau apa? JK sendiri pernah mengatakan dalam pidatonya: "Saya begini karena bekerja keras tapi rileks, tentunya diiringi dengan keikhlasan."

Rabu, 25 April 2012

70 Tahun Jusuf Kalla: Menjadi Anak, Suami, Ayah dan Kakek yang Baik (4)

Menjadi Anak yang Baik
Sesungguhnya, Jusuf Kalla diproyeksikan ayahnya Hadji Kalla untuk menjadi ulama. Maklum, Hadji Kalla memang bercita-cita untuk memiliki anak tamatan Universitas Al Azhar Mesir. Untuk itu, JK kemudian disekolahkan di Perguruan Islam Datumuseng Makassar.

Namun, Tuhan menakdirkan lain, JK mengikuti hasratnya untuk menjadi pengusaha. JK kemudian menempuh jalur umum dengan bersekolah di SMA Negeri 3 Makassar kemudian melanjutkannya di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar.

JK [foto: Widi Anugrah]
Setelah menjadi Sarjana Ekonomi bergelar Dokturandus, JK mewarisi bisnis dan perusahaan ayahnya. Motivasi ayahnya sederhana saja kala itu, dia berkata kepada JK: "Saya ini tidak tamat SD bisa sukses berbisnis, masa kamu Dokturandus tidak bisa."

Motivasi itu memacu JK. Dan hasilnya luar biasa: kalau kita ibaratkan kebesaran bisnis keluarga Kalla saat ini dengan persentase 100%, JK dulu hanya mewarisi 20% dari ayahnya, JK kemudian bekerja keras menumbuhkannya menjadi 100%.

Itu berarti, JK telah menjadi anak yang mewarisi bisnis dan perusahaan orangtuanya dengan baik. JK juga tidak serakah, karena dia kemudian berbagi dengan membantu kehidupan adik-adiknya, dari sekolah sampai bekerja, dan menopang kehidupan keluarga besarnya, serta teman-temannya.

Menjadi Suami yang Baik
JK melihat Mufidah pertama kali sejak SMA. Saat itu, JK duduk di kelas II dan Mufidah masuk sebagai siswa baru. Sejak saat itu, cinta bersemi di hati JK dan Mufidah.

JK dan Mufidah [foto: Awal Paliliran]
Saat kuliah, JK terus melakukan pendekatan dengan sering berkunjung ke rumah Mufidah. Bahkan, saat Mufidah kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indonesia Makassar sambil bekerja sebagai teller di BNI 1946, JK mendaftar sebagai asisten dosen di UMI dan menabung di BNI46. Tujuannya jelas: agar dekat dengan Mufidah.

Pendekatan JK semakin serius saat mendengar kabar bahwa Mufidah akan dijodohkan dengan seorang yang tampan dan sedang menempuh pendidikan di Amerika Serikat. JK mengonfirmasi kabar itu langsung kepada mufidah dan Mufidah membenarkannya. Namun JK tidak putus asa.

Akhirnya, JK memberanikan diri melamar langsung Mufidah dan diterima oleh orangtua Mufidah, Mi'ad Sa'ad. Keduanya pun melakukan pertunangan pada 1966 dan pernikahan setahun kemudian.

Kini, umur pernikahan JK (70 tahun) dan Mufidah (69 tahun) telah genap 45 tahun. Keduanya sangat bahagia dan sepertinya hanya maut yang dapat memisahkan mereka.

JK telah menjadi suami yang baik bagi Mufidah; 'tak pernah sekali pun dia berbagi dengan wanita lain meskipun bergelimang tahta dan harta. Begitu pula Mufidah, juga telah menjadi istri yang baik bagi JK, dalam suka maupun duka. 
     
Menjadi Ayah yang Baik
Bersama Mufidah, JK dikaruniai lima orang anak: Muchlisa Jusuf, Muswira Jusuf, Imelda Jusuf, Solichin Jusuf dan Chairani Jusuf. Sebagai ayah, JK telah memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya: kehidupan yang layak, pendidikan, perhatian, dan kasih sayang.

Anak-anak JK [foto: Solichin Jusuf]
Hasilnya: anak-anak JK tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan bahagia. 'Tak satu pun dari anak-anak JK yang memiliki masalah, baik kepada JK, orang lain, publik atau pun hukum negara. Empat diantaranya sudah berkeluarga dan bahagia bersama keluarganya masing-masing.

Semua anak-anak JK turut mengambil peran dalam bisnis keluarga, termasuk menantu-menantunya. Dan JK telah mengatur dengan baik peran dari anak dan menantunya itu. Hal ini membuktikan bahwa JK bukan hanya telah mewarisi dengan baik, tapi juga telah mewariskan dengan sama baiknya pula.

Menjadi Kakek yang Baik
Dari anak-anaknya, JK sementara dikaruniai sepuluh cucu: Ahmad Fikri, Masyitah, Jumilah Saffanah, Emir Thaqib, Rania Hamidah, Aisha Kamilah, Siti Shafiyah, Rasheed, Maliq Jibran dan Khalila Azeeza.
JK berenang bersama cucu [foto: Wisnu Nugroho, Kompas]
Sesibuk apapun, JK selalu memberikan perhatian kepada cucu-cucunya itu. Misalnya, JK dengan senang hati berenang bersama cucu-cucunya di waktu senggang. Maklum saja, cucu-cucu JK itulah yang nanti akan menjadi generasi keempat pewaris perusahaan keluarga.

Selasa, 24 April 2012

70 Tahun Jusuf Kalla: Mengubah Perusahaan yang Krisis Menjadi Kelompok Usaha yang Dinamis (3)

JK dan jajaran Direksi Kalla Group
Pada 1968, Jusuf Kalla mewarisi perusahaan ayahnya Hadji Kalla di bawah bendera NV Hadji Kalla Trading Company. JK menjadi Direktur Utama di perusahaan itu dan ayahnya menjadi Komisaris.

Tidak mudah bagi JK, karena perusahaan yang diwarisinya sedang mengalami krisis akibat gejolak ekonomi 1965. JK harus segera membenahi bisnis perdagangan hasil bumi (kopi, cengkeh, beras dan lainnya), perdagangan kain dan sarung sutra, angkutan daerah dan lainnya.

Selain itu, JK juga mencoba mengekspansi bisnis baru. Untuk itu, JK dibantu oleh dua sahabatnya di jaman aktifis mahasiswa dulu: Alwi Hamu dan Aksa Mahmud.

"Saya, Alwi, Aksa, kebersamaannya itu dalam hal aktifis mahasiswa. Aktifis mahasiswa itu selalu tidak puas ingin merubah sesuatu. Tapi kita ada batasnya. Begitu tamat, selesai sebagai mahasiswa, tidak ditambah-tambahi umur untuk jadi mahasiswa. Saatnya kita bekerja. Alwi sama Aksa tidak selesai kuliah, tapi ikut sama saya selesai," kenang JK, tersenyum.

Sebagai langkah awal, JK mengekspansi bisnis otomotif dengan berdagang mobil merek Toyota pada 1968. "Kami duluan jual mobil Toyota daripada Astra," kata JK, bangga.

Setahun kemudian, JK juga mengekspansi bisnis konstruksi sipil dengan mendirikan PT Bumi Karsa. Aksa Mahmud ditunjuk JK untuk menjadi Direktur di perusahaan ini.
           
Memasuki era 1970-an, ekspansi bisnis JK meluas. Itu membuat JK harus mengubah akta perusahaan agar pergerakannya bisa melingkupi ragam bisnis.

Pada 1973, NV Hadji Kalla resmi ditunjuk oleh PT Toyota Astra Motor menjadi maindealer mobil Toyota di wilayah Sulawesi Selatan, Tengah dan Tenggara (sekarang bertambah Barat).

Selain itu, NV Hadji Kalla juga resmi menjadi dealer penjualan alat-alat berat merek Sakai dan alat-alat pertanian merek Kubota.

Selain bisnis besar, JK juga ternyata mengekspansi bisnis-bisnis kecil. Contohnya: JK membeli sebuah toko buku dan percetakan. Alwi Hamu ditunjuk mengurusnya melalui PT Bhakti Centra Baru.

Selain itu, Alwi juga ditunjuk JK mengurusi usaha cukur. Pikiran JK kala itu ingin membuat tempat cukur yang nyaman dan ber-AC seperti yang didapatinya di Jakarta. JK dan Alwi kemudian bekerja sama dengan beberapa tukang cukur asal Madura.

Setahun berjalan, usaha cukur itu bangkrut dan akhirnya tutup. JK menceritakan: "Tutuplah itu usaha cukur. Bukan karena Alwi tidak bisa atur, tapi karena waktu itu tiba-tiba semua orang punya kebiasaan gondrong. Yang biasanya cukur sekali sebulan jadi sekali enam bulan...Itulah sejarah bisnis kita yang paling singkat."

Pada 1973 pula, Aksa Mahmud yang merupakan suami dari Ramlah Kalla, adik JK, memutuskan untuk berbisnis sendiri. Dengan bantuan JK, Aksa mengelola CV Moneter yang bergerak di bidang konstruksi.

CV Moneter inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal Bosowa Group. Nama Bosowa merupakan singkatan dari Bone, Soppeng dan Wajo, tiga kerajaan besar suku Bugis.

Kini, Bosowa Group telah menjadi kelompok usaha mapan yang ekspansinya meliputi ragam bisnis: otomotif, konstruksi, semen, properti, energi, transportasi, asuransi, hotel dan lainnya.

Selama dekade 1970-an, JK membuka beberapa perusahaan diantaranya: PT EMKL Kalla Raya untuk mengurusi ekspedisi dan bongkar-muat kapal laut, terkhusus bongkar-muat mobil-mobil Toyota yang dikirim dari Jakarta; PT Bukaka Agro untuk mengolah pakan (makanan) ternak guna diekspor; PT Bukaka Meat untuk mengurusi bisnis pemotongan hewan dan ragam perusahaan lainnya.

Dalam berbisnis, JK juga mampu melihat potensi seseorang untuk diajak berbisnis. Pada 1979, contohnya, JK bertemu Fadel Muhammad, sarjana teknik jebolan terbaik Institut Teknologi Bandung. Bersama Fadel, JK kemudian mendirikan PT Bukaka Teknik Utama.

Bukaka Teknik Utama itulah yang menjadi bisnis utama Bukaka Group, kelompok usaha keluarga JK yang berbasis di Jakarta. Nama Bukaka merupakan nama kampung di Bone, Sulawesi Selatan, tempat kelahiran ibunda JK, Hadjah Athirah.

Bukaka Grup dinahkodai oleh JK sendiri bersama Fadel Muhammad dan dua adik JK: Achmad Kalla dan Suhaeli Kalla. Kini, Bukaka Group telah menjadi kelompok usaha besar yang memiliki ragam bisnis: elektrikal, konstruksi telekomunikasi, konstruksi sipil, energi dan agrobisnis.

Contoh lain, pada 1981, JK membantu Alwi Hamu menggarap bisnis koran. JK tahu betul kalau di kampus dulu Alwi adalah seorang jurnalis yang mengelola koran untuk organisasi KAMI dimana JK menjadi Ketuanya.

Bisnis koran pun digarap. Nama korannya adalah Fajar. Gedung toko buku dan percetakan Bhakti dijadikan sebagai kantor koran itu.

Dalam operasional awalnya, koran Fajar terus merugi hingga pada 1988 langkah strategis diambil: Fajar digabungkan dengan kelompok media Jawa Pos Group milik Dahlan Iskan. Kebetulan saat itu Dahlan sedang ingin membuat koran di Makassar.

Sebuah langkah strategis yang tepat. Kini, Fajar Group telah menjadi kelompok usaha media terbesar di Indonesia Timur yang memiliki stasiun televisi lokal, radio lokal, dan koran-koran lokal di Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Fajar Group juga telah mengembangkan sayapnya di ragam bisnis: pendidikan, transportasi, travel dan hotel.  

Pada 1984, JK mendirikan PT Bumi Rama Nusantara, perusahaan yang mengurusi pengadaan batu kerikil. Dua tahun kemudian, JK juga mendirikan PT Makassar Raya Motor yang menjadi subdealer mobil merek Daihatsu.

Kedua perusahaan itu kini dipimpin oleh dua adik JK: Halim Kalla dan Natsir Kalla; bahkan telah membentuk kelompok usaha tersendiri di luar lingkup Kalla Group.

Pada 1990-an, ekspansi JK semakin dinamis. Posisinya sebagai Ketua organisasi Kamar Dagang dan Industri (Kadinda) Sulawesi Selatan membuatnya banyak mengetahui prospek-prospek bisnis ke depan. Dia pun memanfaatkan peluang itu.

Perusahaan-perusahaan yang didirikan JK pada dekade 1990-an diantaranya: PT Bumi Sarana Utama untuk mengurusi bisnis perdagangan aspal. PT BSU kemudian menelorkan PT Bumi Sarana Beton yang mengurusi produksi beton dan PT Bumi Barito Utama yang juga mengurusi bisnis perdagangan aspal.

Perusahaan lain yang didirikan JK adalah PT Kalla Inti Karsa untuk mengurusi bisnis properti kawasan bisnis (mall, ruko dan lainnya); PT Bumi Sarana Indah (sekarang PT Baruga Asrinusa Development) untuk mengurusi bisnis properti kawasan perumahan; PT Kalla Electrical System untuk mengurusi produksi trafo listrik; PT Bumi Jasa Utama untuk mengurusi rental mobil; PT Sahid Makassar Perkasa untuk mengurusi bisnis hotel dan ragam perusahaan lainnya.

Pada 1999, saat JK diangkat menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan, dia melepas jabatan Direktur Utama dan mewariskannya kepada adiknya Fatimah Kalla. Selanjutnya, JK berposisi sebagai Komisaris Utama. Itu artinya, JK tidak lagi mengurusi bisnisnya secara teknis.

Sepeninggal JK, bisnis dan perusahaan keluarganya tetap dinamis, malah sedang proses merambah ke sektor baru, yaitu energi dan transportasi.

Itulah JK yang telah berhasil mengubah perusahaan yang krisis menjadi kelompok usaha yang dinamis. Kalla Group, Bukaka Group, Bosowa Group dan Fajar Group telah menjadi kelompok usaha dinamis yang memiliki omzet besar dan tersebar eksistensinya di seantero Indonesia.

JK menegaskan: "Kita ini bikin usaha agar banyak orang bekerja. Banyak teman organisasi yang menganggur, banyak teman yang tidak tamat sekolah, itu semua kita rangkul, bergabung bersama kami."

"Karena banyak, kita jadi berpikir apa saja, sehingga banyak usaha yang dibentuk: jualan mobil, konstruksi, semen, dan apa saja, termasuk tukang cukur."

"Kalau ada yang berkata bahwa Pak JK ini menguasai bisnis, saya bilang bukan menguasai, cuma banyak memang dan itu banyak mempekerjakan orang. Kalau ada yang mengritiki, ya, tutup saja dan semua orang akan menganggur."

Senin, 23 April 2012

70 Tahun Jusuf Kalla: Menjadi Pemimpin di Semua Model Organisasi (2)

Jusuf Kalla terlahir sebagai pemimpin. Tidak salah penulis berkata seperti itu. Di usia JK yang pada 15 Mei 2012 mendatang genap 70 tahun, JK telah menjadi pemimpin di semua model organisasi: kepelajaran, kemahasiswaan, bisnis, asosiasi, pemerintahan, politik dan sosial.

Untuk organisasi kepelajaran, JK menjadi Ketua Pelajar Islam Indonesia (PII) Sulawesi Selatan pada 1950-an. Jabatan itu diperoleh JK saat menjadi siswa di Sekolah Islam Datumuseng Makassar. Di organisasi PII inilah jiwa kepemimpinan JK mulai terasah.

Untuk organisasi kemahasiswaan, JK menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Makassar periode 1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) Universitas Hasanuddin Makassar periode 1965-1966 dan Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Sulawesi Selatan periode 1966-1967.

Dalam sebuah kesempatan, JK pernah menceritakan masa-masa aktifnya sebagai aktifis mahasiswa. “Mahasiswa itu tidak selalu harus marah. Kami juga dulu sering berdemonstrasi, tapi tidak pernah bakar ban.”

Untuk organisasi bisnis, JK menjadi Direktur Utama NV Hadji Kalla dari 1968 sampai 1999. Bagi JK, organisasi bisnis itu tidak hanya berorientasi pada profit, tapi juga pertumbuhan (growth). “Profit bukanlah yang utama dikejar. Ada nilai yang sebenarnya lebih arif untuk dikejar, yakni growth.” kata JK.

Untuk organisasi asosiasi, JK menjadi Ketua Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin Makassar (Ika Unhas) dari 1992 sampai sekarang.  Sebuah cerita, entah benar atau tidak: seorang akademisi Unhas protes terkait kepemimpinan JK di Ika Unhas.

Akademisi itu protes karena JK bukanlah seorang Profesor, sedangkan banyak Profesor lain yang lebih pantas. Pernyataan orang itu dibantah oleh Prof. Halide (Guru Besar Fakultas Ekonomi Unhas) dengan mengatakan bahwa JK memang bukan Profesor, tapi dia lebih hebat dari Profesor.

Untuk organisasi pemerintahan, JK menjadi pemimpin di Departemen Perindustrian & Perdagangan dari 1999 sampai 2000 dan Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat dari 2001 sampai 2004.

Bagi JK, organisasi pemerintahan itu harus berorientasi pada proses. “Pemerintah harus memberikan pelayanan yang terbaik. Pandangan sinis bahwa kalau bisa dipersusah kenapa dipergampang harus dihindari,” kata JK.

Untuk organisasi politik, JK menjadi Ketua Umum Partai Golongan Karya. JK terbilang cukup setia dengan Partai Golkar meskipun banyak pandangan sinis terhadap partai binaan Soeharto itu. Di Golkar, JK memulai dengan menjadi kader muda di tahun 1980-an sampai menjadi Ketua Umum periode 2004 sampai 2009.

Untuk organisasi sosial, JK menjadi Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) dari 2009 sampai sekarang.

Banyak orang yang mengatakan bahwa JK tidak cocok memimpin di PMI karena bukan bidangnya, tapi JK mampu membuktikan bahwa dirinya bisa. JK telah membuat banyak terobosan baru di organisasi itu, terutama pastisipasi PMI dalam penanganan bencana.

Itulah JK yang telah menjadi pemimpin di semua model organisasi. Sayang, JK gagal menyempurnakannya dengan menjadi pemimpin negara. “Sekiranya jadi Presiden, lengkap betul hidup ini,” kata JK.

Terkait kepemimpinan, JK berujar di hadapan Direktur pelbagai perusahaan dalam sebuah acara yang diadakan majalah Warta Ekonomi: “Segala sesuatunya itu sebenarnya ditentukan oleh kepepimpinan, bukan organisasi. Organisasi itu penting, tapi organisasi baru bisa berjalan dengan kepemimpinan yang baik.”

Sabtu, 21 April 2012

70 Tahun Jusuf Kalla: Merasakan Semua Era Kepresidenan (1)

JK [foto: Solichin Jusuf]
Pada 15 Mei 2012 mendatang, Jusuf Kalla genap berusia 70 tahun. Banyak sudah pengalaman hidup yang dialami JK di usianya itu, salah satunya adalah JK merasakan semua era kepresidenan, dari Soekarno sampai Susilo Bambang Yudhoyono.

Saat Soekarno menjadi Presiden pada 1945, JK menghabiskan masa kecilnya di kota Watampone, Bone, Sulawesi Selatan. Awal 1950-an, keluarganya pindah ke Makassar, JK pun menjalani masa sekolahnya di Makassar.

Pada 1966, JK menjadi aktifis mahasiswa dan Ketua organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang lantang mengritisi pemerintahan Soekarno hingga lengser setahun kemudian. Nama JK pun terukir dalam jajaran aktifis ‘66 bersama Akbar Tanjung, Mar’ie Muhammad, Nurcholis Madjid, Soe Hok Gie dan lainnya.

Saat Soeharto menjadi Presiden menggantikan Soekarno pada 1967, JK telah selesai menempuh pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar. Di tahun yang sama, JK juga menikahi Mufidah dan mewarisi perusahaan ayahnya, NV Hadji Kalla Trading Company.

Selama 21 tahun, JK tidak bersentuhan sama sekali dengan pemerintahan Soeharto. JK sibuk mengembangkan perusahaannya dan menjadi ayah dari lima anak: Muchlisa, Muswira, Imelda, Solichin dan Chaerani.

Baru pada 1988, JK memulai karirnya di pemerintahan Soeharto dengan menjadi anggota MPR. Jabatan itu terus berlanjut hingga Presiden Soeharto jatuh pada 1998 karena gerakan reformasi dan posisinya digantikan oleh BJ Habibie.

Pascareformasi, saat Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden pada 1999, JK ditunjuk menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Saat Gus Dur jatuh dan digantikan Megawati Soekarno Putri pada 2001, JK ditunjuk menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.

Saat Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden pada 2004, JK menjadi wakilnya. Saat SBY menjadi Presiden lagi untuk kedua kalinya pada 2009, JK menjadi Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) sampai sekarang.

Itulah JK yang memiliki pengalaman merasakan semua era kepresidenan. Sayang JK gagal menggenapkan pengalamannya dengan merasakan era kepresidenannya sendiri.

JK menceritakan: “Hidup saya itu selalu berjenjang. Waktu di organisasi kemahasiswaan, saya mulai dari anggota kemudian sekjen, kemudian bendahara dan terakhir sebagai Ketua.”

“Di perusahaan, saya mulai dari karyawan, kemudian naik menjadi manajer, kemudian Direktur Utama dan terakhir Komisaris.”

“Di pemerintahan, saya menjadi menteri, kemudian menko, kemudian wakil Presiden. Cuma satu yang kurang. Sekiranya jadi Presiden, lengkap betul hidup ini.”